COMMUNITY
Edukasi Profil Risiko Produk Tembakau Alternatif Perlu Digencarkan
Medcom
Minggu 12 Mei 2024 / 12:06
Jakarta: Ketua Asosiasi Retail Vape Indonesia (ARVINDO), Fachmi Kurnia berharap edukasi tentang profil risiko produk tembakau alternatif perlu diperbanyak. Dia merasa akibat minimnya edukasi itu membuat produk tembakau alternatif kerap disejajarkan dengan rokok.
Menurut Fachmi, publik menganggap produk tembakau alternatif sama berbahayanya dengan rokok terhadap kesehatan. Sehingga tidak layak dijadikan sebagai opsi alternatif bagi perokok dewasa untuk beralih dari kebiasaannya.
"Jika banyak edukasi tentang profil risiko produk tembakau alternatif tentunya akan sangat membantu agar masyarakat mendapatkan informasi yang berdasarkan hasil penelitian, sehingga meluruskan misinformasi yang begitu banyak beredar sekarang ini," kata Fachmi.
Fachmi pun berharap pemerintah ikut mengambil peran mengedukasi tentang profil risiko produk tembakau alternatif kepada masyarakat dan komunitas anak muda. Apalagi, pemerintah selama ini telah berjuang keras untuk menurunkan prevalensi merokok.
“Pemerhati kesehatan juga harus melihat produk tembakau alternatif dari sisi profil risiko dibandingkan rokok. Jadi bukan hanya melihat dari sisi efek negatif sehingga informasi yang diterima sesuai penelitian ilmiah," jelasnya.
Fachmi menganggap upaya menurukan angka peroko belum membuahkan hasil. Padahal, dia menyebut pemerintah sudah seharusnya membuka opsi tersebut untuk mengurangi angka perokok.
"Sangat sulit bagi perokok dapat meninggalkan kebiasaan lama mereka," ucapnya.
Edukasi itu pula yang dilakukan Fachmi bersama organisasinya. Melalui kampanye edukasi yang berkelanjutan ini, dia berharap publik mendapatkan informasi akurat mengenai produk tembakau alternatif.
"Kami berusaha mengedukasi melalui kegiatan-kegiatan komunitas vape. Pemberi edukasi terbesar kami adalah para pengguna yang sudah merasakan langsung perbedaan saat beralih ke produk ini," ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (AKVINDO), Paido Siahaan. Dia juga mengharapkan adanya peran aktif dari pemerintah dalam mengedukasi masyarakat mengenai produk tembakau alternatif.
"Kami berharap pemerintah memfasilitasi penyediaan informasi yang akurat dan objektif serta menciptakan kampanye edukasi yang baik tentang manfaat beralih ke produk tembakau alternatif," kata Paido.
Paido menyebut pihaknya siap berkolaborasi dengan pemerintah untuk memberikan edukasi secara aktif. Pasalnya, mereka juga ingin memiliki peran penting dalam menyediakan informasi yang kredibel tentang produk tembakau alternatif kepada masyarakat.
Dia merujuk pada hasil kajian berjudul "Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products" dari UK Health Security Agency. Kajian itu menyebut produk tembakau alternatif mampu mengurangi paparan risiko hingga 90-95 persen lebih rendah daripada rokok.
"Kami juga dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk memastikan informasi yang jujur dan akurat tersedia bagi konsumen," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(ELG)
Menurut Fachmi, publik menganggap produk tembakau alternatif sama berbahayanya dengan rokok terhadap kesehatan. Sehingga tidak layak dijadikan sebagai opsi alternatif bagi perokok dewasa untuk beralih dari kebiasaannya.
"Jika banyak edukasi tentang profil risiko produk tembakau alternatif tentunya akan sangat membantu agar masyarakat mendapatkan informasi yang berdasarkan hasil penelitian, sehingga meluruskan misinformasi yang begitu banyak beredar sekarang ini," kata Fachmi.
Fachmi pun berharap pemerintah ikut mengambil peran mengedukasi tentang profil risiko produk tembakau alternatif kepada masyarakat dan komunitas anak muda. Apalagi, pemerintah selama ini telah berjuang keras untuk menurunkan prevalensi merokok.
“Pemerhati kesehatan juga harus melihat produk tembakau alternatif dari sisi profil risiko dibandingkan rokok. Jadi bukan hanya melihat dari sisi efek negatif sehingga informasi yang diterima sesuai penelitian ilmiah," jelasnya.
Fachmi menganggap upaya menurukan angka peroko belum membuahkan hasil. Padahal, dia menyebut pemerintah sudah seharusnya membuka opsi tersebut untuk mengurangi angka perokok.
"Sangat sulit bagi perokok dapat meninggalkan kebiasaan lama mereka," ucapnya.
Edukasi itu pula yang dilakukan Fachmi bersama organisasinya. Melalui kampanye edukasi yang berkelanjutan ini, dia berharap publik mendapatkan informasi akurat mengenai produk tembakau alternatif.
"Kami berusaha mengedukasi melalui kegiatan-kegiatan komunitas vape. Pemberi edukasi terbesar kami adalah para pengguna yang sudah merasakan langsung perbedaan saat beralih ke produk ini," ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (AKVINDO), Paido Siahaan. Dia juga mengharapkan adanya peran aktif dari pemerintah dalam mengedukasi masyarakat mengenai produk tembakau alternatif.
"Kami berharap pemerintah memfasilitasi penyediaan informasi yang akurat dan objektif serta menciptakan kampanye edukasi yang baik tentang manfaat beralih ke produk tembakau alternatif," kata Paido.
Paido menyebut pihaknya siap berkolaborasi dengan pemerintah untuk memberikan edukasi secara aktif. Pasalnya, mereka juga ingin memiliki peran penting dalam menyediakan informasi yang kredibel tentang produk tembakau alternatif kepada masyarakat.
Dia merujuk pada hasil kajian berjudul "Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products" dari UK Health Security Agency. Kajian itu menyebut produk tembakau alternatif mampu mengurangi paparan risiko hingga 90-95 persen lebih rendah daripada rokok.
"Kami juga dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk memastikan informasi yang jujur dan akurat tersedia bagi konsumen," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)