Perdana Menteri Inggris Theresa May secara tegas tetap mengatakan bahwa dia akan memicu Pasal 50 Perjanjian Lisbon, yang merupakan proses formal untuk meninggalkan Uni Eropa pada akhir Maret mendatang dan untuk memulai dua tahun pembicaraan keluar dari blok tersebut.
Namun demikian, rencana negosiasi telah diselimuti kerahasiaan dan bisnis serta investor takut Inggris mungkin mencari 'hard Brexit' untuk mengendalikan imigrasi mengambil prioritas di atas akses ke pasar tunggal Eropa. Akan tetapi, negosiasi dan pembahasan mengenai Brexit masih terus dilakukan.
Baca: Euro Melemah di Tengah Kenaikan Imbal Hasil Obligasi
Ketika Inggris memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa pada sebuah referendum di Juni lalu, Skotlandia sangat mendapat dukungan untuk tetap di blok tersebut. Bahkan, Pemerintah Skotlandia menyatakan keinginannya agar tetap menjadi bagian dari Uni Eropa meski Inggris memutuskan untuk keluar.
Baca: Uni Eropa dan Jepang Terus Bahas Kesepakatan Perdagangan Bebas
"Sejalan dengan komitmen kami untuk melindungi kepentingan Skotlandia maka kami akan menetapkan usulan kompromi. Sementara itu kami tidak menganugerahkan manfaat penuh dari keanggotaan Uni Eropa karena akan mengurangi kerusakan Brexit," kata Menteri Skotlandia Michael Russell, untuk Uni Eropa, seperti dikutip dari Reuters, Senin (19/12/2016).
Baca: Uni Eropa Denda Sejumlah Bank Akibat Manipulasi Suku Bunga
Dalam hal ini, Russell mengatakan, Skotlandia melihat banyak manfaat yang didapatkan ketika berada di Uni Eropa. "Di jantung dari rencana kami adalah kerangka untuk menjaga tempat Skotlandia di Pasar Tunggal Eropa," pungkas Russell.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News