COMMUNITY

Kaum Perempuan dan Anak Paling Terkena Dampak Perubahan Iklim

Medcom
Jumat 25 November 2022 / 13:08
Jakarta: Perubahan iklim mengancam kaum perempuan dan anak-anak Indonesia. Penelitian tentang Adaptasi Perubahan Iklim dan Gender menyebutkan perubahan iklim dalam bentuk banjir, kenaikan suhu, dan naiknya permukaan air laut membuat hilangnya pendapatan serta kesehatan mental yang buruk bagi perempuan dan anak perempuan.

Mayoritas perempuan yang disurvei di Nusa Tenggara Barat menyebut mereka kehilangan pendapatan karena perubahan iklim. Sementara 41% mengatakan bahwa mereka menghadapi kesulitan keuangan. Menurut Bank Dunia, Indonesia berada di peringkat ke-12 dari 35 negara yang berisiko akibat bencana terkait perubahan iklim termasuk tsunami, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan gempa bumi.

Hal itulah yang membuat Yayasan Relief Islami Indonesia menggelar seminar internasional bertajuk "Perempuan dan Anak-Anak di Garis Depan Perubahan Iklim". Seminar ini dihadiri pembicara nasional dan internasional.

"Kami adakan seminar internasional, terkait gender dan adaptasi perubahan iklim. Dengan mengundang pembicara-pembicara dari berbagai negara seperti Bangladesh, Pakistan, Filipin dan disambungkan dengan  penelitian dari IPB terkait gender dalam perubahan iklim khususnya adaptasi iklim," kata Nanang S. Dirja selaku CEO Yayasan Relief Islami Indonesia.

Menurut Nanang, perubahan iklim berdampak pada manusia, terutama untuk kaum perempuan, anak, orang tua dan kaum disable. Dari hasil penelitian sudah banyak yang membuktikan akibat perubahan iklim memengaruhi penurunan kualitas pangan, ketersediaan air hingga kesehatan.

"Kita perlu melakukan semacam dorongan kepada semua pihak untuk memperhatikan isu perempuan, anak, kaum disable dan kelompok marginal lainnya. Kami melihat upaya adaptasi iklim ini sudah dijalankan. Kami ingin mengurangi penderitaan perempuan, anak dan disable dari perubahan iklim," katanya.

Sementara itu, Sri Wahyuni yang kelompok perempuan melakukan aksi-aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Sri Wahyuni juga satu dari sekian banyak perempuan penggarap sawah garam yang terletak di Lombok.

Bagi Sri, menggarap ladang dan sawah garam merupakan pekerjaan yang berat karena semua harus dikerjakan sendiri.

"Partisipasi aktif perempuan petani garam dalam membangun ketahanan iklim lokal sangat diperlukan," ucapnya.




 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(ELG)

MOST SEARCH