COMMUNITY

Video Micro Learning, Inovasi yang Gabungkan Tradisi Gamelan dan Teknologi

Yatin Suleha
Senin 22 Desember 2025 / 14:03
Jakarta: Gamelan tradisional Bali adalah salah satu mahakarya budaya nusantara yang hidup dan terus berkembang bersama masyarakatnya. Bagi warga Bali, gamelan bukan sekadar alat musik; ia adalah bagian dari jiwa kehidupan. 

Gamelan hadir dalam berbagai momen penting—mulai dari ritual keagamaan, tarian sakral, perayaan budaya, upacara odalan, hingga hiburan dan pertunjukan seni.

Melodi gamelan begitu cepat, rapat, dinamis, dan energik. Bunyi yang indah ini terjalin dari kerja sama erat antar pemain dan harmonisasi ragam instrumen, yang masing-masing punya peran khusus namun saling melengkapi:

- Gangsa sebagai pembawa melodi
- Kendang sebagai pengatur tempo
- Ceng-ceng sebagai penguat ritme
- Gong sebagai penanda siklus musikal

“Keindahan bunyi gamelan terjalin akibat kerja sama erat antar pemain, yang juga mencerminkan filosofi ‘menyama braya’ atau rasa persaudaraan Masyarakat Bali," hal ini disampaikan Detu Wisesa, pendiri Gamelan Tantular.
 
"Gamelan Bali bukanlah seni yang statis. Ia terus berevolusi dan berkembang seiring zaman dan tetap hidup lintas generasi,” tambah Detu lagi.

Detu Wisesa juga turut menambahkan bahwa program Inovasi Seni Nusantara bersama dengan Binus University telah memberikan dukungan yang sangat berarti bagi perkembangan Gamelan Tantular, baik dari sisi fasilitas, penyediaan alat, maupun pendampingan. 

Dukungan ini tidak hanya memperkuat proses belajar dan berkarya, tetapi juga membuka ruang eksplorasi baru dalam pengembangan gamelan di konteks masa kini. Kami berharap program ini dapat terus berlanjut sebagai ekosistem yang mendorong inovasi, keberlanjutan, dan kolaborasi seni Nusantara ke depannya.

Melalui Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) 2025 dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, School of Design – Binus University bermitra dengan Komunitas Gamelan Tantular menciptakan video micro learning. 

Dengan tujuan utama memecah materi pembelajaran gamelan menjadi potongan video singkat, fokus, dan mudah dicerna. Dengan format ini, pembelajar dapat memahami teknik-teknik dasar bermain gamelan hanya dalam video berdurasi dua hingga tiga menit.

“Keuntungan format ini sangat besar, terutama karena materi pembelajaran gamelan tidak tersedia dalam bentuk partitur tertulis layaknya musik pop atau musik Barat. Dengan visual yang jelas dan format yang ringkas, pembelajar dapat mengulang materi kapan pun dan di mana pun, bahkan hanya dari ponsel mereka,” tegas Detu Wisesa.
 

Micro learning: Jembatan menuju generasi digital



(Proses pembuatan video micro learning gamelan. Foto: Dok. Istimewa)

Semangat pelestarian seni tradisional menuntut adanya adaptasi agar lebih mudah dipelajari dan tetap relevan bagi generasi muda. Salah satu solusinya adalah melalui pemanfaatan video micro learning.
 
Proses perencanaan, pengambilan gambar dan editing video dilakukan oleh mahasiswa dan dosen School of Design-Binus University bersama dengan para anggota komunitas Gamelan Tantular. Melalui program ini berhasil diciptakan lima buah video micro learning yang memperkenalkan fungsi instrument, memperlihatkan teknik pukulan dasar bemain gamelan, serta permainan pola-pola dasar alat musik gangsa dan reyong.

Anggota Komunitas Gamelan Tantular bersama mahasiswa dan dosen School of Design, Binus University
Melalui pembuatan Video micro learning, tidak hanya mempermudah proses belajar, tetapi juga membuktikan bahwa teknologi dapat menjadi jembatan antara tradisi kuno dan kebiasaan belajar modern. 

Pendekatan digital ini juga membantu komunitas kesenian melakukan dokumentasi teknik secara lebih sistematis, memastikan tradisi dapat diwariskan secara lebih terstruktur tanpa kehilangan esensi musikalnya.

Di tengah derasnya arus budaya asing, pelestarian budaya tradisional harus menjadi fokus utama. Gamelan Tantular, sebuah komunitas Gamelan Bali, hadir di tengah hiruk pikuk kehidupan urban Jakarta untuk menjawab tantangan tersebut. 

Dengan semangat merawat, melestarikan, dan membuat Gamelan Bali lebih mudah diakses oleh berbagai kalangan, lintas usia, dan profesi.
 
Uniknya, tidak seperti memelajari musik barat yang berpatokan erat dengan partitur dan not balok sehingga mudah dipelajari oleh siapa saja, memelajari musik tradisional seperti Gamelan Bali tidak berpatokan pada partitur atau not balok. 

Ia lebih menuntut intuisi musik, perasaan, dan hafalan yang kuat. Ketiadaan pakem, teori, atau partitur yang pasti ini sering kali membuat Gamelan Bali sulit dipelajari oleh mereka yang tidak memiliki latar belakang musik. Sehingga dibutuhkan media pembelajaran lain yang lebih relevan dan mudah diakses.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH