Foto: Grafis Medcom.id
Foto: Grafis Medcom.id

Yuk Disimak, 5 Poin Penting Berinvestasi di Kuartal II

Husen Miftahudin • 27 Maret 2021 16:03
Jakarta: Dinamika perekonomian global dan domestik bergerak semakin cepat imbas penanganan pandemi covid-19 di berbagai negara. Dalam hal ini, penting bagi investor untuk memperhatikan berbagai poin dan strategi penting berinvestasi.
 
Oleh karena itu Chief Investment Officer Bank DBS Hou Wey Fook memberi lima poin penting dalam berinvestasi di kuartal II-2021.

1. Ekuitas (saham) - normalisasi sesuai target

Meskipun laju penguatan pasar saham kemungkinan akan melambat dalam beberapa bulan mendatang, penarikan dana secara ekstrim kemungkinan tidak akan terjadi. DBS meyakini pasar saham akan terus didukung oleh kombinasi dari jumlah vaksinasi yang meningkat dan cepatnya perbaikan pendapatan perusahaan.
 
Pelaksanaan vaksinasi covid-19 di Amerika Serikat (AS) awalnya meleset dari target, dengan hanya 0,6 juta dosis diberikan setiap hari antara 1-15 Januari. Namun, kecepatan vaksinasi melesat setelah Pemerintahan Biden mulai berjalan pada 1-15 Februari, sehingga dosis harian rata-rata melonjak hingga 1,5 juta.

"Saat ini, tingkat vaksinasi jauh melampaui jumlah kasus baru. Keberhasilan pengendalian pandemi di AS merupakan pertanda baik untuk konsumsi domestik mengingat permintaan tertekan pada tahun lalu," ungkap Hou Wey dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 27 Maret 2021.
 
Sementara itu, perusahaan-perusahaan besar AS mengalami pemulihan kuat setelah masa suram pada 2020. Berdasarkan laporan di kuartal pertama 2021, sekitar 77,9 persen perusahaan melaporkan peningkatan pendapatan positif, dengan momentum kuat terutama di sektor layanan komunikasi, teknologi, dan keuangan. Prospek yang membaik, juga telah mendorong analis untuk menaikan perkiraan pendapatan untuk S&P 500.
 
 
 

2. Ekuitas (saham): mendukung AS dan Asia dibandingkan Eropa dan Jepang

DBS memperkirakan performa pasar AS yang lebih baik atas Eropa dan Jepang akan berlanjut pada kuartal II-2021 karena peningkatan program vaksinasi di negara tersebut merupakan pertanda baik untuk prospek pembukaan kembali kegiatan ekonomi dan pendapatan perusahaan.
 
"Saat penguatan meluas, perburuan investor global akan saham dengan valuasi yang lebih murah nilai akan menguntungkan ekuitas AxJ, serta sektor-sektor seperti keuangan dan energi," paparnya.
 
Dengan program vaksinasi di AS semakin meningkat dan pelonggaran fiskal secara besar-besaran oleh Pemerintahan Biden, DBS memperkirakan PDB AS akan tumbuh sebesar 6,0 persen pada tahun ini, didukung oleh pemulihan investasi dan konsumsi yang kuat. Pemulihan kondisi ekonomi AS akan menjadi pertanda baik bagi prospek perusahaan besar di AS.
 
DBS mempertahankan pandangan sebelumnya pada sektor-sektor teknologi yang didukung oleh tren sekuler jangka panjang yakni digitalisasi dan generasi milenial. Selain itu, DBS melihat sektor energi sebagai investasi yang masih menarik dari sisi valuasi.
 
"Jelas bahwa tema asset reflation mendapatkan momentum kuat saat pemulihan ekonomi AS berlanjut. Antusiasme ini diperkirakan akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang. Sektor keuangan dan material adalah penerima manfaat terbesar dari tema ini," urai Hou Wey.
 
DBS juga meyakini penguatan harga saham-saham Tiongkok akan terus berlanjut, mengarah pada kompresi hasil laba saham menyusul pemulihan pendapatan yang sedang berlangsung saat tingkat suku bunga rendah. Sementara ketidakpastian akibat ketegangan perdagangan antara Tiongkok dan Pemerintahan Biden, yang baru terbentuk akan berlanjut.
 
"Kami percaya bahwa rasionalitas kebijakan antara dua ekonomi terbesar dunia akan menjadi faktor penentu, terutama ketika prioritasnya adalah untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi dan mengelola pandemi. Perlu dicatat bahwa Tiongkok telah secara proaktif meningkatkan konsumsi domestik sebagai bagian dari rencana swasembadanya," tegasnya.
 
