COMMUNITY

Lestari Moerdijat: Perempuan dan Kesetaraan

Raka Lestari
Kamis 04 Februari 2021 / 12:07
Jakarta: Kiprah perempuan dalam dunia politik memang terkadang masih dianggap sebelah mata. Dan tentunya, tidak hanya dalam bidang politik saja tetapi dalam bidang apapun kesetaran gender menjadi hal yang menjadi perhatian.

Namun kenyataannya, di lapangan masih saja terjadi ketidaksetaraan yang masih dirasakan oleh para perempuan hingga saat ini.

“Kita (perempuan) dan kesetaraan. Kita sering sekali mendengar kata itu tapi kita tidak boleh menutup mata bahwa sampai hari ini kesetaraan masih menjadi persoalan,” ujar Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat, dalam acara Forum Diskusi Denpasar 12 bertajuk Peluncuran dan Bedah Buku 'Jalan Terjal Perempuan Politik', Rabu, 3 Februari 2021.

Menurut wanita yang akrab disapa Rerie tersebut, ketika kesetaraan masih menjadi sebuah persoalan, maka ketimpangan-ketimpangan yang ada, ketimpangan-ketimpangan yang timbul akan menuai berbagai rangkaian masalah. “Dan alih-alih kita mencapai tujuan, malah ketimpangan yang kita hadapi sekarang mempersulit ruang jalan kita,” tuturnya.

“Memang, kita tahu persis bahwa ruang untuk perempuan Indonesia sudah terbuka. Undang-undang pun sudah menyebutkan persyaratan adanya perempuan atau 30 persen perwakilan perempuan di parlemen yang sayang sekali sampai hari ini masih berupa persyaratan saja tetapi tidak berujung pada keterpihakan,” tutur Rerie.

Ia juga menambahkan, “Kehadiran perempuan di ruangan ini dan di dunia politik tentunya bukan hanya sekedar wacana sesaat, tapi yang paling penting adalah bagaimana kita bisa mewarnai dunia politik dan memberikan afirmasi bahwa setiap subjek berhak untuk melakukan aktualisasi diri di setiap bidang kehidupan,” ujar Rerie.

“Seyogianya pengambilan keputusan tidak hanya berpijak pada satu kualitas dan persepsi. Disinilah kita meyakini bahwa pandangan dari perempuan dapat memberikan warna dan menyempurnakan keputusan-keputusan dan bahkan hasilnya dapat memberikan warna yang berbeda,” kata Rerie.

Ia mencontohkan, “Berbeda. Tidak perlu jauh-jauh kita lihat dalam kondisi covid-19 ini ada sebuah tulisan yang menyebutkan bahwa ternyata pemimpin-pemimpin dunia perempuan mampu menahan laju covid-19. Dan melihat situasi ini, seyogianya di Indonesia kita belajar bahwa perempuan harus lebih mendapatkan tempat,” tambahnya.

“Dan buku ini sesungguhnya sebuah lecutan bagi kita semua, sekaligus penyemangat agar kita tidak lelah untuk terus berjuang memperjuangkan kesetaraan dan yang pasti membukakan mata bagi masyarakat, termasuk kepada perempuan sendiri untuk menyadari potensi yang dimilikinya dan untuk berani berdiri, berani untuk berjuang, dan percaya bahwa kita memiliki kesempatan yang sama,” pungkas Rerie.






Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH