FAMILY
Ketika Punya Luka Batin, Haruskah untuk Tidak Memiliki Hubungan dengan Seseorang?
Aulia Putriningtias
Sabtu 23 Agustus 2025 / 09:12
Jakarta: Sobat Medcom pasti setuju bahwa memiliki luka batin adalah hal yang serius dan jangka panjang waktu pemulihannya. Seringkali orang-orang yang memiliki luka batin mengisolasi diri dan memutuskan tidak ingin berhubungan, baik itu dalam aspek romansa maupun pertemanan.
Luka batin bisa datang dari mana saja. Mulai dari keluarga, teman, kerabat kantor, hingga pasangan sekali pun. Trauma yang dialami manusia dan cara menghadapi rasa sakit tersebut pun turut berbeda-beda pada setiap orang. Namun, ketika luka batin ini datang, apakah kita harus benar-benar berhenti?
Psikolog Klinis, Ratih Ibrahim, M.M., pun menjawab permasalahan ini. Ia mengatakan bahwa trauma itu sudah pasti sakit dan memang membutuhkan waktu untuk dapat pulih. Namun, orang-orang sering tak menyadari bahwa sebenarnya luka tersebut sudah sembuh, tetapi masih terbayang-bayang akan rasa sakitnya.
Baca juga: Tak Hanya Seksual, Inilah 5 Manfaat Berciuman untuk Kesehatan Fisik dan Mental
"Trauma itu kan luka ya, luka itu kan sakit, ya. Apa sih yang biasanya kita lakukan? Diem, ya. Ngabisin waktu untuk bisa sembuh dulu," ungkap Ratih saat ditemui tim Medcom.id di Jakarta, Kamis, 21 Agustus 2025.

Psikolog Klinis, Ratih Ibrahim, M.M.. Dok. Aulia/Medcom
"Tapi yang biasanya terjadi adalah kita lanjut-lanjutkan rasa sakitnya. Lukanya sudah sembuh, tetapi bayang-bayang yang terjadi itu yang masih menghampiri kita terus, itu yang membuat kita menjadi tidak berfungsi," lanjutnya.
Istilah berjalan dengan rasa trauma bisa disetujui oleh Ratih sebagai pakar. Memiliki luka batin bukan diartikan sebagai berhenti untuk menjalani hal yang berhubungan dengan rasa trauma tersebut. Namun, bagaimana manusia dapat hidup untuk melawan luka batin yang mengganggu fungsi hidup mereka.
Di sinilah peran psikolog bekerja. Ratih menyarankan jika memiliki hal seperti ini, sebaiknya berkonsultasilah kepada psikolog klinis. Hal ini untuk mengetahui bagian mana yang luka, atau apakah luka tersebut sudah sembuh atau belum. Jika sudah sembuh, psikolog pun juga akan membantu bagaimana untuk melawan rasa bayang-bayang luka batin tersebut.
"Itu yang kami, para pakar, lakukan untuk bisa membantu kamu hadapi luka itu sendiri, menjadi lebih kuat dengan lukanya, dan melanjutkan hidup," imbuh Ratih.
Jadi, Sobat Medcom yang merasa masih terbayang-bayang akan rasa trauma, tak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan psikolog. Ini akan sangat membantu agar bisa menjalankan kembali serta mengembalikan kualitas hidup kita yang bisa tak berdaya akan luka batin tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Luka batin bisa datang dari mana saja. Mulai dari keluarga, teman, kerabat kantor, hingga pasangan sekali pun. Trauma yang dialami manusia dan cara menghadapi rasa sakit tersebut pun turut berbeda-beda pada setiap orang. Namun, ketika luka batin ini datang, apakah kita harus benar-benar berhenti?
Psikolog Klinis, Ratih Ibrahim, M.M., pun menjawab permasalahan ini. Ia mengatakan bahwa trauma itu sudah pasti sakit dan memang membutuhkan waktu untuk dapat pulih. Namun, orang-orang sering tak menyadari bahwa sebenarnya luka tersebut sudah sembuh, tetapi masih terbayang-bayang akan rasa sakitnya.
Baca juga: Tak Hanya Seksual, Inilah 5 Manfaat Berciuman untuk Kesehatan Fisik dan Mental
"Trauma itu kan luka ya, luka itu kan sakit, ya. Apa sih yang biasanya kita lakukan? Diem, ya. Ngabisin waktu untuk bisa sembuh dulu," ungkap Ratih saat ditemui tim Medcom.id di Jakarta, Kamis, 21 Agustus 2025.

Psikolog Klinis, Ratih Ibrahim, M.M.. Dok. Aulia/Medcom
"Tapi yang biasanya terjadi adalah kita lanjut-lanjutkan rasa sakitnya. Lukanya sudah sembuh, tetapi bayang-bayang yang terjadi itu yang masih menghampiri kita terus, itu yang membuat kita menjadi tidak berfungsi," lanjutnya.
Istilah berjalan dengan rasa trauma bisa disetujui oleh Ratih sebagai pakar. Memiliki luka batin bukan diartikan sebagai berhenti untuk menjalani hal yang berhubungan dengan rasa trauma tersebut. Namun, bagaimana manusia dapat hidup untuk melawan luka batin yang mengganggu fungsi hidup mereka.
Di sinilah peran psikolog bekerja. Ratih menyarankan jika memiliki hal seperti ini, sebaiknya berkonsultasilah kepada psikolog klinis. Hal ini untuk mengetahui bagian mana yang luka, atau apakah luka tersebut sudah sembuh atau belum. Jika sudah sembuh, psikolog pun juga akan membantu bagaimana untuk melawan rasa bayang-bayang luka batin tersebut.
"Itu yang kami, para pakar, lakukan untuk bisa membantu kamu hadapi luka itu sendiri, menjadi lebih kuat dengan lukanya, dan melanjutkan hidup," imbuh Ratih.
Jadi, Sobat Medcom yang merasa masih terbayang-bayang akan rasa trauma, tak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan psikolog. Ini akan sangat membantu agar bisa menjalankan kembali serta mengembalikan kualitas hidup kita yang bisa tak berdaya akan luka batin tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)