Pembunuhan tersebut dilakukan dalam serangan udara di Baghdad yang akhirnya memicu meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Hal ini membuat pelaku pasar khawatir bahwa meningkatnya ketegangan Timur Tengah dapat berdampak pada produksi energi di kawasan kaya minyak.
Hal ini langsung membuat harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Februari naik USD0,22 menjadi USD63,27 per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah brent untuk pengiriman Maret naik USD0,31 menjadi USD68,91 per barel di London ICE Futures Exchange.
Perang AS-Iran ini mengkhawatirkan dunia usaha. Pengusaha Sofyan Wanandi mengatakan apabila perang benar terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan Iran dan membuat harga minyak makin menggeliat maka akan berbahaya bagi Indonesia.
Sofyan mengatakan Indonesia akan celaka karena cadangan minyak yang dimiliki saat ini sedikit dan belum mampu memenuhi kebutuhan nasional. Artinya Indonesia masih akan sangat tergantung dari impor.
Apabila harga minyak meningkat maka nilai impor makin tinggi dan akan menggerogoti neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia. Di sisi lain, pemerintah juga akan terkena dampak karena harus merogoh kantong untuk subsidi BBM.
"Rugi kita, jangan perang. Kalau dia perang kita celaka. Cadangan minyak kita kan sedikit," kata Sofyan ditemui di kantor BPPT, Jakarta Pusat, Selasa, 7 Januari 2020 lalu.
Oleh karenanya ia berharap ketegangan antara AS dan Iran bisa diredam dan tidak semakin memanas. Ia bilang jika makin memanas masa akan terus memengaruhi pergerakan harga minyak untuk meningkat.
Kebijakan KUR berubah di awal 2020
Selain itu, sepanjang Januari 2020, berita mengenai pemerintah mengubah kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 2020 demi mendorong pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga disoroti. Kebijakan ini penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkeadilan.Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan terdapat empat poin kebijakan yang dirubah pemerintah tahun ini. Di antaranya, menurunkan bunga KUR menjadi enam persen dari sebelumnya tujuh persen.
Sementara subsidi bunga tetap 10,5 persen untuk KUR Mikro, KUR kecil sebesar 5,5 persen dan KUR TKI sebesar 14 persen. "Suku bunga turun, platfon naik, kita setting KUR lima tahun ke depan," ungkapnya di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa, 21 Januari 2020 lalu.
Iskandar menjelaskan kebijakan selanjutnya adalah mengubah target penyaluran KUR menjadi Rp190 triliun atau naik 36 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp140 triliun.
Untuk plafon KUR mikro juga dinaikkan dari Rp25 juta menjadi Rp50 juta. Total akumulasi plafon KUR Mikro sektor perdagangan ditingkatkan dari Rp100 juta menjadi Rp200 juta hanya untuk Debitur KUR Baru.
"Target KUR Sektor Produksi tetap sebesar minimal 60 persen," terangnya.
Selain KUR, Pemerintah juga memiliki Program Mekaar, Ultra Mikro (Umi) dan Program Kemitraan Ekonomi Umat untuk pembiayaan usaha mikro. Program Mekaar yaitu pemberdayaan berbasis kelompok bagi perempuan pra sejahtera pelaku usaha super mikro. Plafon pinjamannya antara Rp2 juta-Rp 5 juta dan ini diberikan secara bertahap tanpa agunan.
Ultra Mikro (UMi), yaitu program lanjutan dari program bantuan sosial menjadi kemandirian usaha yang sulit memperoleh akses kredit perbankan. Plafon maksimal Rp10 juta per nasabah dan disalurkan oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Konsep pembiayaan UMi yaitu dengan pembentukan kelompok dan pendampingan untuk memfasilitasi masyarakat yang tidak memiliki agunan.
Sementara, Program Kemitraan Ekonomi Umat (PKEU) yakni program kemitraan antara umat (kelompok masyarakat yang tinggal di pondok pesantren, di sekitar pondok pesantren maupun masyarakat umum, khususnya UMKM) dengan kelompok usaha besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News