Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, hilirisasi harus dikembangkan secara optimal hingga bahan dasar produk industri.
"Hilirisasi mineral tidak cukup hanya diproses setengah jadi. Namun harus dikembangkan secara maksimal menjadi produk yang menjadi bahan dasar pada tahapan pelengkap atau paling akhir dalam pohon industri," ujar Arifin dikutip dari laman Kementerian ESDM, Sabtu, 17 September 2022.
Baca juga: Progres Terbaru Smelter Freeport Gresik: Capai 36% dan Siap Beroperasi Mei 2024 |
Arifin menegaskan, pembangunan smelter harus mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah dan stakeholder lainnya agar dapat berjalan dengan baik.
Dengan begitu, diperlukan sinergi dan kolaborasi yang berkelanjutan agar hilirisasi mineral dapat berjalan optimal.
"Kewajiban hilirisasi yang melekat pada industri pertambangan adalah untuk memberikan nilai tambah agar memberikan hasil yang optimal bagi negara dan masyarakat dan melakukan pembangunan fasilitas pengolahan atau pemurnian mineral," tambahnya.
Ia juga menambahkan, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam sumber daya alam khususnya cadangan mineral seperti nikel dan kobalt yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan baterai untuk kendaraan listrik yang ramah lingkungan.
Menurutnya, keunggulan ini dapat diproses hingga produk akhir untuk mendukung transisi pembangunan energi berbasis fosil dengan menjadikan energi yang bersih untuk masa depan.
Baca juga: Vale Gandeng Perusahaan Tiongkok Bangun Smelter di Morowali |
Selanjutnya Arifin berpesan dalam upaya hilirisasi dalam negeri, dibutuhkan pemanfaatan sumber daya mineral dan batubara yang dilakukan dengan mengedepankan Environmental, Social, and Governance (ESG).
"Ini bisa dicapai melalui prinsip good mining practices, yang tidak hanya memberikan dampak pada penerimaan negara dan masyarakat, tapi kelestarian lingkungan bisa tetap terjaga," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News