"Ini menunjukan suatu disparitas atau perbedaan yang jadi suatu tantangan yang perlu kita respons dengan policy," kata Ani, sapaan akrabnya, ketika memberikan kuliah umum, di HUT Media Indonesia, Jakarta Barat, Kamis (19/1/2017).
Dirinya mencontohkan, pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa mampu mencapai enam persen atau yang tertinggi dibandingkan dengna wilayah lain. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Jawa merupakan 57 persen dari total GDP Indonesia.
Baca: Menkeu Tegaskan Ekonomi Indonesia Miliki Daya Tahan Kuat
"Itu menggambarkan mayoritas pergerakan ekonomi ada di Pulau Jawa. Pertumbuhan selama 10 tahun terakhir enam persen dengan tingkat kemiskinan pada akhir September 2016 adalah 10,1 persen. Pertumbuhan cukup tinggi tapi tidak bisa mengurangi kemiskinan di bawah 10 persen," jelas dia.
Hal ini juga terjadi di pulau-pulau seluruh Indonesia. Pertumbuhan di Pulau Sumatera yang secara rata-rata mencapai 4,9 persen masih meninggalkan tingkat kemiskinan di level 11,1 persen. Tentu kondisi semacam ini perlu diperhatikan.
Perekonomian Kalimantan, lanjut Ani, mampu tumbuh 4,1 persen namun masih memiliki kemiskinan 6,5 persen. Sedangkan Sulawesi yang ekonominya relatif selalu lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional karena memiliki diversifikasi ekonomi juga belum mampu mengurangi kesenjangan yang terjadi.
Baca: Menkeu Sebut APBN Bukan Satu-satunya Instrumen Kelola Ekonomi
"Walaupun Sulawesi punya beberapa tambang tapi dia berbeda dengan Sumatera, Kalimantan, dan Papua, dia mampu mendiversifikasi dengan sektor ekonomi lain yang tumbuh cukup sehat sehingga pertumbuhannya 7,5 persen. Meskipun tingkat kemiskinannya masih 11 persen," kata Ani.
Sementara itu, Bali dan Nusa Tenggara masih memiliki tingkat kemiskinan 14,7 persen meski pertumbuhannya 5,8 persen. Adapun Papua merupakan wilayah yang ketimpangannya paling tinggi karena tingkat kemiskinan 22 persen dengan hanya pertumbuhan ekonomi empat persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News