FITNESS & HEALTH

Rokok Elektrik tetap Membawa Risiko Serius terhadap Kesehatan

A. Firdaus
Rabu 07 Mei 2025 / 14:11
Jakarta: Sejumlah organisasi kesehatan dan pakar komunikasi menyuarakan keprihatinan terhadap maraknya upaya normalisasi penggunaan berbagai jenis rokok elektrik di Indonesia, melalui klaim-klaim menyesatkan yang tidak didukung oleh bukti ilmiah independen. Mereka menegaskan bahwa klaim keliru tersebut berisiko meningkatkan penggunaan rokok elektrik di kalangan anak dan remaja, kelompok yang seharusnya mendapat perlindungan.

Kritik tajam disampaikan oleh Prof. Dr. Eni Maryani, M.Si., Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Prof. Eni menyoroti narasi yang dibangun oleh sejumlah lembaga, termasuk Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR), Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), dan Koalisi Indonesia Bebas Tar (KABAR), yang kerap mengklaim adanya potensi manfaat kesehatan dari produk rokok elektrik tanpa didukung bukti ilmiah yang kuat dari beragam sumber.

"Klaim-klaim semacam ini sangat berbahaya karena dapat mengaburkan persepsi publik tentang rokok elektrik. Terdapat bukti-bukti ilmiah yang independen dan justru menunjukkan bahwa rokok elektrik tetap membawa risiko serius terhadap Kesehatan," ungkap Prof. Eni.

Baca juga: Tidak Lebih Baik dari Rokok, Vape pun Bisa Akibatkan Gagal Jantung

"Membuat kesimpulan yang terburu-buru seperti ini sangat berbahaya, apalagi menyangkut kesehatan publik. Mereka mengabaikan banyak bukti ilmiah lain yang justru menunjukkan bahaya rokok elektronik," tegasnya.
 

Penggunaan rokok elektronik tidak bebas dari bahaya


Dari sisi medis, Dr. dr. Feni Fitriani Taufik, Sp.P(K), M.Pd.Ked dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) memperingatkan bahwa penggunaan rokok elektronik tidak bebas dari bahaya. Menurutnya, paparan bahan kimia berbahaya dalam aerosol rokok elektrik dapat menyebabkan penyakit paru seperti bronchiolitis obliterans (popcorn lung), penurunan fungsi paru, dan risiko penyakit kardiovaskular.

Selain itu, klaim bahwa rokok elektronik dapat membantu perokok berhenti merokok juga dinilai keliru oleh Dr. Feni. Penelitian terbaru yang dirilis pada April 2025 oleh para peneliti dari Johns Hopkins University mengungkapkan bahwa hanya 0,08% pengguna yang berhasil berhenti menggunakan semua produk tembakau dengan bantuan rokok elektrik - angka yang sangat kecil.

Sementara itu, risiko yang ditimbulkan dari penggunaan rokok elektrik bagi generasi masa depan sangat besar, di mana sebagian besar pengguna baru adalah anak muda, dan 77,8% di antaranya sebelumnya belum pernah menggunakan produk tembakau apa pun.

"Bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan rokok elektrik jauh lebih besar dibandingkan manfaatnya bagi generasi masa depan Indonesia," tegas Dr. Feni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH