Jakarta: Pemerintah dalam rencana strategis nasional berupaya meningkatkan pendapatan negara dan menekan angka konsumsi rokok melalui reformasi fiskal. Hal ini dilakukan dengan menaikkan tarif cukai rokok serta menghidupkan kembali aturan penyederhanaan (simplifikasi) struktur tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) yang sebelumnya pernah dibatalkan.
Para pelaku Industri Hasil Tembakau (IHT) keberatan, mereka meyakini bahwa penyederhanaan struktur tarif cukai hanya akan mencederai struktur cukai yang saat ini telah menaungi secara adil seluruh pelaku IHT dan mata rantai di dalamnya. Hal ini akan berdampak luas kepada kelangsungan industri maupun penghidupan seluruh pihak yang terkait dengan industri ini.
Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq berharap pemerintah pusat bisa menguatkan komitmen untuk membantu kelangsungan hidup para petani tembakau. Pasalnya di Temanggung saat ini harga jual rokok semakin anjlok, selain karena cuaca yang kurang mendukung, pabrikan juga enggan menyerap.
"Kuota pembelian pabrikan menurun sampai 15-20 persen. Di lapangan, dampaknya hasil panen menumpuk di rumah petani, tidak terbeli. Kami harap kenaikan cukai tidak tinggi-tinggi karena sudah terbukti menurunkan kesejahteraan petani," ujar Al Khadziq dalam keterangan resminya, Jumat, 2 Oktober 2020.
Senada, Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Agus Pamudji meminta agar kenaikan cukai ditunda dengan mempertimbangkan dampaknya kepada petani tembakau. Terlebih lagi di masa pandemi covid-19 yang kian berdampak pada kelambatan serapan komoditas oleh pabrikan dan harga yang anjlok.
"Maka dari itu, kami mohon para penyusun kebijakan untuk dapat bersikap adil terutama bagi rakyat kecil seperti petani tembakau. Karena petani juga berhak untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan kepastian untuk tetap menyambung hidup," harapnya.
Agus juga menentang rencana penyederhanaan tarif cukai. Menurutnya, keberadaan pabrikan yang beragam akan menciptakan kompetisi penyerapan tembakau lokal, khususnya yang berkualitas sedang.
"Karena tembakau kualitas sedang ini paling banyak diserap industri menengah ke bawah. Makin besar kompetisi, kami (hasil tani) makin banyak dicari," tutur Agus.
FOLLOW US
Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan