"Pendekatan yurisdiksi yang merupakan aksi gotong royong, memerlukan komitmen jangka panjang dari berbagai pihak dan berbagai lapisan dalam bentuk koalisi multipihak yang memiliki tujuan bersama," ujar Co-Founder and Chair of The Advisory Board Filantropi Indonesia Franky Welirang melalui keterangan tertulis, Rabu, 6 April 2022.
Hal tersebut disampaikan Franky dalam Jurisdiction Collective Action Forum (JCAF) ke 7. Franky mengatakan prinsip itu selaras dengan SDGs yang mendorong keterlibatan multipihak.
Baca: Teten Sambut Inisiatif Bill Gates dan Filantropis Dunia Dukung UMKM Indonesia
Ketua Sekretarian Nasional SDGs Vivi Yulaswati mengungkapkan setiap daerah memiliki kesenjangan yang berbeda dalam pencapaian SDGs. Dia yakin JCAF bisa membantu memetakkan tujuan SDGs yang belum banyak diimplementasikan.
"Indonesia adalah negara dengan World giving index tertinggi di dunia. Ini berarti Indonesia memiliki potensi untuk melakukan kegiatan filantropi, terlebih karena keberagaman dan budaya gotong-royong yang kita anut," kata dia.
Pemerintah, sebut Vivi, mendorong transformasi di berbagai bidang. Sehingga, gotong royong filantropi dapat mendukung program tersebut.
Salah satu pelaksana kegiatan filantropi, Chief of Corporate Affairs Engagement & Sustainability L’Oreal Indonesia Melanie Masriel menekankan pentingnya value sustainability. Melanie mengatakan pihaknya berinisiatif mentransformasi lingkungan hidup dan memperkuat peran perempuan yang berkontribusi dalam menyelesaikan tantangan di masa depan.
"Kami menganut paradigma 3P yaitu product, people, dan planet. Ketiganya memiliki tujuan supaya mengembangkan diri dan menjaga ekosistem sehingga dapat berkontribusi secara berkelanjutan," kata dia.
Di sisi lain, Ketua Yayasan Bakti Barito Fifi Setiawaty Pangestu menunjukkan upaya korporasi mendorong inovasi penguatan agenda iklim. Hingga 2021, yayasan itu menjadikan 37,5 juta kantong plastik sebagai campuran aspal untuk membangun jalanan sepanjang 50,8 km.
Sementara itu, Bupati Seruyan H Yulhaidir menyatakan produk komoditas harus dapat dipastikan keberlanjutannya agar mencapai SDGs. Pengalaman di Seruyan, masing-masing tema SDGs tidak berdiri sendiri. Pendataan petani, penanganan konflik, STDB, sertifikasi, semuanya terhubung satu sama lain.
Deputi BAZNAS Mohammad Arifin Purwakananta mengatakan seluruh pihak mesti mendorong hal ini. Sehingga, kolaborasi tersebut dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
"Dengan demikian kolaborasi dan permodalan dapat berkontribusi luar biasa kepada sekretariat SDGs," kata Arifin Purwakananta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id