Sementara di pasar ASEAN diperkirakan akan mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan global kuat dan kecenderungan investor untuk investasi di asset yang lebih berisiko. Namun, karena kekhawatiran inflasi telah muncul, evaluasi ulang terhadap suku bunga lebih tinggi dapat membuat investor lebih berhati-hati untuk menerima risiko investasi di pasar negara berkembang, termasuk ASEAN.
 
"Berbagai kendala, seperti suku bunga lebih tinggi, penguatan dolar, dan ketidakpastian politik adalah risiko yang harus diperhatikan pada 2021. Pilihan terbaik DBS dalam situasi saat ini adalah Singapura dan Indonesia," ucap Hou Wey.
 
Dalam skenario pemulihan, setiap sektor di pasar saham Singapura menarik para investor. Bank-bank siap untuk mendapatkan keuntungan dari kurva imbal hasil, yang tajam, sementara sektor yang dirugikan akibat pandemi, seperti, sektor ritel, perhotelan, dan transportasi mulai pulih dari posisi terendah.
 
Sementara itu, sektor yang menjadi jawara masa pandemi, seperti, logistik dan pusat data, terus berkembang untuk pertumbuhan masa depan. Saham teknologi manufaktur lebih kecil juga terangkat oleh akselerasi trend digital.
 
Adapun, Indonesia tampak rentan terhadap hasil obligasi AS yang lebih tinggi, tetapi hal ini seharusnya tidak mendorong eksodus obligasi dan melemahkan mata uang secara tajam. Pada tahun ini, pasar Indonesia akan didorong terutama oleh lima tema utama.
 
Di antaranya kebangkitan investor ritel; program vaksinasi; investasi asing langsung dan rantai pasokan baterai kendaraan listrik (EV); pembelian dana investasi milik negara; dan konsolidasi serta penawaran saham perdana perusahaan rintisan teknologi swasta (unicorn).
 
 
 

3. Meningkatkan pendapatan ekuitas melalui strategi beli-jual

Dengan adanya pandemi dan perusahaan raksasa teknologi yang mengganggu bisnis tradisional, gagasan umum tentang strategi investasi saham yang fokus akan saham dengan dividen, mungkin tidak lagi mencukupi. DBS memperkenalkan strategi beli (opsi) jual (buy-write), yaitu investasi yang memerlukan pembelian sekuritas dan sekaligus menjual opsi beli terhadapnya -sebagai cara untuk meningkatkan pendapatan ekuitas.
 
Investor yang memainkan strategi ini percaya bahwa surat berharga tidak akan berfluktuasi secara luas ke dua arah dan pendapatan dapat ditingkatkan dengan meraih premi dari opsi tersebut.
 
"Strategi ini, yang juga dikenal sebagai strategi untuk melindungi portofolio dari penurunan harga dengan menjual opsi beli saham, telah terbukti berkembang dalam kondisi pasar netral hingga cukup bullish," terang Hou Wey.

4. Obligasi global - mendukung obligasi dalam negeri Tiongkok

Dengan ekonomi yang diperkirakan akan menyaingi AS dalam dekade ini namun kebijakan fiskal yang terkendali, obligasi Pemerintah Tiongkok dan obligasi entitas yang didukung pemerintah dan berkualitas tinggi menjadi target yang semakin layak untuk memenuhi kebutuhan investor pendapatan tetap.
 
Obligasi dalam negeri Tiongkok menarik karena tingkat imbal hasilnya yang cukup tinggi, diakui secara global, serta masuknya aliran dana yang bersifat jangka panjang, dan risiko gagal bayar yang masih rendah.
 
"Selain itu, Tiongkok tetap menjadi kreditor resmi terbesar di dunia dan rumah bagi pasar obligasi utama dengan imbal hasil tertinggi. Perbedaan kebijakan pascapandemi antara AS (lebih mudah) dan Tiongkok (lebih ketat) juga mendorong apresiasi untuk mata uang yuan," urainya.

5. Transisi energi - ini baru permulaan

Dunia sedang memulai transisi energi global multidekade. Transisi yang masif ini terdiri atas produksi energi terbarukan; efisiensi energi, teknologi, dan material; infrastruktur dan transportasi energi.
 
"AS, Eropa, dan Tiongkok akan berfokus pada perusahaan yang memiliki kesempatan terbaik untuk mendapatkan keuntungan dari sisi regulasi, makro, dan tren industri, seperti kendaraan listrik," tutup Hou Wey.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan