Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Istimewa.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Istimewa.

Perekonomian Indonesia Ditopang Domestik, Probabilitas Resesi Hanya 2%

Juven Martua Sitompul • 03 Agustus 2022 18:27

Meski begitu, ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga momentum perekonomian nasional tetap positif. Yaitu menjaga inflasi dan daya beli masyarakat, likuiditas valas, termasuk stok pangan.
 
"Pasokan pangan dalam negeri karena kita lihat harga pupuk meningkat ada kekhawatiran cuaca ada perkiraan banyak ahli bahwa kita akan masuk ke El Nino karena tahun ini basah, tahun depan biasanya sekarang lebih kering. Pangan terutama beras harus bisa diperhatikan," kata David.
 
Hal senada diungkapkan Direktur Utama BRI Research Institute Anton Hendranata. Dia mengatakan kemungkinan Indonesia mengalami resesi di 2023 hanya 2 persen.

"Indonesia kemungkinan resesi tahun 2023 hanya 2 persen dengan metode markov switching dynamic model. Hal tersebut karena perekonomian Indonesia ditopang sangat kuat oleh permintaan domestik. Selain itu pasar finansial dan valas Indonesia cenderung robust dari gejolak eksternal dibandingkan masa lalu," kata Anton.

Komoditas beras

Sementara itu, pakar pertanian dari IPB University Dwi Andreas Santosa mengungkap tidak ada persoalan terkait stok komoditas pangan domestik. Dia mengaku tidak melihat adanya indikasi kelangkaan atau kekurangan stok. Meski demikian, dia menekankan agar menjaga komoditas beras.
 
Peneliti CORE (Center of Reform on Economics) itu juga mengungkapkan pemerintah harus memperhatikan nasib dan kesejahteraan petani. Jika harga terlalu rendah, petani akan akan sangat menderita.
 
"Itu yang perlu menjadi fokus perhatian pemerintah. Jangan fokus terlalu kuat ke upaya menurunkan inflasi pangan. Lihat sajalah produsen pangan di Indonesia seperti apa nasibnya," kata dia.
 
Dia juga menekankan agar mewaspadai produksi beras nasional yang kini mendapati tren penurunan. Hal itu didasarkan kondisi dua tahun terakhir.
 
Menurut dia, produksi padi seharusnya bisa melonjak tinggi karena adanya fenomena La Nina yang mendukung peningkatan produksi padi. Padahal, selama 20 tahun terakhir La Nina selalu membuat produksi padi melonjak.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan