Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Daripada Duit Kamu Habis Kegerus Inflasi, Mending Diinvestasiin Aja..

Husen Miftahudin • 13 Januari 2023 21:18
Jakarta: Bank Indonesia (BI) melaporkan, perkembangan harga sampai dengan minggu kedua Januari 2023 diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,41 persen (mtm).
 
Adapun komoditas utama penyumbang inflasi (kenaikan harga) yaitu cabai rawit 0,07 persen (mtm); cabai merah 0,06 persen (mtm); bawang merah 0,05 persen (mtm); beras 0,04 persen (mtm); rokok kretek dengan filter 0,03 persen (mtm).
 
Kemudian emas perhiasan 0,02 persen (mtm); serta bawang putih, kangkung, tahu mentah, daging ayam ras, bayam, nasi dengan lauk, rokok kretek dan tarif air minum PAM masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).

Sementara itu, sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu bensin 0,06 persen (mtm), telur ayam ras dan angkutan udara yang masing-masing sebesar 0,03 persen (mtm), serta tomat 0,01 persen (mtm).  
 
"Terkait hal tersebut, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," tegas Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan tertulis, Jumat, 13 Januari 2023.
 
Inflasi sepanjang 2022
 
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya melaporkan inflasi pada Desember 2022 mencapai 0,66 persen dibanding November (month-to-month/mtm), disumbang oleh kenaikan harga beras dan air minum PAM sebesar 0,07 persen. Dengan angka inflasi 0,66 tersebut, maka inflasi sepanjang tahun 2022 mencapai 5,51 persen.
 
"Pada Desember 2022, seluruh kota IHK (Indeks Harga Konsumen) mengalami inflasi. Tertinggi di Bandung dengan inflasi 2,04 persen (mtm) dan terendah di Sorong dengan inflasi 0,01 persen (mtm)," kata Kepala BPS Margo Yuwono.
 
Baca juga: Mau Investasi Jangka Panjang? Kenali Dulu Jenis dan Risikonya Biar Gak Jadi Boncos!

 
Apa itu inflasi?
 
Dikutip dari berbagai sumber, inflasi adalah proses meningkatnya harga secara umum dan terus-menerus sehubungan dengan mekanisme pasar, seperti peningkatan konsumsi masyarakat, likuiditas di pasar yang berlebih sehingga memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, hingga ketidaklancaran distribusi barang.
 
Inflasi sendiri terjadi karena tingginya permintaan (demand pull inflation) sehingga mendorong kenaikan perubahan harga barang atau jasa secara drastis, tekanan produksi atau distribusi (cost push inflation) imbas kenaikan biaya produksi atau kelangkaan produksi/distribusi, serta tingginya permintaan sekaligus kelangkaan barang/jasa (mixed inflation).
 
Berdasarkan kenaikan harga, inflasi dibagi ke dalam empat jenis, yaitu inflasi ringan dengan kenaikan harga di bawah 10 persen dalam setahun, inflasi sedang dengan kenaikan harga antara 10 persen sampai 30 persen dalam setahun, inflasi berat dengan kenaikan harga antara 30 persen sampai 100 persen dalam setahun, serta hiperinflasi (inflasi tak terkendali) dengan kenaikan harga di atas 100 persen dalam setahun.
 
Dengan adanya inflasi, nilai uang akan berkurang. Misalnya, jika investor memegang uang tunai sebesar Rp10 juta dan inflasi berjalan pada tingkat lima persen. Maka, nilai uang tunai tersebut akan hilang sebesar Rp2 juta per tahun karena digerus oleh inflasi.
 
Baca juga: Jangan Bisanya Cuma Nyinyir, Ayo Ikut Bantu Negara Lewat Investasi di SBN Ritel!

 
Investasi yang cocok di tengah kenaikan inflasi
 
Di tengah kenaikan harga-harga barang, masyarakat sebaiknya menanamkan uangnya pada sejumlah instrumen investasi agar tak tergerus inflasi. Investasi yang paling cocok adalah Surat Berharga Negara (SBN) dan reksa dana pendapatan tetap.
 
1. Surat Berharga Negara (SBN)
SBN adalah surat berharga yang diterbitkan pemerintah untuk membiayai anggaran negara dan bisa menjadi instrumen investasi bagi pemegangnya (investor), karena bisa memberikan imbal hasil atau keuntungan.
 
Investasi ini cocok di tengah kenaikan inflasi karena kurva imbal hasilnya dapat mencapai 5,0 persen hingga 7,3 persen. Artinya, imbal hasil SBN sudah berada di atas inflasi, meskipun dipangkas pajak.
 
2. Reksa dana pendapatan tetap
Reksa dana pendapatan tetap adalah sebuah jenis reksadana yang alokasi dananya sebagian besar ditempatkan pada instrumen obligasi (surat utang), sekitar 80 persen, dan sisanya ke pasar uang.
 
Secara umum, instrumen obligasi memberikan tingkat keuntungan atau return yang stabil setiap tahun dengan fluktuasi rendah, sehingga cocok untuk investasi jangka waktu lebih dari tiga tahun.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan