Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. FOTO: Kementerian Keuangan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. FOTO: Kementerian Keuangan

Kaleidoskop 2020: Sinyal Pemulihan Ekonomi RI Keluar dari Resesi

Eko Nordiansyah • 14 Desember 2020 11:02
Jakarta: Pandemi covid-19 yang melanda dunia sejak awal tahun ini memberikan dampak yang luar biasa tak hanya dari sisi kesehatan tetapi juga menjalar ke masalah ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang sebelumnya diproyeksi positif, nyatanya harus terkontraksi.
 
Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I masih tercatat positif dengan tumbuh 2,97 persen. Namun demikian, ekonomi justru kian melambat dengan kontraksi 5,32 persen di kuartal II-2020. Di kuartal III, ekonomi kembali tercatat minus 3,49 persen yang berarti Indonesia masuk dalam resesi.
 
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kontraksi ekonomi yang dialami oleh Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan negara lain. Bahkan di antara negara-negara anggota G20, ekonomi Indonesia menempati urutan kedua terbaik di bawah Tiongkok.

"Indonesia itu nomor dua paling baik dari sisi kontraksinya. Pertama, Tiongkok yang tidak mengalami kontraksi kemungkinan tahun ini 1,9 persen. Untuk Indonesia kontraksi 1,5 persen. Negara G20 lain kontraksi sangat dalam," kata dia dalam video conference di Jakarta, medio November lalu.
 
Bukan hanya itu, Sri Mulyani menyebut kondisi Indonesia juga lebih baik dari negara lain apabila melihat data kematian akibat covid-19 yang mempengaruhi kontraksi ekonomi. Artinya tingkat kematian di Indonesia terbilang kecil dengan kontraksi ekonomi yang juga kecil.
 
"Ini menggambarkan, Indonesia secara relatif dibandingkan negara-negara G20 maupun Asean berdasarkan data dari World Economic Outlook (WEO) IMF dan Worldometer, Indonesia relatif kondisi baik bersama Korea Selatan, Vietnam, dan Tiongkok," ujar Sri Mulyani.
 
Ia menambahkan, berdasarkan pertumbuhan defisit anggaran dan pertumbuhan ekonominya, Indonesia lebih moderat dibandingkan negara lain. Pasalnya dengan perkiraan kontraksi ekonomi minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen di 2020, defisit APBN Indonesia hanya 6,34 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
 
Dengan berbagai kondisi tadi, Sri Mulyani menyebut, pemerintah akan tetap fokus dalam upaya untuk pemulihan ekonomi nasional. Saat ini selain kontraksi ekonomi yang dialami oleh Indonesia sudah lebih rendah, sejumlah indikator menunjukan perbaikan.
 
Pertama, indikator Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur menurut laporan IHS Markit juga menunjukkan perbaikan. PMI manufaktur Indonesia pada November 2020 berada di level 50,6 atau naik dari level 47,8 pada Oktober 2020.
 
 

Kedua, tren inflasi juga menunjukan peningkatan, yang artinya daya beli masyarakat mulai membaik. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi secara tahun kalender atau year to date (ytd) tercatat sebesar 1,23 persen, sedangkan secara tahunan atau year on year (yoy) sebesar 1,59 persen.
 
"Pemulihan ekonomi sudah terjadi pada dua sisi, yaitu sisi permintaan (perbaikan inflasi) dan sisi produksi (kenaikan indeks PMI)," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, 2 Desember 2020.
 
Di sisi lain, Sri Mulyani juga melihat pertumbuhan di sektor usaha yang sebelumnya terdampak pandemi covid-19. Mulai dari industri pengolahan, pertanian, konstruksi, perdagangan, transportasi dan pergudangan, hingga akomodasi dan makanan minuman semuanya membaik di kuartal III dibanding kuartal II.
 
Menjaga keberlanjutan pemulihan
 
Walau tanda-tanda pembalikan (rebound) ekonomi sudah mulai terlihat, Sri Mulyani tetap berharap ada upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang lebih solid. Menurut dia, ketidakpastian soal pandemi covid-19 masih akan membayangi pemulihan ekonomi di 2021.
 
"Kita melihat ke depan masih akan menantang dan penuh ketidakpastian. Kebijakan kita akan terus mendukung rebound kepada pemulihan yang lebih solid sambil kita terus membangun fondasi fundamental ekonomi yang lebih baik dan lebih kuat," ungkapnya.
 
Kehadiran vaksin covid-19 diyakini akan membawa dampak positif untuk mendukung pemulihan ekonomi. Di samping pemerintah juga tetap melakukan reformasi struktural melalui Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang diharapkan bisa mempermudah masuknya investasi.
 
Sayangnya kehadiran vaksin covid-19 tidak bisa menjadi satu-satunya jalan untuk memulihkan ekonomi untuk bisa kembali tumbuh lima persen di 2021. Penanganan pandemi oleh pemerintah ditambah dengan kedisiplinan penerapan protokol kesehatan akan membantu ekonomi kembali pulih.
 
"Selama wabah masih berlangsung, kontraksi ekonomi tidak bisa dihindari. Apalagi kasus di Indonesia belum menunjukkan melandai, rekor jumlah kasus masih terus terjadi setiap hari," kata Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah kepada Medcom.id.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan