Ilustrasi. Foto: AFP/Bay Ismoyo.
Ilustrasi. Foto: AFP/Bay Ismoyo.

Wahai Investor! Saatnya Ngurangin Main Saham Gorengan

Fetry Wuryasti • 06 Maret 2023 11:26
Jakarta: OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) bakal menormalisasi kebijakan transaksi di perdagangan saham Bursa Efek Indonesia mulai April 2023.
 
Hal itu terkait dengan masa berlaku POJK Nomor 7/POJK.04/2021 tentang Kebijakan dalam Menjaga Kinerja dan Stabilitas Pasar Modal akibat Penyebaran Corona Virus Disease 2019 sebagaimana telah diubah dengan POJK Nomor 4/POJK.04/2022 atau POJK Kebijakan Covid-19, yang penerapannya hanya sampai 31 Maret 2023.
 
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Inarno Djajadi dalam suratnya mengatakan itu dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi pandemi yang semakin membaik, serta telah dicabutnya kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) oleh pemerintah.

Sejumlah ketentuan relaksasi yang selama tiga tahun pandemi berlaku akan secara bertahap ditarik, termasuk aturan auto rejection bawah (ARB) asimetris.
 
Pada saat pandemi, berlaku batas bawah koreksi harga saham sebesar tujuh persen pada auto rejection bawah (ARB) dan auto rejection atas (ARA) saham Rp50-Rp200 mencapai 35 persen, saham Rp2.000-Rp5.000 mencapai 25 persen, dan saham di atas Rp5.000 mencapai 20 persen.
 
Dengan menjadi simetris, nantinya akan berlaku persentase yang sama untuk ARB dan ARA pada setiap rentang harga saham, yaitu untuk saham Rp50-Rp200 mencapai 35 persen, lalu untuk saham Rp2.000-Rp5.000 sebesar 25 persen, dan saham di atas Rp5.000 mencapai 20 persen.
 
Namun, untuk tahap awal, Direktur Perizinan Pasar Modal OJK Luthfy Zain Fuady mengatakan aturan ARB dan ARA belum mengacu pada aturan yang berlaku sebelum pandemi. Penerapannya akan bertahap sesuai dengan kondisi yang ada.
 
"Pemberlakuan bertahap. Disesuaikan dengan kondisi yang ada," kata Luthfy di Balikpapan, Jumat, 3 Maret 2023.
 
Baca juga: Batasan Auto Rejection hanya untuk Saham Tertentu

BEI masih bahas jam perdagangan normal

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengatakan perubahan secara teknis terkait dengan kembalinya jam perdagangan normal dan auto rejection simetris bertahap masih dalam pembahasan internal BEI.
 
"Teknisnya dibahas internal, nanti akan kami umumkan," kata Irvan.
 
Founder dari layanan edukasi online untuk investasi saham Emtrade, Ellen May, mengatakan ketika nanti ARA dan ARB sudah menjadi simetris persentasenya untuk setiap harga, investor diminta untuk menghindari saham-saham gorengan dengan likuiditas, bid offer, dan volume yang kecil. Selain itu, dia menyarankan agar investor waspada pada saham-saham yang volatilitas ARA-nya terlalu mudah.
 
"Ketika saham-saham tersebut mudah untuk ARA, akan mudah untuk kena ARB juga. Maka kurangi trading saham yang mudah menyentuh ARA (kenaikan 20-35 persen)," kata Ellen May dalam sesi siaran langsung edukasi online di media sosial, Jumat, 3 Maret 2023 malam.
 
Semakin kecil kapitalisasi sebuah saham, semakin mudah harga saham tersebut digoreng, ditarik ke atas, dan dibanting. Kapitalisasi merupakan jumlah saham beredar dikali dengan harga sahamnya.
 
"Jadi cara untuk melindungi diri kita, pilih saham yang likuiditasnya besar dan kapitalisasi pasarnya juga besar," kata Ellen.
 
Besar kecilnya bid offer juga tergantung dana yang dimiliki investor. Nominal dana yang digunakan untuk jual beli saham juga perlu diatur.
 
"Saya mengatur belanjaan portofolio tahun lalu, 50 persen kepada saham perbankan dan PT Astra International Tbk (ASII). Selebihnya, saham-saham investing valuasi murah dan saham trading yang dikombinasi untuk jangka menengah dan swing trading (jangka pendek)," kata Ellen.
 
Dengan ARB dan ARA menjadi simetris, disarankan porsi trading dikecilkan bila investor, terutama ritel tidak siap cut loss (jual rugi). Bagi investor yang sudah terjebak menyangkut uangnya di saham gorengan, disarankan segera menjual ketika terjadi kenaikan harga sebab penurunan harga selepas tidak ada lagi batas tujuh persen, maka koreksi saham akan bisa sangat dalam.
 
Secara teknikal saham-saham yang patut diwaspadai dapat dilihat dari saham yang candle-nya memanjang baik atas dan bawah karena penguatannya sering semu.
 
Baca juga: Jokowi Ingatkan Bahaya Saham Gorengan, Ciri-Cirinya seperti Apa?

Batas ARB sudah tidak lagi diperlukan

Pengamat pasar modal direktur PT Avere Mitra Investama Teguh Hidayat pada akhir 2022 sempat mengulas pada situs teguhhidayat.com, jika investor yakin akan kinerja saham yang mereka pilih memang baik manajemennya, menghasilkan laba, rutin bayar dividen, dalam kondisi pasar yang tidak sedang bergejolak tidak perlu khawatir.
 
Dalam kondisi seperti sekarang pandemi sudah terkendali, PSBB/PPKM tidak lagi berlaku, kegiatan ekonomi berjalan normal, kinerja emiten sudah bagus lagi, dan IHSG sudah mendekati 7.000, alias sudah jauh di atas level 3.938 yang pernah dicapai pada market crash 2020, jelas batas ARB tujuh persen sudah tidak lagi diperlukan.
 
Di sisi lain, ketika batas ARB tujuh persen masih berlaku sampai sekarang, yakni ketika kondisi pasar sudah aman-aman, muncul efek samping, yakni meningkatnya aktivitas spekulasi pada saham-saham berfundamental buruk atau istilahnya saham gorengan karena adanya ilusi psikologis, maksimal ruginya hanya tujuh persen.
 
Alhasil, ada banyak investor, atau lebih tepatnya trader spekulan, yang sekarang berani membeli saham-saham yang berisiko sangat tinggi dan tidak layak investasi, hanya karena berharap harganya besok bakal ARA 20-35 persen, dan mengetahui risiko ARB terbatas maksimal tujuh persen.
 
"Padahal sebenarnya, jika trader tadi tidak segera jual sahamnya, ruginya akan bertambah menjadi lebih dari tujuh persen ketika besok-besoknya saham tersebut ARB lagi. Jadi ini yang saya sebut sebagai 'ilusi'. Faktanya ketika saham GOTO ARB berjilid-jilid beberapa waktu lalu, kerugian investor sama sekali bukan hanya tujuh persen, melainkan juga jauh lebih besar sebab secara total harga GOTO turun sampai level Rp80-an, dari puncaknya di level Rp400-an," kata Teguh.
 
Baca juga: Capek Kena Pom-Pom Saham? Simak 3 Cara Ngelesnya: yang Terakhir Paling Sering Bikin Greget!

Lebih sehat

Dia berpendapat memang sebaiknya batas ARB kembali ke 20-35 persen, agar para pelaku pasar kembali menjadi investor dengan membeli saham-saham dari perusahaan benar menghasilkan laba dan membayar dividen, dan bukan lagi menjadi spekulan dengan membeli saham-saham yang digiring opininya akan melesat.
 
"Jika Anda cukup yakin saham Anda itu benar bagus, tidak bermasalah, tidak usah khawatir karena dia tidak akan crash ARB 20-35 persen. Dalam jangka panjang, hal itu akan membuat pasar modal Indonesia lebih sehat. Investor akan kembali profit dari saham-saham berfundamental bagus yang memang sudah selayaknya naik tinggi," kata Teguh.
 
Hanya memang dalam jangka pendek, mungkin akan timbul gejolak baru karena para investor angkatan korona, sebelumnya belum pernah mengalami melihat sebuah saham turun sampai 35 persen hanya dalam sehari sehingga mereka bisa jadi akan panik dan bisa membuat IHSG bergejolak.
 
Namun, gejolak itu tidak akan berlangsung selamanya, hanya bagian dari suatu kondisi yang terjadi akibat adanya penyesuaian sehingga ke depan pasar modal Indonesia akan bergerak sesuai dengan kinerja dan bukan hanya berdasarkan sentimen atau rumor.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan