"Demo kan suatu yang biasa. Demo setiap Minggu juga ada, enggak harus kita anggap luar biasa, volatility suatu yang biasa," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, di Hotel Indonesia Kempinski, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (1/12/2016).
Dirinya menambahkan, ekonomi Indonesia tidak hanya bergantung pada aksi demo politik di dalam negeri. Namun kondisi global seperti ketidakpastian di Amerika Serikat (AS) setelah terpilihnya Donald Trump akan lebih memengaruhi perekonomian nasional.
Baca: DPR Fit and Proper Test 3 Calon Deputi Gubernur BI
Lebih lanjut, Mirza menyebut, jika volatilitas di pasar keuangan usai Trump terpilih lebih berpengaruh. Meski demikian, bank sentral akan selalu ada di pasar untuk menstabilkan volatilitas serta menjaga gerak nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya.
"Bank Indonesia hadir di pasar. Kalau volatilitinya besar BI hadir di pasar valas, SBN. Bank Indonesia juga terus cukupkan likuditas yang ada di pasar. Kalau pasar memang ada tambahan likuiditas, Bank Indonesia pasti menambah likuiditas," jelas dia.
Selain itu, Mirza menjelaskan, jika beberapa waktu lalu ada permintaan swap mata uang rupiah untuk tenor hingga tahun depan. Untuk itu, BI langsung merespons permintaan bank tersebut dengan menyediakan rupiah.
Baca: BI: Inklusi Keuangan Bantu Pengentasan Kemiskinan
"Minggu lalu, misalnya, ada permintaan swap tenor lewati awal tahun. Bank Indonesia hadir dipasar untuk berikan tenor lebih dari akhir tahun. Swap itu bisa tambah rupiah jadi kalau bank mau swap ke BI, maka BI kasih rupiah," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News