Vice President Finance General Service HR and Communication Total E&P Indonesie Arividya Novianto mengatakan, sampai saat ini produksi blok tersebut kondisinya baik-baik saja. Meskipun diprediksi akan mengalami penurunan produksi tahun depan.
Dalam rencana kerja dan anggaran (Work Plan and Budgeting/WPNB) 2017, produksi gas akan mencapai 1.430 MMSCFD dan minyak kondensat sebanyak 53.000 barel per hari (barel per hari). Sedangkan tahun ini produksi gas 1.640 MMSCFD dan minyak serta kondensat 64.000 bph.
Baca: Pertamina Resmi Investasi Awal Blok Mahakam 2017
"Produksi gas 1.430 MMSCFD. Minyak 53.000 bph minyak dan kondensat. Di 2016 ini gas 1.640 MMSCFD. Liquidnya 64.000 jadi. Jadi WPNB turun," kata Novianto di Jakarta, Kamis (8/12/2016).
Novianto menjelaskan, penurunan produksi ini terjadi bukan karena transisi atau kontrak yang akan berakhir. Penurunan produksi terjadi karena kondisi sumur di blok tersebut sudah tua dan kemungkinan ada risiko masuknya air (water breakthrough).
Selain itu dari sisi eksternal, penurunan produksi ini juga terjadi karena kondisi harga minyak dunia yang terus turun yang membuat aktivitas pengeboran (drilling) tidak ekonomis.
Baca: Pemerintah Jadikan Blok Mahakam Role Model WK Migas yang Terminasi
"Kalau drilling berkurang, bukan karena transisi. Tapi karena harga, jadi sumur yang ada siap bor. Kalau harga dibawah USD70 per barel itu tidak bisa dibor. Jadi kita tidak bisa bor," jelas dia.
Lebih lanjut, Novianto menambahkan, tahun depan TEPI akan melakukan pengeboran enam sumur. Sedangkan Pertamina akan melakukan pengeboran 19 sumur.
"Kalau sumur yang akan dibor tahun depan, sesuai rencana enam buat total dan 19 Pertamina," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News