FAMILY
Tidak Perlu dengan Kekerasan, Begini Trik Mendisiplinkan Anak
Raka Lestari
Rabu 15 Desember 2021 / 07:10
Jakarta: Pada dasarnya, mendisiplinkan anak dapat dilakukan sejak ia lahir. Pasalnya, sejak lahir, anak sudah memiliki otak yang mampu bekerja, walaupun fungsi dan kerjanya belum begitu kompleks serta optimal.
Penting untuk diingat bahwa dalam mendisplinkan anak perlu disesuaikan dengan tahapan usianya. Tak hanya itu, ekspektasi orang tua terhadap anak juga perlu dikontrol dengan baik ketika ingin mengajarkan soal kedisiplinan.
Menurut dr. Putu Ayuwidia Ekaputri, M. Sc., dokter yang mendalami ilmu cognitive neuroscience, ketika anak baru lahir, bagian otak yang berfungsi secara dominan adalah bagian lower brain atau primitive brain.
Bagian otak ini memiliki tugas dalam pengaturan emosi anak dan berkembang sangat pesat sebelum anak menginjak usia 3 tahun. Setelah usianya mencapai 3 tahun, perlahan otak bagian logika akan mulai terbentuk dan bekerja, sehingga mencapai tingkat kematangan di usia 25-30 tahun.
Dengan memahami perkembangan otak anak ini, diharapkan orang tua akan lebih mudah mencari metode paling efektif saat mengajarkan disiplin pada anak sejak awal kehidupannya.
Kekerasan bukanlah cara yang tepat dalam mengajarkan kedisiplinan pada anak. Sebaliknya, agar anak memahami ketika diajarkan untuk disiplin, orang tua perlu melakukan pendekatan emosional.
Menurut dr. Widia, karena di usia balita dan anak-anak, otak emosional masih dominan, maka cara terbaik untuk orang tua adalah mengambil kesempatan tersebut untuk menarik hatinya. Di usia kurang dari 3 tahun, berikan anak perhatian yang penuh cinta.
Misalnya, ketika anak menangis, gendong dan tenangkan. Ketika anak emosional dan mengamuk, tenangkan dan beri pelukan.
"Cobalah pererat bonding dengan anak, buat anak merasa 'cinta mati' dengan orang tuanya. Ketika anak merasa dicintai, mereka akan menyadari dan percaya bahwa setiap aturan serta omongan yang terucap dari orang tuanya, merupakan yang terbaik untuknya. Jika anak sudah merasa nyaman dengan aturan yang diterapkan, lakukan secara konsisten,” ungkap dr. Widia.
Lebih lanjut, dr. Widia juga mengatakan bahwa ketika mengajarkan anak untuk disiplin, orang tua sebaiknya jangan terlalu keras. Seringkali orang tua terlalu keras ketika mengajarkan anak, namun anak sebenarnya belum memahami tujuan dari orang tua. Hal ini akhirnya hanya akan menimbulkan perasaan takut dan trauma pada diri anak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Penting untuk diingat bahwa dalam mendisplinkan anak perlu disesuaikan dengan tahapan usianya. Tak hanya itu, ekspektasi orang tua terhadap anak juga perlu dikontrol dengan baik ketika ingin mengajarkan soal kedisiplinan.
Menurut dr. Putu Ayuwidia Ekaputri, M. Sc., dokter yang mendalami ilmu cognitive neuroscience, ketika anak baru lahir, bagian otak yang berfungsi secara dominan adalah bagian lower brain atau primitive brain.
Bagian otak ini memiliki tugas dalam pengaturan emosi anak dan berkembang sangat pesat sebelum anak menginjak usia 3 tahun. Setelah usianya mencapai 3 tahun, perlahan otak bagian logika akan mulai terbentuk dan bekerja, sehingga mencapai tingkat kematangan di usia 25-30 tahun.
Dengan memahami perkembangan otak anak ini, diharapkan orang tua akan lebih mudah mencari metode paling efektif saat mengajarkan disiplin pada anak sejak awal kehidupannya.
Trik Mendisiplinkan Balita
Kekerasan bukanlah cara yang tepat dalam mengajarkan kedisiplinan pada anak. Sebaliknya, agar anak memahami ketika diajarkan untuk disiplin, orang tua perlu melakukan pendekatan emosional.
Menurut dr. Widia, karena di usia balita dan anak-anak, otak emosional masih dominan, maka cara terbaik untuk orang tua adalah mengambil kesempatan tersebut untuk menarik hatinya. Di usia kurang dari 3 tahun, berikan anak perhatian yang penuh cinta.
Misalnya, ketika anak menangis, gendong dan tenangkan. Ketika anak emosional dan mengamuk, tenangkan dan beri pelukan.
"Cobalah pererat bonding dengan anak, buat anak merasa 'cinta mati' dengan orang tuanya. Ketika anak merasa dicintai, mereka akan menyadari dan percaya bahwa setiap aturan serta omongan yang terucap dari orang tuanya, merupakan yang terbaik untuknya. Jika anak sudah merasa nyaman dengan aturan yang diterapkan, lakukan secara konsisten,” ungkap dr. Widia.
Lebih lanjut, dr. Widia juga mengatakan bahwa ketika mengajarkan anak untuk disiplin, orang tua sebaiknya jangan terlalu keras. Seringkali orang tua terlalu keras ketika mengajarkan anak, namun anak sebenarnya belum memahami tujuan dari orang tua. Hal ini akhirnya hanya akan menimbulkan perasaan takut dan trauma pada diri anak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)