Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 mencapai 7,07 persen (YoY). Ini disebut pertumbuhan triwulanan tertinggi sejak 16 tahun terakhir. Memang ada faktor base effect, tapi sejumlah indikator telah pulih.
Pengendalian pandemi lewat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di awal kuartal III-2021 disebut telah berhasil menekan laju penyebaran varian delta covid-19.
"Aktivitas ekonomi berpotensi kembali meningkat dan memperkuat pemulihan ekonomi di kuartal IV-2021," kata Asisten Deputi Moneter dan Sektor Eksternal Kemenko Perekonomian Ferry Irawan dalam Alinea Forum bertema Peta Jalan Kebijakan Menggairahkan Ekonomi Di Tengah Pandemi, Selasa, 12 Oktober 2021.
Ferry menegaskan hasil kajian sejumlah lembaga ekonomi dunia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 juga tidak jauh dari target pemerintah. Dia mengaku pertumbuhan ekonomi amat bergantung kepada displin pengendalian pandemi dan dukungan perbaikan sistem ketahanan kesehatan.
Sebagai upaya mencegah penularan covid-19 di tempat kerja, lanjut dia, pemerintah menerapkan Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) sebagai bentuk pemantauan protokol kesehatan sektor usaha selama masa pandemi.
Baca: Profesi Keuangan Bantu Pemerintah Pulihkan Ekonomi
Terdapat 14.791 IOMKI yang telah diterbitkan kepada pelaku usaha untuk dapat beroperasi selama masa pandemi. Saat pandemi mencapai puncak, kata Ferry, kasus aktif harian mencapai 573.908. Data terakhir di akhir kuartal III atau awal kuartal-IV, kasus aktif harian Covid-19 sudah jauh lebih rendah.
"Ini yang memberikan confident kepada kita. Oke di kuartal III kita terpengaruh, tetapi mudah-mudahan angka pertumbuhan bisa 4,0-5,0 persen dan di kuartal IV kami harapkan bisa tumbuh lebih dari 5 persen. Tentu tidak setinggi kuartal II (7,07 persen)," tutur Ferry.
PEN sebagai instrumen
Untuk menggairahkan ekonomi selama pandemi, lanjut Ferry, pemerintah menjadikan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebagai instrumen penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi. Realisasi PEN 2021 sampai 8 Oktober mencapai Rp416,08 triliun (55,9 persen) dari pagu Rp744,77 triliun."Sekarang saya lihat waktunya ngegas, tetapi perlu dicermati pada Desember yang merupakan liburan panjang," kata dia.
Baca: Ekonomi Berkelanjutan Kunci Pemulihan Ekonomi Nasional
Dia mengakui, dalam dua atau seminggu terakhir, ada perbaikan pada geliat ekonomi. Hal itu seiring turunnya kasus covid-19 dan masifnya pelaksanaan vaksinasi di berbagai daerah.
Akhmad berharap pemerintah tetap mewaspadai varian baru covid-19 agar tidak sampai masuk ke Indonesia. Pemerintah juga perlu terus melakukan imbauan ke masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.
"Kalau di dunia usaha selalu menerapkan aturan dari pemerintah. Mudah-mudahan ekonomi yang mulai terlihat baik ini bisa dipertahankan," tuturnya.
Strategi rem-gas
Peneliti INDEF Riza A Pujarama mengatakan ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan untuk membuka sektor ekonomi. Di antaranya perkembangan pandemi Covid-19, implementasi protokol kesehatan, vaksinasi, mobilitas, serta sarana dan prasarana kesehatan."Menjaga pengendalian pandemi dilakukan dengan konsisten mengatur mobilitas warga, vaksinasi, melakukan tracing, menerapkan protokol kesehatan, serta melakukan implementasi protokol kesehatan pada kedatangan warga negara asing atau WNA," jelas dia.
Dia mengakui strategi rem-gas dari pemerintah menunjukkan perbaikan ketika gelombang kedua pandemi. Namun begitu, kata dia, pemerintah perlu menjaga konsistensi pembatasan mobilitas masyarakat yang diikuti dengan peningatan vaksinasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News