Pada Rabu, Komisi Eropa secara efektif telah mendesak Berlin untuk menghabiskan lebih banyak belanja, bergerak lebih lanjut dari keadaan penghematan. Namun, Jerman, negara dengan tingkat ekonomi yang memiliki ruang untuk pengeluaran ekstra telah menolak panggilan Komisi Eropa.
Menteri Keuangan Swedia Magdalena Andersson, yang tidak berada di zona euro, mengatakan pertumbuhan di blok itu mulai mengambil bagian setelah mengalami tahun yang stagnasi. Bahkan diperparah oleh tingkat utang pemerintah yang tinggi dan defisit anggaran yang terbilang besar.
Baca: Kebijakan Pelonggaran Moneter ECB Diklaim Sudah Sesuai
"Sekarang kita sedang bergerak ke arah pertumbuhan yang lebih baik di Eropa. Untuk mulai bersikap ceroboh lagi maka saya pikir adalah benar-benar cara yang salah untuk pergi. Saya pikir kondisi itu akan membahayakan pertumbuhan yang kita punya," kata Andersson, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (18/11/2016).
Keuangan Swedia berada pada kondisi di mana pemerintah memperkirakan defisit di angka 0,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) di 2016 ini dan akan mengalami surplus pada 2019. Serta porsi utang pemerintah sekitar 40 persen dari PDB dan jauh di bawah kondisi Uni Eropa sebesar 60 persen.
Baca: Uni Eropa Diharap Tidak Melakukan Proteksionisme Baja Tiongkok
Akan tetapi, Andersson mengesampingkan untuk membuka keran pengeluaran lebih besar guna mengambil keuntungan dari biaya pinjaman yang berada pada rekor terendah. Sejauh ini, dirinya cukup puas dengan kinerja Swedia lantaran memiliki porsi utang yang tidak terlalu tinggi.
"Mengingat ketidakpastian yang kita miliki saat ini dengan Brexit dan Trump maka saya pikir sangat menyenangkan untuk memiliki utang pemerintah terbilang rendah (dari PDB). Memang akan sedikit mengalami gelombang ke depan tapi kami memiliki marjin keamanan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News