Ilustrasi perdagangan saham. Foto: MI.
Ilustrasi perdagangan saham. Foto: MI.

Jokowi Ingatkan Bahaya Saham Gorengan, Ciri-Cirinya seperti Apa?

Arif Wicaksono • 07 Februari 2023 14:35
Jakarta: Presiden Joko Widodo mengingatkan bahayanya membeli saham gorengan. Jokowi mengacu kepada kasus Adani Group di India yang sahamnya anjlok parah sehingga berdampak ke ekonomi India.
 
Saham gorengan adalah saham yang harganya sengaja direkayasa oleh oknum tertentu. Isu ini kerap kali terjadi dalam investasi saham meskipun hal ini tak sepatutnya dilakukan.
 
Saham gorengan telah menjadi fokus para investor maupun trader. Tentu saja karena saham gorengan bisa membuat investor mengaku mendapatkan untung besar dalam waktu cepat.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Lalu kenapa bisa naik dalam waktu singkat? Ini karena saham gorengan adalah saham yang dikelola oleh bandar saham untuk menjaga harga saham.
 
baca juga: Menggoreng Saham Menarik dan Menggiurkan Sih, tapi... 

Transaksi terjadi antara pihak yang berkepentingan untuk menarik minat investor untuk melakukan perdagangan dalam jangka pendek atau panjang.
 
Medcom.id merangkum beberapa standar yang bisa masuk dalam kategori saham gorengan. Ini bisa menjadi indikator investor sebelum memutuskan membeli saham.

1. Kenaikan harga cukup besar dalam sehari

Ciri-ciri saham gorengan adalah saham yang mengalami kenaikan yang signifikan dalam waktu singkat. Jika Anda melihat kenaikan harga lebih dari 10 persen dalam sehari maka bisa dipastikan saham tersebut telah digoreng oleh bandar.
 
Namun tak hanya itu, ada indikator lain yang bisa digunakan seperti di bawah ini.

2. Permintaan lebih besar dari penjualan

Dibandingkan dengan permintaan (bid), penjualan (offer) saham gorengan kerap lebih sedikit, inilah yang membuat harganya naik. Sama halnya dengan hukum dagang. Ketika permintaan tinggi dan penawaran rendah, harga barang tinggi.
 
Dalam hal ini, bandar biasanya akan menunggu sampai investor ritel masuk. Investor akan menjadi lebih tertarik untuk membeli kembali saham tersebut ketika harga saham naik.

3. Volume perdagangan yang tidak sesuai

Dari sisi volume perdagangan, volume perdagangan saham gorengan adalah paling besar jika dibandingkan dengan saham-saham emiten ternama lainnya. Bukan karena peminatnya banyak, tapi karena volume transaksi yang dimainkan oleh bandar.
 
Oleh karena itu, para bandar dengan sengaja membeli dalam jumlah besar, yang mengakibatkan kenaikan harga saham secara dramatis. Bahkan rela membuat penawaran di atas harga pasar. Beberapa saham kerap masuk dalam saham dengan frekuensi tertinggi meskipun tak ada berita positif atau perbaikan fundamental.

4. Emiten baru rentan jadi gorengan

Anda perlu mewaspadai munculnya emiten baru. Emiten baru ini kerap digoreng untuk membuktikan kesuksesan IPO atau keinginan dari pemegang saham untuk meraih capital gain.
 
Spekulasi yang muncul dari saham gorengan yang baru melantai ini adalah dari berita-berita positif dan belum teruji secara fundamental.

5. Harga saham tinggi meskipun perusahaan merugi

Saham gorengan bisa dihargai mahal ketika perusahaan sedang tidak sehat. Misalnya saham perusahaan yang masih merugi namun kenaikan harga sahamnya bisa di atas 100 persen dalam setahun.
 
Tingginya harga saham ini biasanya disebabkan oleh dukungan modal dari bandar yang menyebabkan saham terus naik. Oleh karena itu, penting untuk memantau posisi keuangan perusahaan sebelum memutuskan membeli saham.

6. Saham berkapitalisasi rendah

Saham dengan kapitalisasi rendah seperti misalnya di bawah Rp1 triliun rawan masuk kategori saham gorengan karena pergerakannya mudah di bawah naik atau turun bandar. Hal ini berbeda dengan saham berkapitalisasi jumbo yang susah digerakkan bandar saham.
 
Dibutuhkan peran masyarakat untuk menggerakan saham yang berkapitalisasi besar sehingga pergerakannya tak mudah didominasi pihak tertentu saja. Seperti saham PT Bank Central Asia Tbk PT (BBCA) yang kapitalisasi pasarnya Rp 1.073 triliun tak mudah dipermainkan bandar.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
 
(SAW)



LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif