BEAUTY
Gen Z Dianggap ‘Menua’ Lebih Cepat Dibanding Milenial, Begini Penjelasannya
Mia Vale
Kamis 05 September 2024 / 21:09
Jakarta: Selama setahun terakhir, kueri tren yang paling banyak ditanyakan di antara topik-topik yang terkait dengan kelompok generasi Z dan Y (Milineal), adalah “Mengapa Gen Z terlihat lebih tua dibandingkan generasi Milenial?”
Hal ini diungkapkan berdasar laporan baru yang dirilis oleh Google Trends yang menganalisis penelusuran yang menampilkan kedua demografi tersebut. Gen Z sendiri merupakan mereka yang lahir di rentang 1997 hingga 2012. Sebaliknya, mereka yang berasal dari Generasi Y atau Milenial, kelahiran 1981 sampai 1996.
Gen Z yang berada pada rentang usia 11 - 26 tahun terlihat memiliki wajah lebih tua dibandingkan generasi Millenial berusia antara 27 - 42 tahun. Percakapan ini disampaikan dalam video TikTok oleh Jordan Howlett yang berusia 26 tahun, di mana telah ditonton lebih dari 24 juta kali.
“Hal ini terutama disebabkan oleh stres,” tegas Jordan menanggapi perdebatan di media sosial mengenai masalah ini.
Jotdan menambahkan, saat ini kita hidup di masa di mana kaum Milenial terlihat jauh lebih muda dibandingkan usia mereka, sementara Gen Z terlihat jauh lebih tua dibandingkan usia mereka.
Ada beberapa validitas yang perlu ditekankan sebagai faktor yang menyebabkan Gen Z “menua” lebih cepat dibandingkan generasi Milenial. Penelitian yang dikutip dari Womens Wear Daily menunjukkan, melalui analisis DNA selain persepsi subjektif, bahwa terdapat perbedaan antara usia kronologis – jumlah tahun kita hidup – dan usia biologis – faktor kesehatan dan gaya hidup yang memengaruhi kondisi tubuh saat ini.
Merokok, kecenderungan genetik, pola makan, kesehatan mental, dan stres kronis dapat menghilangkan penampilan terlihat lebih tua. Stres merupakan bagian yang sangat diremehkan dari proses penuaan," ujar Emily Trampetti, ahli estetika dan pendiri Skin Property, sebuah perusahaan konsultasi perawatan kulit virtual.
Menurut survei yang dilakukan oleh McKinsey Health Institute pada tahun 2022, 32 persen responden Gen Z melaporkan mengalami kesehatan mental, sosial, dan spiritual yang buruk dibandingkan dengan 23 persen generasi Milenial, dan 27 persen responden Gen Z menyebut media sosial sebagai penyebabnya.
Salah satu penyebabnya, adalah keterikatan Gen Z dalam melihat apa yang dilakukan orang lain di media sosia. Inilah yang berdampak buruk pada kesehatan mental.
.jpg)
(Survei yang dilakukan oleh McKinsey Health Institute pada tahun 2022 melaporkan soal responden Gen Z mengalami masalah kesehatan mental salah satunya menyebut akibat media sosial. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Selain kesehatan mental, perawatan kulit juga memengaruhi mengapa Gen Z terlihat lebih cepat tua dibandingkan Gen Milineal. Menurut pandangan dokter kulit bersertifikat, Dan Belkin, generasi Milenial terlihat menarik salah satunya karena menerapkan perawatan suntik yang sesuai.
Menurut laporan American Society of Plastic Surgery, Milenial mengalami peningkatan 9 persen dalam penggunaan filler asam hialuronat pada 2023, tertinggi dari kelompok usia lain.
Seperti diketahui, prosedur filler hyaluronic acid (HA), seperti Juvederm, Voluma, dan Restylane membantu meningkatkan volume dan mengencangkan area wajah, termasuk bibir, pipi, dan cekungan bawah mata.
Selain itu, Milenial juga mengalami peningkatan dalam penggunaan filler non-asam hialuronat, seperti Radiesse, Sculptra, dan Bellafill. Berbeda dengan HA, perawatan kulit ini bersifat semipermanen dan tidak dapat larut dalam lapisan kulit.
