COMMUNITY

Antimicrobial Stewardship (AMS), Edukasi Penggunaan Antibiotik Secara Bijak dan Tepat

Medcom
Rabu 03 September 2025 / 15:58
Jakarta: Innoquest Laboratorium bersama Royal Progress Hospital kembali menghadirkan Continuing Medical Education (CME) yang kedua untuk internal dan eksternal dengan tema “Behind Every Prescription: The Power of Antimicrobial Stewardship.”

Seperti diketahui, resistensi antimikroba (AMR) saat ini menjadi salah satu ancaman kesehatan global terbesar. 

Melalui edukasi Antimicrobial Stewardship (AMS), penggunaan antibiotik diharapkan dapat lebih tepat sasaran baik dalam pemilihan jenis, dosis, maupun durasi, berdasarkan hasil diagnostik laboratorium yang presisi.

Seminar ini menghadirkan para pakar terkemuka, di antaranya Prof. Dr. dr. Rianto Setiadudy, Sp.FK (Farmakologi Klinik), Dr. dr. Latre Buntaran, Sp.MK(K) (Mikrobiologi Klinik), Prof. Dr. dr. Amir Sjarifuddin Madjid, Sp.An-KIC (Intensive Care), serta dr. Adeline Intan Pratiwi Pasaribu, Sp.PD (Penyakit Dalam). 

Acara dikemas dalam bentuk sesi ilmiah dan diskusi panel interaktif, memberikan wawasan praktis kepada peserta untuk memperkuat peran AMS di rumah sakit masing-masing.

Prof. DR. dr. Rianto Setiadudy, SpFK(K) menekankan bahwa Antibiotic Stewardship pada dasarnya adalah cara mengatur penggunaan antibiotik agar tepat sasaran—baik jenis, dosis, maupun durasinya. Dengan begitu, antibiotik tetap efektif melawan penyakit dan risiko resistensi bisa ditekan.

Dr. dr. Latre Buntaran, Sp.MK(K) menyampaikan bahwa "Resistensi kuman tidak bisa dicegah hanya dengan tindakan dokter saja. Rumah sakit perlu punya strategi yang menyeluruh—mulai dari edukasi tenaga medis, aturan kebijakan, hingga pemantauan data resistensi di lapangan."

Sementara, Prof. DR. dr. Amir S. Madjid, SpAn-KIC menegaskan bahwa ICU adalah area paling rawan terjadinya resistensi. Karena itu, pemantauan antibiotik di ICU harus ekstra ketat dan melibatkan banyak pihak. Tim yang terdiri dari dokter, perawat, farmasis, dan mikrobiolog perlu bekerja sama agar terapi pasien kritis tetap aman dan efektif.

dr. Adeline Intan Pratiwi Pasaribu, Sp.PD pun menjelaskan bahwa setiap pasien punya kondisi berbeda, apalagi yang kompleks. Dengan prinsip pharmacokinetics dan pharmacodynamics, dokter bisa menentukan dosis dan lama penggunaan antibiotik yang paling pas—cukup kuat melawan infeksi, tapi tetap aman bagi tubuh pasien.

"Melalui acara ini, kami juga berharap dapat menjadi pelopor penerapan Antimicrobial Stewardship yang komprehensif. Selain itu, kolaborasi yang terjalin antara kami dengan Innoquest Indonesia dapat berjalan secara maksimal, terutama dalam hal pengembangan layanan kesehatan yang mengutamakan ketepatan diagnosa dan keselamatan pasien," ujar Dr. Ivan R. Setiadarma, MM selaku Direktur Utama Royal Progress Hospital. 

Seminar ini tidak hanya membahas pentingnya penggunaan antibiotik secara bijak, tetapi juga menyoroti tantangan sehari-hari dalam mencegah penyebaran kuman yang kebal di rumah sakit. Topik yang diangkat mulai dari cara menjaga pengendalian infeksi di ruang ICU, bagaimana menentukan dosis antibiotik yang tepat, hingga peran tim PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) dalam mencegah infeksi yang muncul selama pasien dirawat. 

Melalui diskusi interaktif, peserta mendapatkan wawasan praktis tentang pentingnya kerja sama antara dokter, laboratorium, dan manajemen rumah sakit untuk memastikan keberhasilan program AMS. 

"Sebagai bagian dari komitmen jangka panjang, acara edukatif seperti ini akan terus menjadi agenda rutin, wujud kolaborasi Innoquest Laboratorium dengan Royal Progress Hospital dalam menghadirkan inspirasi dan edukasi terkini dari perspektif global ke Indonesia, sehingga tenaga medis selalu mendapatkan wawasan terbaru untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan," pungkas Yosua Gunawan selaku Chief Operating Officer Innoquest Indonesia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(yyy)

MOST SEARCH