Artikel ini akan membahas mengenai analisis teknikal dan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menilai pergerakan harga saham bernama analisis grafik harga saham.
Analisis grafik harga saham dapat dilakukan dengan beberapa macam jenis grafik, seperti line chart, bar chart, dan candlestick chart. Untuk yang masih belum familiar dengan istilah candlestick dalam investasi saham, yuk simak penjelasan di bawah ini, dilansir dari laman resmi OJK.
Baca juga: Ini yang Dimaksud Scalping Saham dan Tips untuk Maksimalkan Cuan dengan Cepat! |
Apa itu candlestick
Candlestick merupakan salah satu jenis grafik harga saham yang digunakan untuk melihat harga tertinggi, terendah, pembukaan, dan penutupan pada analisis teknikal dari suatu saham dalam jangka waktu tertentu. Melansir laman ICDX, jenis grafik ini memiliki tampilan yang berbentuk garis-garis menyerupai deretan lilin, sehingga dinamai candlestick.
Candlestick memiliki dua komponen utama yang perlu diketahui, yaitu tubuh candle (body) dan ekor candle (shadow/wick). Pada bagian tubuh candle atau body, akan menunjukkan harga pembukaan dan harga penutupan pada titik tertentu yang dapat dilihat dari bentuk persegi empat berwarna hijau atau merah, dan hitam atau putih.
Bagian ekor candle atau shadow/wick merupakan bagian di mana kamu dapat melihat harga tertinggi dan terendah saham pada saat-saat tertentu. Ini dapat diketahui dari garis lurus yang membentang di atas dan bawah tubuh candlestick.
Selain komponen tersebut, kamu juga perlu memahami simbol-simbol warna yang terdapat dalam grafik tersebut. Warna merah artinya terjadi penurunan harga saham (bearish) atau maksudnya harga penutupan lebih rendah dibanding harga pembukaan. Kemudian, warna hijau artinya sedang terjadi peningkatan harga saham (bullish) atau memiliki arti harga penutupan lebih tinggi dibanding harga pembukaan.
Terdapat juga warna hitam dan putih. Ini cenderung ditemukan apabila candlestick tidak berwarna, sehingga warna hitam diartikan sebagai bearish, sedangkan warna putih diartikan sebagai bullish.
Penemu candlestick
Candlestick awalnya adalah sebuah alat yang digunakan oleh para trader komoditas beras di Jepang. Ini digunakan untuk mencatat perubahan harga pasar dari waktu ke waktu dan menggunakan data tersebut sebagai alat memprediksi pergerakan harga di masa depan.
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Munehisa Honma, seorang trader komoditas beras di Jepang pada abad ke-18. Kemudian, metode ini dikembangkan hingga ke Barat oleh Steven Nison dengan bukunya "Japanese Candlestick Charting Techniques".
Baca juga: Mengenal Arti Bullish dan Bearish di Pasar Saham |
Fungsi candlestick
Dalam trading, terdapat beberapa fungsi dari menggunakan grafik candlestick sebagai berikut.
- Kemudahan dalam analisis: Secara visual, grafik candlestick cukup mudah untuk dapat dianalisis. Dengan itu, seorang trader dapat melakukan analisis tren pasar dan pergerakan harga dengan mudah.
- Identifikasi tren: Pola ini memperlihatkan tren jangka pendek dan panjang pada pasar sehingga dapat membantu trader untuk melakukan identifikasi.
- Reversal signals: Terdapat pola yang memberi sinyal mengenai potensi adanya pembalikan tren. Oleh karenanya, grafik ini juga memungkinkan pedagang untuk memanfaatkan perubahan pasar.
- Alat pelengkap analisis teknis lainnya: Grafik ini dapat dikombinasikan dengan indikator teknis lainnya dalam memberikan analisis tren pasar yang lebih mudah dipahami, membuatnya menjadi lebih efektif untuk digunakan.
Contoh pola candlestick
Grafik ini memiliki beberapa contoh pola, yaitu Single Candlestick Patterns, Double Candlestick Patterns, dan Triple Candlestick Patterns. Untuk memahami lebih lanjut, ikuti penjelasan di bawah ini.
1. Single candlestick patterns
a. Marubozu: Pola ini memberikan tampilan bertubuh besar dan tidak memiliki sumbu, artinya terdapat tekanan beli atau jual yang kuat. Warna hijau berarti terdapat minat beli yang kuat, sedangkan merah artinya minat jual yang kuat.
b. Spinning top: Pola ini memberikan tampilan bertubuh kecil dan bersumbu panjang, artinya terdapat keraguan di pasar. Pola ini dapat menunjukkan para pembeli ataupun penjual tidak memiliki keuntungan yang jelas.
c. Doji: Pola ini memberikan tampilan tubuh yang sangat kecil, bahkan tidak ada. Ini artinya, harga pembukaan dan penutupan hampir menyerupai. Pola ini pun menunjukkan adanya ketidakpastian dalam pasar dan berpotensi terjadi pembalikan tren.
2. Double candlestick patterns
a. Tweezer Bottoms and Tops: Pola ini terjadi dari dua candlestick yang berturut-turut memiliki sumbu bawah atau atas yang sesuai. Ini dapat menandakan adanya potensi pembalikan tren. Tweezer bottoms umumnya terbentuk selama terjadi penurunan tren dan memperlihatkan adanya pembalikan bullish. Sementara itu, tweezer tops terbentuk selama terjadi kenaikan tren dan menandakan pembalikan bearish.
b. Bearish dan Bullish Harami: Pola ini terdiri dari candlestick kecil yang tertutup oleh pola candlestick sebelumnya. Bearish harami terjadi selama tren naik dan menunjukkan adanya potensi pembalikan bearish. Sedangkan bullish harami terjadi selama tren turun dan menunjukkan adanya pembalikan bullish.
Baca juga: Rahasia Trading Forex Selalu Profit |
3. Triple candlestick patterns
a. Three white soldiers and three black crows: Pola ini mewakili pembalikan tren yang kuat. Three white soldiers menunjukkan adanya pembalikan bullish dan three black crows menandakan adanya pembalikan bearish. Pola ini terdiri dari tiga candlestick yang memiliki tampilan bertubuh panjang berturut-turut yang ditutup mendekati titik tertinggi atau terendahnya.
b. Evening star and morning star: Pola evening star terjadi selama uptrend dan adanya pembalikan tren bearish. Sementara itu, pola morning star terbentuk selama tren turun dan adanya pembalikan tren bullish. Kedua pola ini terdiri dari tiga candlestick dengan tampilan tubuh yang kecil dan terpisah dari dua candlestick lainnya. (Keizya Ham)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id