Jakarta: PT Indofood Sukses Makmur Tbk (“Indofood”) kembali membuka peluang bagi mahasiswa untuk memperoleh dana riset melalui Program Indofood Riset Nugraha (IRN) periode 2025-2026.
Masih mengangkat tema “Penelitian Pangan Fungsional Berbasis Potensi dan Kearifan Lokal”, program IRN terbuka bagi semua jurusan dan diutamakan bagi mahasiswa yang melakukan riset untuk menyelesaikan kuliah strata 1-nya.
Seperti diketahui, pangan fungsional adalah sumber pangan yang tidak hanya berperan sebagai sumber energi dan gizi, tetapi juga mempunyai khasiat tertentu yang dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat.
Stefanus Indrayana, Head of Corporate Communications Indofood mengatakan, kesehatan erat kaitannya dengan asupan yang diberikan ke dalam tubuh. Pangan, selain sebagai sumber energi dan gizi, juga bisa memberikan manfaat secara langsung bagi kesehatan kita.
"Oleh karenanya, riset sangat diperlukan untuk mengembangkan produk pangan serta menemukan inovasi-inovasi produk pangan fungsional dari kearifan lokal yang kita miliki. Melalui IRN kami ajak teman-teman mahasiswa. Tidak hanya sebagai syarat kelulusan, tetapi melakukan riset yang unggul dan dapat diaplikasikan di kehidupan kita," ungkapnya.
Selama ini, menurut Indrayana partisipasi riset dari perguruan tinggi dari wilayah timur Indonesia masih sedikit.
"Kami berharap tahun ini partisipasi mahasiswa dari wilayah timur Indonesia akan meningkat. Mengapa? Karena disana memiliki sumber pangan yang berlimpah dan fungsional. Contohnya buah merah yang ada di Papua, kaya nutrisi dan juga besar manfaatnya bagi kesehatan," ujarnya di hadapan mahasiswa dari 8 perguruan tinggi dari wilayah timur Indonesia yang turut hadir mengikuti sosialisasi IRN secara daring.
Program IRN adalah salah satu program Corporate Social Responsibility (CSR) Indofood yang secara konsisten mendorong minat riset generasi muda. IRN telah dilaksanakan sejak tahun 2006 dan tidak hanya memberikan dana riset, namun juga pendampingan dari Tim Pakar selama melakukan penelitian.
Tahun lalu, proposal penelitian yang masuk berjumlah 614 proposal dan masih didominasi oleh universitas-universitas dari wilayah barat Indonesia. Hingga saat ini Program IRN telah mendanai lebih dari 1.300 proposal penelitian.

(Sosialisasi IRN periode 2025 - 2026 secara daring. Foto: Do. Istimewa)
Ketua Tim Pakar IRN, Prof. Dr. Ir. Purwiyatno Haryadi, M.Sc mengatakan IRN berhasil mendorong penelitian pangan fungsional berbasis potensi dan kearifan lokal di Indonesia.
"Program ini telah berhasil merangsang inovasi mahasiswa dalam memanfaatkan kekayaan hayati dan tradisi lokal untuk mengatasi masalah kesehatan," ujarnya.
Dari proposal yang disampaikan, terlihat bahwa para mahasiswa secara aktif mengeksplorasi beragam bahan baku lokal, mulai dari umbi-umbian (porang, ubi jalar, talas, ganyong), hasil laut (rumput laut, ikan, rusip), buah-buahan endemik (parijoto, kawista, anggur papua), hingga rempah dan tanaman herbal (secang, kelor, jintan hitam, temulawak) bahkan, limbah pertanian pun divalorisasi menjadi produk bernilai tambah.
Dari sisi produk, menurut Prof. Purwiyatno, penelitian IRN menghasilkan berbagai usulan pangan fungsional inovatif dalam beragam format: minuman serbuk/sembiotik, snack bar, biskuit, roti, hingga produk analog dan penyedap rasa. Ini menunjukkan kreativitas dalam mengubah bahan mentah menjadi bentuk yang lebih mudah diterima dan memiliki nilai komersial.
Fokus utama penelitian adalah mengatasi masalah kesehatan krusial seperti stunting, diabetes mellitus, berbagai penyakit degeneratif (kanker, jantung, Alzheimer), kekurangan gizi, hingga masalah pencernaan dan imunitas.
"Secara umum, respons mahasiswa sangat positif dan antusias. Mereka tidak hanya menunjukkan minat tinggi, tetapi juga kemampuan untuk berinovasi dan menerapkan pendekatan multidisiplin dalam mengembangkan solusi pangan fungsional yang berbasis pada potensi dan kearifan lokal Indonesia. Ini adalah indikator kuat bahwa program IRN berhasil menumbuhkan generasi peneliti yang peduli akan kesehatan dan keberlanjutan pangan di tanah air," jelasnya.
Objek penelitiannya adalah sumberdaya hayati berbasis potensi dan kearifan lokal meliputi produk petanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, kelautan, peternakan dan air.
Sementara itu, cakupan bidang penelitian meliputi Agro-Teknolgi (Budidaya), Teknologi Proses/Pengolahan, Gizi dan Kesehatan Masyarakat serta Sosial Budaya, Ekonomi dan Pemasaran.
"Kami percaya riset bisa menjadi sarana bagi teman-teman mahasiswa untuk mengasah dan melatih kemampuan berpikir kritis dan logis guna menemukan solusi ilmiah maupun inovasi-inovasi yang diperlukan. Lewat program IRN, eksplorasi terus ide kreatif kalian, gali pemikiran-pemikiran segar, mari bersama-sama ikut berkontribusi dalam peningkatan kesehatan masyarakat dan ketahanan pangan bangsa kita," pungkas Indrayana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(yyy)
Masih mengangkat tema “Penelitian Pangan Fungsional Berbasis Potensi dan Kearifan Lokal”, program IRN terbuka bagi semua jurusan dan diutamakan bagi mahasiswa yang melakukan riset untuk menyelesaikan kuliah strata 1-nya.
