Bersama timnya, Rizal memprediksi paling maksimal pembangunan megaproyek ini hanya bisa mencapai 17 ribu sampai 18 ribu mw. Namun, jika memang pembangunan ini tercapai, maka sudah menjadi pencapaian yang luar bisa dibandingkan pemerintah sebelumnya yang dalam waktu 10 tahun hanya bisa membangun sekitar 7.000 mw.
"Kita sudah pelajari sebelumnya bahwa target ini kurang realistis. Paling hanya 17 ribu sampai 18 ribu mw saja. Kalau 17 ribu atau 18 ribu mw ini dapat dicapai dalam lima tahun, itu pencapaian luar biasa. 10 tahun Pemerintahan SBY hanya berhasil membangun 7.900 mw," ungkap Rizal, di Kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (31/5/2016).
Rizal menjelaskan, bila megaproyek ini tetap dipaksakan berjalan, justru hanya akan merugikan PLN. Menurut dia, proyek tersebut akan menciptakan permintaan listrik (excess demand) berlebihan sehingga akan menjadi hambatan bagi perusahaan listrik negara itu.
Baca: Penyebab Proyek 35.000 MW Lambat
"Seandainya kita bisa selesaikan 35 ribu mw dalam lima tahun, maka akan terjadi permintaan berlebihan. Sehingga PLN harus membayar listrik yang dibangun, digunakan dan atau tidak digunakan," jelas Rizal.
Berdasarkan perhitungannya, PLN harus membayar seluruh listrik baik yang dipakai dan tidak terpakai yakni sebesar USD10,7 miliar per tahun. Hal inilah nantinya yang akan merugikan PLN.
"Hitungan kami kalau dilakukan maka PLN harus bayar tanpa listriknya dipakai 70 persen atau USD10,7 miliar per tahun. Ini jalan kesulitan keuangan PLN. Untuk membayar sesuatu yang tidak digunakan," ujar Rizal.
PLN sebelumnya mengaku optimistis dapat menyelesaikan perjanjian jual beli listrik (power puchase agreement/PPA) sebanyak 17 ribu mw hingga akhir 2016. "17 ribu mw tahun ini. PPA bisa keburu kok. Masih ada tujuh bulan," tegas Direktur Utama PLN Sofyan Basir, Senin, 30 Mei.
Baca: Optimisme Pemerintah terhadap Proyek Listrik 35.000 MW
Menurut Sofyan, target tersebut akan tercapai lantaran tahun lalu, dalam waktu satu bulan perusahaan listrik pelat merah ini dapat menyelesaikan PPA dengan kapasitas 8.000 mw. "Bisa. Desember lalu saja bisa booking 8 ribu mw. Ini kan masih tujuh bulan lagi," ucap Sofyan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News