COMMUNITY

APVI Lanjutkan Edukasi Dampak Penggunaan Tembakau

Medcom
Jumat 24 Juni 2022 / 23:05
Jakarta: Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) terus melakukan edukasi konsumen untuk meminimalisasi dampak penggunaan tembakau. Menurut Sekretaris Umum APVI, Garindra Kartasasmita, cara mengonsumsi tembakau ternyata mempengaruhi profil risiko pada konsumennya.

"Problem utama dari rokok adalah cara mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar yang menimbulkan banyak risiko bagi penggunanya. Hal ini patut diperhatikan bahwa tembakau hanyalah sebuah tanaman. Jadi kembali lagi kepada penggunaannya," kata Garin dalam keterangannya.

Garin menambahkan, seiring perkembangan teknologi dan inovasi, sekarang banyak hadir produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, hingga kantong nikotin.

"Produk tembakau alternatif tidak menghasilkan asap, ini perlu dipahami oleh banyak pihak," ujar Garin.

Produk tembakau alternatif disebut Garin memiliki profil risiko kesehatan yang lebih rendah dibandingkan rokok. Hal itu tak lepas dari penerapan sistem pemanasan dalam penggunaannya, seperti pada rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan. Garin menjelaskan hasil dari sistem pemanasan berupa uap, bukan asap seperti pada rokok.

“Pengujian di luar negeri sudah dilakukan di dalam ruangan tertutup dan membuktikan bahwa produk tembakau alternatif lebih rendah risiko daripada rokok," ucapnya.

Selain memiliki risiko yang lebih rendah bagi penggunanya, produk tembakau alternatif juga tidak menciptakan second maupun third hand-smoke. Hal ini tidak terjadi karena hasil dari penggunaan produk tembakau alternatif adalah uap, sehingga tidak menghasil abu, asap, dan bau yang menempel.

"Pilihan terbaik adalah dengan berhenti merokok. Namun bagi yang kesulitan berhenti, produk tembakau alternatif adalah salah satu cara yang paling efektif saat ini untuk mengurangi risiko merokok, sebuah substitusi yang ampuh, baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan," paparnya.

Sementara itu, Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Satria Aji Imawan menyebutkan pelibatan  masyarakat dalam perumusan kebijakan terkait Industri Hasil Tembakau (IHT) di Indonesia, khususnya produk tembakau alternatif, masih minim dan terbatas.

Menurut Satria, produk ini merupakan hasil inovasi yang dirancang secara khusus sehingga memiliki profil risiko yang lebih rendah daripada rokok. Hal ini pun telah dibuktikan oleh sejumlah peneliti baik di dalam maupun di luar negeri. Salah satunya adalah Public Health England yang menyimpulkan bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko lebih rendah hingga 95 persen daripada rokok.

“Hal ini perlu diubah dengan pendekatan yang lebih holistik, yaitu pelibatan masyarakat. Kita mengadopsi sistem governance di mana pelibatan tidak hanya dari pihak swasta, namun juga masyarakat," ujarnya.

Kondisi ini dikhawatirkan memicu dampak negatif seperti kurangnya edukasi yang benar kepada masyarakat terkait produk tembakau alternatif. Padahal, di sisi lain, saat ini pemerintah tengah berupaya kuat untuk menekan prevalensi perokok dan dampaknya.

"Regulasi ini penting agar perilaku masyarakat dalam mengonsumsi tembakau itu berubah. Karena merokok adalah kebiasaan, sehingga perubahan dari kebiasaan tersebut harus dilakukan pelan-pelan," tutupnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)

MOST SEARCH