Salah satu yang cukup mendesak adalah transisi energi. Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyatakan apa yang pemimpin dunia, termasuk Indonesia, sampaikan dalam COP26 sifatnya masih komitmen. Menurut dia, komitmen tidak akan menurunkan emisi gas rumah kaca.
"Yang menurunkan emisi gas rumah kaca itu aksi. Jadi, setelah COP26 ini kita ingin melihat bagaimana aksi itu dilaksanakan,” kata Fabby, Selasa, 30 November 2021.
Salah satu pekerjaan rumah Indonesia yang mendesak adalah transisi dari energi kotor ke energi hijau. Saat ini, batu bara masih merupakan sumber utama energi listrik. Indonesia telah memiliki rencana lanjutan untuk penutupan awal beberapa pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU).
"Transisi (energi) ini bukan hanya tentang Indonesia, tetapi masyarakat internasional turut mengamati sehingga kita perlu menunjukkan kemajuan kita untuk menjaga akuntabilitas kita. Kemudian, untuk menarik lebih banyak bantuan internasional," kata Fabby.
Fabby menyebut tiga hal utama yang bisa pemerintah Indonesia lakukan untuk mempercepat transisi energi di Indonesia, yaitu mempensiunkan dini pembangkit batu bara, meningkatkan proyek-proyek energi terbarukan, dan membantu PLN dalam hal lelang dan pengadaan energi terbarukan.
Baca: Sri Mulyani Siapkan Skema Transisi Energi yang Ramah Lingkungan
Direktur Climate Policy Initiative (CPI) Indonesia, Tiza Mafira, mengatakan pemerintah harus konsisten menggiring ekonomi agar meninggalkan batu bara dan berinvestasi di energi baru terbarukan (EBT). Dia mendesak pemerintah menghilangkan segala bentuk tax insentif dan subsidi untuk batu bara.
"Bahkan dimahalkan dengan menetapkan batasan emisi dan tarif pajak yang ambisius," kata Tiza.
Untuk mengatasi masalah itu, Tizak mengatakan, pemerintah dan institusi keuangan perlu menggalakkan insentif dan skema-skema pembiayaan yang ramah kantong. "Misalnya subsidi untuk pemasangan (solar panel) di fasilitas umum, cicilan 0 persen, atau skema sewa," ujar Tiza.
Saat pidato di COP26, Jokowi mengatakan Indonesia terus berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Di sektor energi, kata Jokowi, Indonesia memanfaatkan energi baru terbarukan, termasuk biofuel serta pengembangan industri berbasis energi bersih.
Jokowi memastikan bahwa Indonesia akan terus memobilisasi pembiayaan iklim dan pembiayaan inovatif seperti pembiayaan campuran, obligasi hijau, dan sukuk hijau. Menurut Jokowi, penyediaan pendanaan iklim dengan mitra negara maju, merupakan game changer dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di negara-negara berkembang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News