Ilustrasi. Foto: dok MI/Ramdani.
Ilustrasi. Foto: dok MI/Ramdani.

Mengenal Devaluasi: Pengertian, Tujuan, dan Contohnya

Medcom • 12 Maret 2024 11:19
Jakarta: Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dari suatu negara oleh pemerintahan yang bersangkutan terhadap nilai mata uang dari negara lain. Devaluasi bertujuan untuk memperbaiki kondisi ekonomi dari suatu negara.
 
Maka dari itu, devaluasi bisa saja terjadi karena adanya kebijakan moneter dalam menetapkan suatu kurs terhadap mata uang negara lain.
 
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), devaluasi adalah penurunan nilai uang dilakukan dengan sengaja terhadap uang luar negeri atau terhadap emas (misalnya untuk memperbaiki perekonomian).

Devaluasi mata uang adalah suatu tindakan penyesuaian nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing lainnya yang dilakukan oleh Bank Sentral atau Otoritas Moneter yang mengadopsi sistem nilai tukar tetap.
 
Devaluasi biasanya dilakukan apabila rezim yang mengadopsi sistem nilai tukar tetap tersebut menilai harga mata uangnya dinilai terlalu tinggi dibandingkan nilai mata uang negara lain. Nilai mata uang tersebut tidak didukung oleh kekuatan ekonomi negara yang bersangkutan.
 

Tujuan devaluasi

 

Berikut ini beberapa tujuan devaluasi yang perlu kamu ketahui, dilansir laman Gramedia:

  1. Menjaga kestabilan nilai mata uang dalam negeri.
  2. Membuat nilai ekspor dan impor terhadap devisa negara.
  3. Membantu untuk meningkatkan ekspor dan pemakaian produksi yang ada di dalam negeri.
  4. Membantu untuk menjaga keseimbangan neraca pembayaran serta neraca perdagangan.
 
Baca juga: Kenapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik-Turun? Ini Penjelasannya..
 

Dampak devaluasi

 

Berikut adalah beberapa dampak devaluasi:

1. Berkurangnya jumlah barang impor.

Dengan barang impor yang berkurang, maka bisa mengubah cara pikir masyarakat dari suatu negara, barang-barang lokal memiliki kualitas yang sama baiknya dengan barang impor. Dengan begitu, pendapatan per kapita suatu negara diharapkan bisa terus mengalami peningkatkan.

2. Kenaikan jumlah barang ekspor

Dengan adanya peningkatan terhadap kegiatan ekspor ini, maka peredaran mata uang di negara asing akan menjadi lebih baik, sehingga ekonomi suatu negara pun menjadi lebih baik.

3. Devisa negara meningkat

Hal ini dapat terjadi karena jumlah ekspor lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah impor. Devisa negara ini biasanya digunakan untuk melakukan pengembangan terhadap perusahaan, sehingga tingkat pengangguran bisa diatasi.

4. Produk lokal bisa bersaing di luar negeri

Hal ini dapat terjadi karena terjadinya devaluasi akan meningkatkan jumlah ekspor. Oleh sebab itu, bisa dikatakan kegiatan ekspor bisa meningkatkan pendapatan para pemilik usaha.
 
Selain itu, adanya harga produk lokal yang dianggap lebih murah oleh kebanyakan masyarakat, maka bisa mengubah keinginan masyarakat dalam negeri untuk membeli barang-barang lokal. Bahkan, dengan terjadinya devaluasi, maka perusahaan dalam negeri yang beroperasi di luar negeri akan berusaha menurunkan harga produknya.

5. Adanya perubahan metode produksi

Dengan kata lain, perusahaan dalam negeri akan mengubah metode produksinya. Hal ini memang perlu dilakukan untuk menambah pekerja. Dengan begitu, angka pengangguran bisa mengalami penurunan dengan optimal.

6. Terjadinya keseimbangan pada neraca pembayaran

Nilai mata uang dalam negeri yang terlalu tinggi menyebabkan jumlah barang ekspor mengalami kenaikan dan jumlah barang impor menurun. Dari kejadian ini menyebabkan defisit neraca perdagangan dan pada akhirnya membuat defisit neraca pembayaran.
 
 
Baca juga: Mengenal Pertumbuhan Ekonomi Serta Cara Menghitungnya
 

Riwayat devaluasi di Indonesia


Devaluasi di Indonesia telah dilakukan sebanyak empat kali. Berikut ini penjelasan lengkapnya.

Devaluasi 1971


Pada 23 Agustus 1971, pemerintah melakukan devaluasi pertama kali dan menaikkan harga dolar AS dari Rp378 menjadi Rp415. Pada masa itu, harga mata uang dolar AS, bertahan paling lama di pemerintahan orde baru. Hal ini terjadi sampai pada 15 November 1978.

Devaluasi 1978


Devaluasi 15 November 1978 bertujuan untuk mendorong sektor ekspor di Indonesia. Saat itu, pemerintah tidak lagi mematok harga dolar AS pada tingkat tertentu, namun membiarkannya hingga mengambang terkendali atau disebut managed floating exchange rate.
 
Melansir buku Pengantar Keuangan Internasional, pada sistem kurs mengambang terkendali ini nilai rupiah diambangkan terhadap sekeranjang mata uang (basket currencies) negara-negara mitra dagang utama Indonesia.
 
Di masa itu, Bank Indonesia telah membuat kebijakan untuk menentukan kurs indikasi dan juga membiarkan kurs bergerak di pasar dalam jangka waktu yang belum bisa ditentukan. Oleh sebab itu, adanya penerapan tersebut menghasilkan nilai tukar rupiah yang terus mengalami pelemahan.

Devaluasi 1983


Devaluasi yang terjadi di Indonesia selanjutnya pada 1983 atau lebih tepatnya pada 30 Maret 1983. Pada masa itu, program ekspor nonmigas mulai digalakkan, tetapi tetap saja depresiasi tetap terjadi terhadap rupiah.

Devaluasi 1986


Devaluasi yang terjadi di Indonesia adalah pada 1986. Di masa itu, pemerintah Indonesia sudah membuat kebijakan devaluasi sebanyak empat kali. Bahkan, hingga 1983, mata uang rupiah terus mengalami depresiasi hingga 124 persen.
 
Oleh sebab itu, supaya rupiah tidak terus mengalami depresiasi, maka pemerintah Indonesia mulai menggunakan sistem kurs mengembang bebas atau free floating rate. (Tamara Sanny)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan