Meningkatkan inklusi keuangan
Pemerintah Indonesia sedang menjadikan transformasi digital dalam sektor perekonomian, sebagai salah satu prioritas dalam agendanya pada Presidensi G20 2022, khususnya untuk mendukung inklusi dan literasi keuangan. Merujuk survei Bank Dunia, indeks inklusi keuangan dunia pada 2070 akan mencapai 68,52 persen, sementara di Indonesia saat ini masih di angka 48,86 persen."Hingga hari ini, total ada sekitar 100 bank di Indonesia, dan mereka melayani puncak piramida penduduk yakni sekitar 40 juta hingga 50 juta orang. Sementara itu, sekitar 200 juta orang tidak memiliki rekening bank dan kurang terlayani. Jadi artinya 100 bank tersebut hanya bisa melayani 40 juta, tetapi kami memiliki target pasar 200 juta orang sisanya. Oleh karena itu, saya pikir Indonesia membutuhkan lebih banyak pemain untuk dapat meningkatkan inklusi keuangan. Di situlah kami sebagai bank digital yang dilengkapi dengan teknologi canggih seperti AI, Big Data, dan Predictive Analytics, dapat benar-benar memberikan dampak positif kepada masyarakat," tambah dia.
Namun, mengembangkan bank digital bukan tanpa tantangan. Di Indonesia, Amar Bank melihat akuisisi nasabah menjadi tantangan terbesar saat ini. Dari perspektif inklusi keuangan, meyakinkan nasabah mengapa mereka membutuhkan rekening bank digital adalah sebuah tantangan, karena beberapa dari mereka bahkan tidak menginginkan rekening bank tradisional.
Mengacu pada survei perbankan digital FICO pada 2021, masyarakat Indonesia mengharapkan pengalaman perbankan yang mulus saat membuka rekening melalui aplikasi seluler atau situs web. Mereka memiliki harapan yang tinggi untuk dapat menyelesaikan permohonan pembukaan rekening dalam 10 pertanyaan atau kurang. Jika tidak, 60 persen dari mereka akan meninggalkan prosesnya dan 25 persen bahkan akan keluar dari aplikasi atau situs web setelah lima pertanyaan.
"Pengalaman-pengalaman di masa lalu ini membuat mereka putus asa untuk mencoba lagi karena mereka tidak melihat adanya urgensi untuk membuat rekening bank," tambah Vishal.
Sedangkan untuk tantangan ke depan, Amar Bank menyadari perlunya berhati-hati terkait konsep open banking. "Ini berarti siapa pun dapat mengambil nasabah Anda karena Anda harus berbagi data, dan Anda juga dapat mengambil dari orang lain. Dengan demikian, retensi nasabah akan menjadi tantangan bagi semua pemain di masa depan," jelas Vishal.
Memberikan dampak sosial melalui teknologi
Dalam operasional dan tindakannya, Amar Bank mengusung filosofi teknologi harus meningkatkan kehidupan."Misi kami adalah menyediakan perbankan bagi mereka yang membutuhkan dan tidak hanya bagi mereka yang menginginkan dan ini mengubah segalanya. Jadi saat target pasar kami berubah, strategi kami pun berubah. Kami tidak hanya hadir untuk menciptakan keuntungan yang lebih tinggi, tetapi juga untuk memberikan dampak sosial. Kenyamanan menjadi strategi dalam platform pinjaman digital, Tunaiku. Sementara dalam kasus Senyumku, strategi pembedanya adalah, personalisasi mikro, yang dapat membantu pelanggan membentuk kebiasaan finansial yang lebih baik," tutup Vishal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News