Direktur Utama PT Bank BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo. Foto : BNI Syariah.
Direktur Utama PT Bank BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo. Foto : BNI Syariah.

Indonesia Masih Jadi Konsumen Industri Halal Global

Husen Miftahudin • 29 September 2020 13:58
Jakarta: Direktur Utama PT Bank BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengakui saat ini Indonesia hanya menjadi konsumen industri halal global. Padahal dengan populasi muslim terbesar di dunia, RI sebenarnya punya potensi ekonomi halal mencapai lebih dari Rp3.000 triliun per tahun.
 
"Namun potensi tersebut secara ekonomi dinikmati oleh negara lain. Sementara Indonesia hanya menjadi konsumen," ujar Firman dalam Media Workshop Literasi dan Inklusi Perbankan Syariah di Jakarta, Selasa, 29 September 2020.
 
Besarnya potensi ekonomi halal di Indonesia membuat Firman tergugah mengajak seluruh stakeholder untuk berperan aktif dalam menangkap peluang tersebut. Dalam hal ini, Indonesia harus serius mengembangkan ekosistem industri halal di dalam negeri.

"Perbankan syariah bersama stakeholder lainnya harus berperan aktif untuk menangkap peluang agar kita tidak hanya sebagai konsumen, namun juga menjadi produsen serta menjadi tuan rumah di negeri sendiri," tegasnya.
 
Firman mengungkapkan bahwa perbankan syariah saat ini menghadapi sejumlah tantangan untuk dapat meningkatkan kualitas bisnis, menjaga tingkat kredit macet, dan menjaga kecukupan likuiditas. Kondisi ini menuntut perbankan syariah untuk mampu beradaptasi dengan mengoptimalkan peluang-peluang pada ekosistem industri halal yang kini menjadi new business dan new brand dengan potensi bisnis global mencapai lebih dari Rp30 ribu triliun.
 
 

 
Setidaknya ada tiga faktor utama untuk mendorong perbankan syariah merebut potensi ekonomi halal di Indonesia. Pertama, meningkatkan kesadaran (awareness) masyarakat terhadap gaya hidup halal atau halal lifestyle.
 
"Ini ditunjukkan dengan beberapa hal seperti adanya komunitas hijrah, halal food, halal health care, halal cosmetic, halal fesyen, dan halal education," beber Firman.
 
Kedua, adanya dukungan dari pemerintah dengan membentuk Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) untuk mencapai visi Indonesia sebagai pusat keuangan syariah dunia. Komitmen pemerintah juga ditunjukkan dengan adanya pembentukan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
 
"Untuk pengelolaan dana haji, pembentukan ekosistem halal dilakukan dengan pembentukan kawasan industri halal untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produk halal dan regulasi jaminan produk halal untuk menjamin hal-hal muslim dalam mendapatkan makanan yang halal," urainya.
 
Ketiga, adanya perkembangan teknologi digital yang ditunjukkan dengan munculnya sosial media influencer. Salah satunya berupa konten dakwah, fintech payment, peer to peer lending, tren belanja e-commerce, tren transaksi cashless, dan tren open banking yang memungkinkan sistem bank terkoneksi dengan pihak ketiga atau mitra perbankan.
 
"Faktor-faktor tersebut tentunya sekaligus menjadi peluang yang harus dioptimalkan oleh pelaku industri perbankan syariah. Di sinilah perlunya kolaborasi dengan seluruh stakeholder, utamanya melalui peningkatan literasi keuangan syariah yang saat ini masih di bawah 10 persen. Perbankan syariah harus kuat dan kontributif untuk berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat madani dan sejahtera," pungkas Firman.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan