Juru Bicara Kementerian Keuangan Yustinus Prastowo mengatakan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 tersebut sepakat untuk memperkuat kerja sama keuangan regional melalui inisiatif di bawah Regional Financing Arrangements (RFA) Future Direction, Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM), dan AMRO.
Selain itu, berada di inisiatif Asian Bond Markets Initiative (ABMI), Disaster Risk Financing (DRF), dan ASEAN+3 Future Initiatives termasuk pembiayaan infrastruktur, kajian studi pada fasilitas nonpembiayaan, pembiayaan risiko bencana (DRF), serta kajian studi beberapa tema strategis.
"Atas digitalisasi keuangan, keuangan berkelanjutan, utang korporasi, utang rumah tangga, dan transaksi mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT)," kata Yustinus, dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 5 Mei 2023.
Baca: Daftar Lengkap Harga BBM se-Indonesia, Lebih Murah Pertamina, Shell, bp, atau Vivo? |
Komitmen tersebut, tambahnya, merupakan hasil kesepakatan dari pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara Anggota ASEAN+3 atau the ASEAN+3 Finance Ministers’ and Central Bank Governors Meeting (AFMGM+3).
"Yang diadakan pada 2 Mei 2023 di Incheon, Korea Selatan," kata Yustinus.
Pertemuan tersebut diselenggarakan di bawah mitra keketuaan (co-chairmanship) Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati, bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki, dan Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda.
Presiden Asian Development Bank (ADB), Direktur ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) ASEAN+3, Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN Secretariat, dan Deputi Managing Director of the International Monetary Fund (IMF) juga hadir dalam pertemuan tersebut.
Pertumbuhan ekonomi ASEAN+3
Pada pertemuan tersebut, Menkeu menyampaikan pertumbuhan ekonomi ASEAN+3 yang kuat sebesar 3,2 persen pada 2022, terlepas dari efek pandemi covid-19 yang masih ada dan konflik Rusia-Ukraina yang meningkat menjadi krisis. Sementara itu, gejolak sektor perbankan baru-baru ini di AS dan Eropa memiliki dampak rambatan terbatas di kawasan ASEAN+3."Meskipun demikian, Indonesia harus tetap waspada. Ke depan, di kawasan ini diperkirakan tumbuh sebesar 4,6 persen pada 2023, dipacu oleh permintaan domestik yang kuat karena pemulihan ekonomi terus menunjukkan perbaikan," kata Menkeu.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyoroti adanya tantangan saat ini dan ketergantungan yang besar pada mata uang dominan tertentu untuk perdagangan internasional dan penyelesaian investasi dapat meningkatkan kerentanan dan meningkatkan risiko stabilitas keuangan di ASEAN+3.
Baca: Demam K-Pop Bikin Produk ASEAN Makin Menggila di Korsel |
Oleh karena itu, lanjutnya, ASEAN+3 perlu berinovasi untuk dapat menjaga stabilitas, di tengah inflasi yang masih tinggi, kondisi likuiditas yang lebih ketat, ruang kebijakan yang lebih sempit, dan pengaruh kuat dolar.
Dalam hal ini, Gubernur Perry menekankan pentingnya memperkuat dan meningkatkan kerja sama di antara negara-negara ASEAN+3 dalam konektivitas pembayaran dengan mempromosikan penggunaan mata uang lokal yang lebih luas untuk transaksi.
Berkaitan dengan hal tersebut, AFMGM+3 menyambut baik dan mengakui perkembangan kajian sistem pembayaran lintas batas di ASEAN+3, khususnya mengenai penguatan transaksi mata uang lokal dalam pembahasan Isu Tematik ASEAN+3.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News