Ilustrasi Gojek Indonesia - - Foto: dok MI
Ilustrasi Gojek Indonesia - - Foto: dok MI

Gojek Bantu Keamanan Digital bagi Mitra UMKM

Eko Nordiansyah • 28 Agustus 2020 20:37
Jakarta: Gojek Indonesia memastikan mitra GoFood terlindungi dari modus penipuan berbasis teknik rekayasa sosial (social engineering). Apalagi Gojek secara konsisten memberikan pelatihan dalam rangka meningkatkan kompetensi keamanan digital bagi para mitra UMKM-nya.
 
Head of Merchant Platform Business Gojek Novi Tandjung mengatakan pihaknya telah memfasilitasi para mitra UMKM untuk meningkatkan kompetensi keamanan digital dengan menyematkan fitur keamanan pada aplikasi GoBiz yang telah menjadi andalan mitra GoFood untuk mengelola bisnis mereka.
 
"Seluruh upaya inovasi teknologi Gojek dan edukasi kompetensi keamanan digital yang konsisten bagi mitra usaha ini diharapkan dapat mendukung mitra dalam melindungi keamanan data pribadi dan data usaha," katanya dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 28 Agustus 2020.

Beberapa fitur keamanan yang dapat diakses melalui aplikasi GoBiz adalah verifikasi PIN validasi terhadap driver yang mengambil pesanan, fitur pengaturan peran pengguna untuk akses pemilik, manajer, dan kasir, serta fitur konfirmasi sebagai pemilik untuk verifikasi kepemilikan data sebagai pemilik outlet.
 
"Dengan berbagai fitur tersebut, informasi data sensitif dan akses fitur premium hanya dapat diakses oleh pemilik outlet. Semua ini dilakukan agar para mitra usaha dapat menjalankan bisnis dengan aman, dan mampu terus bertumbuh #MelajuBersamaGojek," ungkapnya.
 
Ia menambahkan Gojek menyadari pentingnya edukasi secara berkesinambungan setelah semakin banyak UMKM yang merambah teknologi digital untuk mengembangkan usahanya di masa pandemi. Tercatat lebih dari 120 ribu UMKM mendorong bisnisnya ke ranah digital yang komprehensif dan inklusif bersama Gojek.
 
Sementara itu, Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada dalam kajiannya mengungkapkan jika penipuan dengan teknik rekayasa sosial bisa terjadi karena penipu memanfaatkan ketidaktahuan dan kelemahan pengguna platform digital akibat minimnya kompetensi keamanan digital pengguna platform.
 
 

Peneliti dari CfDS Adityo Hidayat menjelaskan, penipu menyerang kelemahan psikologis pengguna sehingga membuat calon korban mengabaikan nalar dan logika. Misalnya saja melalui modus penipuan dengan iming-iming hadiah dan bantuan jasa.
 
"Contoh kelemahan psikis itu terjadi ketika pengguna teknologi dikondisikan untuk merasa ketakutan maupun kegirangan. Sehingga, diperlukan kesadaran dan radar kehati-hatian untuk lebih sensitif terhadap modus manipulasi psikologis," jelas dia.
 
Beberapa kasus terkait modus penipuan berbasis rekayasa sosial antara lain berupa penyalahgunaan kode OTP (one-time password) serta nomor Kartu ATM yang digunakan sebagai jalan masuk peretasan akun pengguna. Kasus lainnya berupa upaya penipu yang menciptakan suasana mendesak dan memaksa bagi calon korban agar segera mengambil keputusan tanpa berpikir panjang lagi.
 
"Dalam kondisi seperti ini, korban biasanya diperintahkan oleh penipu memberikan informasi data pribadi, data usaha hingga mentransfer sejumlah uang. Skenario manipulasi psikologis dan pemberian hadiah disusun sedemikian rupa, setelah penipu sebelumnya mempelajari latar belakang dan kebutuhan calon korban," pungkasnya. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan