Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran Arief Anshory Yusuf menilai, pemerintah juga harus mendorong pertumbuhan inklusif dari sisi sosial. Artinya, suatu negara harus terlebih dulu melakukan pemerataan sosial untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan mampu bertahan lama.
“Untuk kasus Indonesia, khususnya di daerah yang pendapatannya ditopang oleh sumber daya alam dia tinggi tapi fragile. Kadang tinggi, kadang rendah. Frigile itu agak berbahaya, tidak sustain,” jelas dia.
Kepala Perwakilan UNDP Indonesia Norimasa Shimomura mengatakan untuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan ekonomi kuat, tidak bisa hanya dilakukan pemerintah. Membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari dunia usaha, akademisi, hingga masyarakat sebagai akar rumput untuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan ekonomi yang kuat.
Dengan ilmu yang dikembangkan para akademisi, akan lebih mudah untuk memahami sebab dan akibat yang terjadi dalam persoalan lingkungan. Sehingga, praktis dapat mendukung perumusan kebijakan inklusif yang dapat mengatasi permasalahan sekarang ini.
“Kami juga telah belajar bahwa tantangan sebesar ini tidak dapat diselesaikan oleh pemerintah sendiri. Dibutuhkan pendekatan masyarakat, atau lebih tepatnya, pendekatan dunia untuk menangani dan akademisi menempati tempat penting dalam formula ini. Dengan cara itu tidak meninggalkan siapa pun,” kata Norimasa.
Hal ini diamini Inspektur Jenderal Kementerian Luar Negeri Ibnu Wahyutomo. Dia mengatakan kolaborasi dan keterlibatan berbagai pihak berperan penting dalam mewujudkan lingkungan yang lebih sehat untuk masa depan masyarakat dunia.
“Kita harus keluar dari business as usual dan akademisi harus menjadi bagian advokasi, menuju perwujudan planet yang lebih hijau,” ujar dia.
Sementara itu, Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN, Marina Berg mengapresiasi salah satu cara Indonesia membantu mewujudkan lingkungan yang lebih hijau, salah satunya dengan penerbitan sukuk hijau atau green sukuk syariah. Namun, memperbaiki krisis lingkungan yang sudah banyak terjadi, Indonesia memerlukan lebih banyak lagi inovasi-inovasi luar biasa. Khususnya, inovasi yang dapat memperlambat perubahan iklim, mengurangi pencemaran lingkungan, hingga menjaga ekosistem yang ada.
“Ini adalah perkembangan yang luar biasa, namun dengan triliunan dolar yang dipertaruhkan di Indonesia saja, diperlukan lebih banyak inovasi,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News