Seperti diketahui, pangan fungsional adalah sumber pangan yang tidak hanya berperan sebagai sumber energi dan gizi, tetapi juga mempunyai khasiat tertentu yang dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat.
Stefanus Indrayana, Head of Corporate Communications Indofood mengatakan, kesehatan erat kaitannya dengan asupan yang diberikan ke dalam tubuh. Pangan, selain sebagai sumber energi dan gizi, juga bisa memberikan manfaat secara langsung bagi kesehatan kita.
"Oleh karenanya, riset sangat diperlukan untuk mengembangkan produk pangan serta menemukan inovasi-inovasi produk pangan fungsional dari kearifan lokal yang kita miliki. Melalui IRN kami ajak teman-teman mahasiswa. Tidak hanya sebagai syarat kelulusan, tetapi melakukan riset yang unggul dan dapat diaplikasikan di kehidupan kita," ungkapnya.
Selama ini, menurut Indrayana partisipasi riset dari perguruan tinggi dari wilayah timur Indonesia masih sedikit.
"Kami berharap tahun ini partisipasi mahasiswa dari wilayah timur Indonesia akan meningkat. Mengapa? Karena disana memiliki sumber pangan yang berlimpah dan fungsional. Contohnya buah merah yang ada di Papua, kaya nutrisi dan juga besar manfaatnya bagi kesehatan," ujarnya di hadapan mahasiswa dari 8 perguruan tinggi dari wilayah timur Indonesia yang turut hadir mengikuti sosialisasi IRN secara daring.
Program IRN adalah salah satu program Corporate Social Responsibility (CSR) Indofood yang secara konsisten mendorong minat riset generasi muda. IRN telah dilaksanakan sejak tahun 2006 dan tidak hanya memberikan dana riset, namun juga pendampingan dari Tim Pakar selama melakukan penelitian.
Tahun lalu, proposal penelitian yang masuk berjumlah 614 proposal dan masih didominasi oleh universitas-universitas dari wilayah barat Indonesia. Hingga saat ini Program IRN telah mendanai lebih dari 1.300 proposal penelitian.

(Sosialisasi IRN periode 2025 - 2026 secara daring. Foto: Do. Istimewa)
Ketua Tim Pakar IRN, Prof. Dr. Ir. Purwiyatno Haryadi, M.Sc mengatakan IRN berhasil mendorong penelitian pangan fungsional berbasis potensi dan kearifan lokal di Indonesia.
"Program ini telah berhasil merangsang inovasi mahasiswa dalam memanfaatkan kekayaan hayati dan tradisi lokal untuk mengatasi masalah kesehatan," ujarnya.
Dari proposal yang disampaikan, terlihat bahwa para mahasiswa secara aktif mengeksplorasi beragam bahan baku lokal, mulai dari umbi-umbian (porang, ubi jalar, talas, ganyong), hasil laut (rumput laut, ikan, rusip), buah-buahan endemik (parijoto, kawista, anggur papua), hingga rempah dan tanaman herbal (secang, kelor, jintan hitam, temulawak) bahkan, limbah pertanian pun divalorisasi menjadi produk bernilai tambah.
Dari sisi produk, menurut Prof. Purwiyatno, penelitian IRN menghasilkan berbagai usulan pangan fungsional inovatif dalam beragam format: minuman serbuk/sembiotik, snack bar, biskuit, roti, hingga produk analog dan penyedap rasa. Ini menunjukkan kreativitas dalam mengubah bahan mentah menjadi bentuk yang lebih mudah diterima dan memiliki nilai komersial.
Fokus utama penelitian adalah mengatasi masalah kesehatan krusial seperti stunting, diabetes mellitus, berbagai penyakit degeneratif (kanker, jantung, Alzheimer), kekurangan gizi, hingga masalah pencernaan dan imunitas.
"Secara umum, respons mahasiswa sangat positif dan antusias. Mereka tidak hanya menunjukkan minat tinggi, tetapi juga kemampuan untuk berinovasi dan menerapkan pendekatan multidisiplin dalam mengembangkan solusi pangan fungsional yang berbasis pada potensi dan kearifan lokal Indonesia. Ini adalah indikator kuat bahwa program IRN berhasil menumbuhkan generasi peneliti yang peduli akan kesehatan dan keberlanjutan pangan di tanah air," jelasnya.
Cara mengikuti program IRN
Bantuan dana riset Program IRN diperuntukkan bagi mahasiswa S1 dari semua jurusan yang akan melakukan penelitian sebagai tugas akhirnya. Untuk persyaratan bisa diakses melalui www.indofoodrisetnugraha.com.Objek penelitiannya adalah sumberdaya hayati berbasis potensi dan kearifan lokal meliputi produk petanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, kelautan, peternakan dan air.
Sementara itu, cakupan bidang penelitian meliputi Agro-Teknolgi (Budidaya), Teknologi Proses/Pengolahan, Gizi dan Kesehatan Masyarakat serta Sosial Budaya, Ekonomi dan Pemasaran.
"Kami percaya riset bisa menjadi sarana bagi teman-teman mahasiswa untuk mengasah dan melatih kemampuan berpikir kritis dan logis guna menemukan solusi ilmiah maupun inovasi-inovasi yang diperlukan. Lewat program IRN, eksplorasi terus ide kreatif kalian, gali pemikiran-pemikiran segar, mari bersama-sama ikut berkontribusi dalam peningkatan kesehatan masyarakat dan ketahanan pangan bangsa kita," pungkas Indrayana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(yyy)