2. Ekuitas (saham): mendukung AS dan Asia dibandingkan Eropa dan Jepang
DBS memperkirakan performa pasar AS yang lebih baik atas Eropa dan Jepang akan berlanjut pada kuartal II-2021 karena peningkatan program vaksinasi di negara tersebut merupakan pertanda baik untuk prospek pembukaan kembali kegiatan ekonomi dan pendapatan perusahaan."Saat penguatan meluas, perburuan investor global akan saham dengan valuasi yang lebih murah nilai akan menguntungkan ekuitas AxJ, serta sektor-sektor seperti keuangan dan energi," paparnya.
Dengan program vaksinasi di AS semakin meningkat dan pelonggaran fiskal secara besar-besaran oleh Pemerintahan Biden, DBS memperkirakan PDB AS akan tumbuh sebesar 6,0 persen pada tahun ini, didukung oleh pemulihan investasi dan konsumsi yang kuat. Pemulihan kondisi ekonomi AS akan menjadi pertanda baik bagi prospek perusahaan besar di AS.
DBS mempertahankan pandangan sebelumnya pada sektor-sektor teknologi yang didukung oleh tren sekuler jangka panjang yakni digitalisasi dan generasi milenial. Selain itu, DBS melihat sektor energi sebagai investasi yang masih menarik dari sisi valuasi.
"Jelas bahwa tema asset reflation mendapatkan momentum kuat saat pemulihan ekonomi AS berlanjut. Antusiasme ini diperkirakan akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang. Sektor keuangan dan material adalah penerima manfaat terbesar dari tema ini," urai Hou Wey.
DBS juga meyakini penguatan harga saham-saham Tiongkok akan terus berlanjut, mengarah pada kompresi hasil laba saham menyusul pemulihan pendapatan yang sedang berlangsung saat tingkat suku bunga rendah. Sementara ketidakpastian akibat ketegangan perdagangan antara Tiongkok dan Pemerintahan Biden, yang baru terbentuk akan berlanjut.
"Kami percaya bahwa rasionalitas kebijakan antara dua ekonomi terbesar dunia akan menjadi faktor penentu, terutama ketika prioritasnya adalah untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi dan mengelola pandemi. Perlu dicatat bahwa Tiongkok telah secara proaktif meningkatkan konsumsi domestik sebagai bagian dari rencana swasembadanya," tegasnya.
Sementara di pasar ASEAN diperkirakan akan mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan global kuat dan kecenderungan investor untuk investasi di asset yang lebih berisiko. Namun, karena kekhawatiran inflasi telah muncul, evaluasi ulang terhadap suku bunga lebih tinggi dapat membuat investor lebih berhati-hati untuk menerima risiko investasi di pasar negara berkembang, termasuk ASEAN.
"Berbagai kendala, seperti suku bunga lebih tinggi, penguatan dolar, dan ketidakpastian politik adalah risiko yang harus diperhatikan pada 2021. Pilihan terbaik DBS dalam situasi saat ini adalah Singapura dan Indonesia," ucap Hou Wey.
Dalam skenario pemulihan, setiap sektor di pasar saham Singapura menarik para investor. Bank-bank siap untuk mendapatkan keuntungan dari kurva imbal hasil, yang tajam, sementara sektor yang dirugikan akibat pandemi, seperti, sektor ritel, perhotelan, dan transportasi mulai pulih dari posisi terendah.
Sementara itu, sektor yang menjadi jawara masa pandemi, seperti, logistik dan pusat data, terus berkembang untuk pertumbuhan masa depan. Saham teknologi manufaktur lebih kecil juga terangkat oleh akselerasi trend digital.
Adapun, Indonesia tampak rentan terhadap hasil obligasi AS yang lebih tinggi, tetapi hal ini seharusnya tidak mendorong eksodus obligasi dan melemahkan mata uang secara tajam. Pada tahun ini, pasar Indonesia akan didorong terutama oleh lima tema utama.
Di antaranya kebangkitan investor ritel; program vaksinasi; investasi asing langsung dan rantai pasokan baterai kendaraan listrik (EV); pembelian dana investasi milik negara; dan konsolidasi serta penawaran saham perdana perusahaan rintisan teknologi swasta (unicorn).