Sebelum memulai investasi, kamu harus mengetahui terlebih dahulu tujuan dari investasi yang akan dilakukan, karena hal ini berkaitan dengan pemilihan instrumen investasi dan profil risiko yang berbeda-beda setiap individunya.
Baca juga: Apa Itu Investasi? Ini Pengertian, Jenis, dan Contohnya |
Pengertian Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang adalah produk investasi yang dijalankan dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus.Apabila investasi ditujukan untuk kebutuhan pribadi, maka investasi jangka panjang bertujuan untuk mewujudkan target yang membutuhkan biaya besar, seperti dana pendidikan, dana pensiun, dana haji/umrah, dan lain-lain. Selain itu, investasi juga bertujuan memberi pendapatan dalam periode tertentu seperti dividen, bunga, royalti, dan sebagainya.
Contoh Investasi Jangka Panjang
Dikutip dari berbagai sumber yang dirangkum Medcom.id, berikut lima jenis instrumen investasi yang cocok digunakan untuk berinvestasi dalam jangka panjang:1. Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan seseorang atas perusahaan yang memiliki potensi keuntungan lebih besar dan diikuti dengan potensi kerugian yang besar pula (high risk high return).Investor yang menanamkan modalnya di saham akan berpotensi mendapatkan dividen, yaitu sebuah keuntungan yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham. Selain mendapat dari dividen, investor juga berpotensi memperoleh keuntungan dari capital gain, yaitu selisih antara harga beli dan harga jual.
Namun, pelaku investasi saham juga harus bersedia menanggung risiko apabila perusahaan sedang mengalami kerugian yang berdampak langsung kepada kondisi saham perusahaan itu sendiri.
2. Reksa dana campuran
Reksa dana bisa menjadi instrumen investasi alternatif bagi kamu yang tidak memiliki waktu banyak dan keahlian dalam mengelola investasinya, karena dikelola oleh Manajer Investasi (MI). Pada reksa dana jenis ini, modal investor akan ditempatkan oleh MI di beberapa efek sekaligus, seperti pasar uang (deposito), ekuitas (saham), dan surat utang (obligasi).Reksa dana campuran cocok untuk investor yang memiliki risiko profil moderat dan ingin berinvestasi dalam jangka panjang (tiga sampai lima tahun, atau lebih).
3. Reksa dana saham
Reksa dana saham mengalokasikan dananya ke saham (80 persen) dan 20 persen sisanya diinvestasikan ke instrumen lainnya, seperti pasar uang dan obligasi.Dengan tingginya persentase alokasi pada saham, maka tingkat risiko dan imbalnya akan mengikuti pergerakan perdagangan saham. Karena harga saham yang fluktuatif, maka reksa dana saham cocok digunakan untuk investasi jangka panjang.
4. Properti
Properti dikenal sebagai instrumen yang memiliki nilai investasi tinggi dan dimanfaatkan untuk memperoleh passive income. Kamu bisa membeli properti (rumah, apartemen, ruko) di lokasi strategis dan kemudian disewakan yang akhirnya berpotensi menghasilkan keuntungan.Nilai plus dari kepemilikan properti sebagai instrumen investasi adalah harganya yang cenderung naik dan memiliki prospek baik sepanjang tahun. Namun, risiko kerugian yang didapat dari investasi properti adalah membutuhkan modal yang besar, biaya perawatan, dan pajak yang tinggi.
5. Emas
Harga emas yang cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya menjadi alasan banyak masyarakat berinvestasi di emas. Selain itu, investasi emas memiliki risiko yang minim dan tahan terhadap laju inflasi, kamu juga bisa menjual emas kapanpun saat dibutuhkan.Baca juga: Mau Investasi Jangka Pendek? Cek Dulu Kelebihan dan Kekurangannya |
Risiko Investasi Jangka Panjang
Kebanyakan investor lebih memilih investasi jangka panjang karena nilai uang terus meningkat seiring waktu berjalan. Hal inilah yang mengakibatkan keuntungan investasi jangka panjang lebih menggairahkan. Meskipun demikian investasi jangka panjang tidaklah mudah, karena ada banyak faktor risiko yang harus siap ditanggung oleh investor.Prinsip 'high risk, high return' merupakan bagian yang tidak lepas jika bicara soal investasi. Hal ini menggambarkan semakin tinggi risiko sebuah investasi maka akan sepadan dengan hasil yang didapatkan. Prinsip ini sangat erat kaitannya terutama bagi Anda pelaku investasi jangka panjang.
Berikut beberapa risiko yang harus kamu ketahui sebelum mulai melakukan investasi jangka panjang.
1. Risiko pasar
Risiko pasar terjadi karena adanya sentimen keuangan yang sering disebut dengan risiko sistematis. Risiko pasar akan selalu dialami oleh investor dan tidak dapat dihindari. Pada tingkat ekstrem risiko pasar sebuah investasi jangka panjang maupun investasi jangka pendek yaitu capital loss.Hal-hal yang mempengaruhi risiko pasar diantaranya isu-isu politik, perubahan iklim politik, kerusuhan, dan resesi ekonomi yang sangat mempengaruhi pasar.
2. Risiko suku bunga
Risiko suku bunga pada investasi jangka panjang adalah risiko yang mungkin muncul akibat nilai relatif aktiva berbunga seperti pinjaman dan obligasi yang memburuk akibat naiknya tingkat suku bunga.Pada umumnya jika terjadi kenaikan suku bunga maka berbanding terbalik dengan harga obligasi yang akan menurun. Risiko suku bunga pada investasi jangka panjang biasanya bisa diukur berdasarkan jangka waktu obligasi.
3. Risiko inflasi
Risiko inflasi sering juga disebut dengan risiko daya beli. Hal ini terkait dengan naiknya harga konsumsi yang menimbulkan daya beli turun dari masyarakat.Penyebab utamanya adalah uang yang beredar terlalu banyak. Dengan adanya inflasi, nilai uang akan berkurang.
Misalnya jika investor memegang 40 persen dari tunai Rp10 juta dan inflasi berjalan pada tingkat lima persen, maka nilai tunai akan hilang sebesar Rp2 juta per tahun karena digerus oleh inflasi.
4. Risiko likuiditas
Risiko likuiditas bisa diartikan sebagai risiko yang diakibatkan oleh kesulitan menyediakan uang tunai dalam jangka waktu tertentu. Contohnya seperti ada pihak yang tidak sanggup membayar kewajiban pada tanggal jatuh tempo secara tunai.Padahal, pihak tersebut mempunyai aset yang nilainya cukup untuk melunasi kewajiban. Tetapi aset tersebut sulit dikonversikan menjadi uang tunai atau aset tersebut dapat dikelompokan tidak likuid.
5. Risiko valas
Pada investasi jangka panjang, risiko valuta asing (valas) merupakan risiko yang disebabkan oleh dinamika perubahan kurs di pasar. Tapi hal ini mengarah kepada penurunan sehingga tidak lagi sesuai dengan yang diharapkan oleh investor pada saat dikonversikan pada mata uang domestik.Di Indonesia sendiri risiko ini berkaitan dengan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap mata uang negara lain. Risiko jenis ini disebut dengan exchange rate risk.
Contohnya, investor menanamkan investasi yang mengharuskan mereka menggunakan mata uang poundsterling. Pada saat yang bersamaan, kurs rupiah terhadap poundsterling mengalami penurunan sehingga investor harus mengeluarkan rupiah dalam jumlah yang lebih besar dibanding saat rupiah menguat.
6. Risiko negara
Dalam investasi jangka panjang, risiko negara disebut dengan risiko politik. Artinya, investasi bisa saja gagal jika negara dalam keadaan genting dan sedang terjadi kerusuhan. Yang lebih serius adalah terjadinya kudeta terhadap pemerintahan yang sah.Hal-hal terkait politik harus dibaca sebagai risiko investasi jangka panjang yang serius. Investor harus berpikir ulang sebelum melakukan investasi jika suatu negara sedang dalam kondisi perang. Tetapi investasi akan berlangsung sehat jika keamanan negara pada situasi yang kondusif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News