Kenaikan saham tersebut terjadi usai Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka kembali suspensi (penghentian sementara) perdagangan saham BUMI selama satu hari pada Selasa, 25 Oktober 2016.
Sebagaimana diketahui, suspensi yang ditanggung BUMI karena adanya peningkatan harga kumulatif. Peningkatan itu terjadi pada saat penutupan perdagangan bursa di Jumat 21 Oktober 2016, saham BUMI masih di posisi Rp121 per saham.
Baca: Dua Penyebab Terkereknya Saham BUMI
Peningkatan drastis tersebut terlihat pada saat penutupan perdagangan di Senin, 24 Oktober 2016, saham BUMI langsung naik 29 poin atau setara 23,97 persen ke posisi Rp150 per saham.
Menganalisa peningkatan saham BUMI ini, Analis Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada mengimbau pelaku pasar tidak terpengaruh. Dia melihat kenaikan itu merupakan jebakan yang nantinya akan memengaruhi perubahan harga saham kembali.
"Dari manajemen tidak salah, sudah menyampaikan informasi laporan keuangan yang seharusnya memang disampaikan kepada BEI, cuma para trader yang memanfaatkan hal tersebut untuk membuat harga saham melonjak. Hati-hati trap movement, jebakan harga, salah yang memengaruhi harga, tapi nanti kalau sudah pada nyangkut malah manajemen yang disalahin," imbau Reza kepada investor, saat berbincang kepada Metrotvnews.com, Rabu (26/10/2016).
Baca: Kembali Diperdagangkan, Saham BUMI Melesat 24 Poin
Adanya indikasi insider trading, harap Reza, membuat bursa bukan hanya mengecek manajemen, tapi juga ke perusahaan sekuritas (broker) yang melakukan transaksi saham BUMI.
"Bukan, malah terlalu fokus ke manajemen. Harusnya BEI memantau broker yang memainkan harga kenaikan saham BUMI. Bukan ke arah manajemennya," tegas Reza.
Dia menegaskan, jika keduanya sudah dicek dengan baik, maka akan diketahui dengan valid apa yang membuat saham BUMI bergejolak beberapa waktu belakangan ini.
"Fokus keduanya, dari manajemen dan bursa. Manajemen kan sudah kasih keterangan, sekarang cek ke sekuritasnya. Siapa pemain yang memainkan harga via sekuritas. Karena kalau tidak cross check keduaya malah kesannya manajemen yang salah, padahal kalau soal harga itu sudah mekanisme pasar," urai Reza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News