Ada pula prosedur perawatan anti-kerut neuromodulator, seperti Botox, Dysport, Xeomin, Jeuveau, dan Daxxify, yang merupakan prosedur suntikan paling populer di kalangan Milenial.
Sementara itu, menurut laporan yang sama, prosedur filler juga disukai Gen Z daripada neuromodulator. Bagi kelompok usia ini, perawatan menggunakan filler non-HA dan HA yang dikombinasikan terbukti menjadi yang paling populer.
Sayangnya, meski penggunaan prosedur perawatan suntikan itu dapat membantu Milenial tampak lebih muda. Namun, Gen Z yang menjalani filler justru cenderung akan tampak terlalu berisi dan melebihi usia mereka.
Belkin mengatakan, penggunaan filler yang paling tepat bagi Gen Z adalah untuk meningkatkan volume kulit, bukan mengganti kehilangan volume seperti Milenial. Sebab, Gen Z secara umum belum mengalami kekenduran kulit yang signifikan, seperti generasi pendahulunya.
Misalnya, ingin memberikan sedikit tonjolan di pipi, bibir, atau sedikit menajamkan bagian dagu menggunakan prosedur filler. "Jadi, lebih seperti meningkatkan daripada mengganti kehilangan volume yang berkaitan dengan usia," tandasnya.
Beberapa kelompok mengklaim bahwa penggunaan retinoid mempercepat penuaan dini, dan testimoni di media sosial menyebutkan bahwa hal itu menciptakan peningkatan garis-garis halus.
“Jika kamu menggunakan retinol untuk tujuan antipenuaan, belum tentu ada manfaatnya saat masih muda. Karena ketika kamu masih muda, kamu sudah memiliki kulit yang bagus,” ujar Dr. Marisa Garshick, seorang dokter kulit bersertifikat.
Bagi segmen Gen Z yang menggunakannya untuk antipenuaan, mereka belum tentu mendapatkan manfaat nyata seperti generasi Milenial. Pasalnya, retinoid mengatur pergantian sel kulit dan meningkatkan kolagen.
Penggunaan retinol yang berlebihan dan menyebabkan banyak iritasi akan membuat kulit merah dan mengelupas atau menyebabkan dermatitis perioral," kata Garshick.
Kendati demikian, dia menyangkal hal tersebut justru akan menyebabkan penampilan tampak lebih tua, seperti muncul kerutan pada wajah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Hal ini diungkapkan berdasar laporan baru yang dirilis oleh Google Trends yang menganalisis penelusuran yang menampilkan kedua demografi tersebut. Gen Z sendiri merupakan mereka yang lahir di rentang 1997 hingga 2012. Sebaliknya, mereka yang berasal dari Generasi Y atau Milenial, kelahiran 1981 sampai 1996.
Gen Z yang berada pada rentang usia 11 - 26 tahun terlihat memiliki wajah lebih tua dibandingkan generasi Millenial berusia antara 27 - 42 tahun. Percakapan ini disampaikan dalam video TikTok oleh Jordan Howlett yang berusia 26 tahun, di mana telah ditonton lebih dari 24 juta kali.
“Hal ini terutama disebabkan oleh stres,” tegas Jordan menanggapi perdebatan di media sosial mengenai masalah ini.
Jotdan menambahkan, saat ini kita hidup di masa di mana kaum Milenial terlihat jauh lebih muda dibandingkan usia mereka, sementara Gen Z terlihat jauh lebih tua dibandingkan usia mereka.
Stres dan kesehatan mental
Ada beberapa validitas yang perlu ditekankan sebagai faktor yang menyebabkan Gen Z “menua” lebih cepat dibandingkan generasi Milenial. Penelitian yang dikutip dari Womens Wear Daily menunjukkan, melalui analisis DNA selain persepsi subjektif, bahwa terdapat perbedaan antara usia kronologis – jumlah tahun kita hidup – dan usia biologis – faktor kesehatan dan gaya hidup yang memengaruhi kondisi tubuh saat ini.
Merokok, kecenderungan genetik, pola makan, kesehatan mental, dan stres kronis dapat menghilangkan penampilan terlihat lebih tua. Stres merupakan bagian yang sangat diremehkan dari proses penuaan," ujar Emily Trampetti, ahli estetika dan pendiri Skin Property, sebuah perusahaan konsultasi perawatan kulit virtual.
Menurut survei yang dilakukan oleh McKinsey Health Institute pada tahun 2022, 32 persen responden Gen Z melaporkan mengalami kesehatan mental, sosial, dan spiritual yang buruk dibandingkan dengan 23 persen generasi Milenial, dan 27 persen responden Gen Z menyebut media sosial sebagai penyebabnya.
Salah satu penyebabnya, adalah keterikatan Gen Z dalam melihat apa yang dilakukan orang lain di media sosia. Inilah yang berdampak buruk pada kesehatan mental.
.jpg)
(Survei yang dilakukan oleh McKinsey Health Institute pada tahun 2022 melaporkan soal responden Gen Z mengalami masalah kesehatan mental salah satunya menyebut akibat media sosial. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Penggunaan filler
Selain kesehatan mental, perawatan kulit juga memengaruhi mengapa Gen Z terlihat lebih cepat tua dibandingkan Gen Milineal. Menurut pandangan dokter kulit bersertifikat, Dan Belkin, generasi Milenial terlihat menarik salah satunya karena menerapkan perawatan suntik yang sesuai.
Menurut laporan American Society of Plastic Surgery, Milenial mengalami peningkatan 9 persen dalam penggunaan filler asam hialuronat pada 2023, tertinggi dari kelompok usia lain.
Seperti diketahui, prosedur filler hyaluronic acid (HA), seperti Juvederm, Voluma, dan Restylane membantu meningkatkan volume dan mengencangkan area wajah, termasuk bibir, pipi, dan cekungan bawah mata.
Selain itu, Milenial juga mengalami peningkatan dalam penggunaan filler non-asam hialuronat, seperti Radiesse, Sculptra, dan Bellafill. Berbeda dengan HA, perawatan kulit ini bersifat semipermanen dan tidak dapat larut dalam lapisan kulit.
Ada pula prosedur perawatan anti-kerut neuromodulator, seperti Botox, Dysport, Xeomin, Jeuveau, dan Daxxify, yang merupakan prosedur suntikan paling populer di kalangan Milenial.
Sementara itu, menurut laporan yang sama, prosedur filler juga disukai Gen Z daripada neuromodulator. Bagi kelompok usia ini, perawatan menggunakan filler non-HA dan HA yang dikombinasikan terbukti menjadi yang paling populer.
Sayangnya, meski penggunaan prosedur perawatan suntikan itu dapat membantu Milenial tampak lebih muda. Namun, Gen Z yang menjalani filler justru cenderung akan tampak terlalu berisi dan melebihi usia mereka.
Belkin mengatakan, penggunaan filler yang paling tepat bagi Gen Z adalah untuk meningkatkan volume kulit, bukan mengganti kehilangan volume seperti Milenial. Sebab, Gen Z secara umum belum mengalami kekenduran kulit yang signifikan, seperti generasi pendahulunya.
Misalnya, ingin memberikan sedikit tonjolan di pipi, bibir, atau sedikit menajamkan bagian dagu menggunakan prosedur filler. "Jadi, lebih seperti meningkatkan daripada mengganti kehilangan volume yang berkaitan dengan usia," tandasnya.
Penggunaan retinoid
Beberapa kelompok mengklaim bahwa penggunaan retinoid mempercepat penuaan dini, dan testimoni di media sosial menyebutkan bahwa hal itu menciptakan peningkatan garis-garis halus.
“Jika kamu menggunakan retinol untuk tujuan antipenuaan, belum tentu ada manfaatnya saat masih muda. Karena ketika kamu masih muda, kamu sudah memiliki kulit yang bagus,” ujar Dr. Marisa Garshick, seorang dokter kulit bersertifikat.
Bagi segmen Gen Z yang menggunakannya untuk antipenuaan, mereka belum tentu mendapatkan manfaat nyata seperti generasi Milenial. Pasalnya, retinoid mengatur pergantian sel kulit dan meningkatkan kolagen.
Penggunaan retinol yang berlebihan dan menyebabkan banyak iritasi akan membuat kulit merah dan mengelupas atau menyebabkan dermatitis perioral," kata Garshick.
Kendati demikian, dia menyangkal hal tersebut justru akan menyebabkan penampilan tampak lebih tua, seperti muncul kerutan pada wajah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)