Ilustrasi. Foto: dok MI.
Ilustrasi. Foto: dok MI.

Kenapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik-Turun? Ini Penjelasannya..

Husen Miftahudin • 05 Januari 2023 12:36
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pagi ini terpantau berada di posisi Rp15.595 per USD. Level mata uang Garuda ini melemah 12 poin atau 0,08 persen dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya di Rp15.583 per USD.
 
Dijelaskan Bank Indonesia (BI) dari laman instagram terverifikasi @bank_indonesia, nilai tukar rupiah yang terus bergerak dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Di antaranya adalah tingkat suku bunga, neraca perdagangan, aliran modal asing, tingkat inflasi, hingga kebijakan stabilisasi yang ditempuh bank sentral.
 
Adapun tingkat suku bunga BI 7-day (Reverse) Repo Rate pada periode terakhir yang diumumkan 22 Desember 2022, sebesar 5,50 persen. Level ini naik 50 basis poin (bps) dari 5,25 persen di bulan sebelumnya.

Sedangkan neraca perdagangan Indonesia hingga laporan terakhir pada pertengahan Desember 2022 tercatat surplus sebesar USD5,16 miliar (angka untuk November 2022). Surplus tersebut dicetak karena nilai ekspor sebesar USD24,12 miliar dan impor USD18,96 miliar.
 
"Surplus neraca perdagangan November 2022 merupakan surplus ke-31 bulan berturut-turut yang dicapai Indonesia sejak Mei 2020," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah saat menyampaikan laporan neraca perdagangan November 2022.
 
Soal aliran modal asing, Bank Indonesia mencatat transaksi sepekan terakhir pada 26-29 Desember 2022 terjadi outflow (aliran modal asing keluar) dari pasar keuangan domestik sebesar Rp3,51 triliun. Terdiri dari outflow Rp880 miliar di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan outflow Rp2,63 triliun di pasar saham.
 
Selama 2022, berdasarkan data setelmen sampai dengan 29 Desember 2022, investor asing jual neto (outflow) sebanyak Rp128,98 triliun di pasar SBN dan beli neto (inflow) sebesar Rp61,02 triliun di pasar saham.
 
Sementara, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Desember 2022 mencapai 0,66 persen dibanding November (mtm). Dengan inflasi ini, maka inflasi sepanjang 2022 mencapai 5,51 persen atau naik tajam dibandingkan inflasi di sepanjang 2021 yang hanya sebesar 1,87 persen (yoy).
 
Bank Indonesia menyampaikan, tekanan nilai tukar rupiah pada November-Desember 2022 berkurang, dipengaruhi aliran modal asing yang terjadi di pasar SBN serta langkah-langkah stabilisasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
 
Baca juga: Rupiah Tertekan 12 Poin ke Level Rp15.595/USD

 
Beberapa langkah yang ditempuh Bank Indonesia itu sendiri sebagai berikut:
 
1. Memperkuat operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang sesuai dengan kenaikan suku bunga BI 7-day (Reverse) Repo Rate.
 
2. Melakukan intervensi di pasar valas dengan transaksi Spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian atau penjualan SBN di pasar sekunder.
 
3. Melanjutkan penjualan atau pembelian SBN di pasar sekunder untuk memperkuat transmisi kenaikan BI 7-day (Reverse) Repo Rate dalam meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investor portofolio asing guna memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah.
 
4. Menerbitkan instrumen operasi moneter valas yang baru untuk mendorong penempatan Devisa Hasil ekspor (DHE), khususnya dari ekspor Sumber Daya Alam (SDA), di dalam negeri oleh bank dan eksportir untuk memperkuat stabilisasi, termasuk stabilitas nilai tukar rupiah dan pemulihan ekonomi nasional.
 
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, nilai tukar rupiah sampai dengan 21 Desember 2022 terdepresiasi (turun) 8,56 persen (ytd) dibandingkan level akhir 2021.
 
"Depresiasi nilai tukar rupiah relatif lebih baik dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara lain di kawasan," jelasnya.
 
Disebutkannya perkembangan nilai tukar rupiah ini terpantau cukup positif di tengah dolar AS yang masih kuat dan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Hal ini juga dibuktikan oleh mata uang sejumlah negara lain di kawasan yang depresiasi lebih besar, seperti Tiongkok sebesar 8,96 persen dan India 10,24 persen (ytd).
 
"Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya, guna mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi," terang Bank Indonesia.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan