PT Ewindo kembangkan varietas tanaman hidroponik. Foto: Istimewa
PT Ewindo kembangkan varietas tanaman hidroponik. Foto: Istimewa

Varietas Sayuran Dikembangkan Sambut Booming Hidroponik

Antara • 08 April 2021 23:36
Jakarta: PT East West Seed Indonesia (Ewindo) mengembangkan sejumlah varietas sayuran untuk menyambut booming-nya budidaya hidroponik di masa pandemi covid-19. Varietas yang dikembangkan ini berfokus pada tanaman yang punya daya tahan terhadap penyakit, daya tumbuh bagus, dan produktivitas tinggi.
 
"Varietas yang kami kembangkan pun diharapkan memiliki bobot lebih besar, sehingga lebih menguntungkan petani hidroponik," kata Managing Director Ewindo, Glenn Pardede, Kamis, 8 April 2021.
 
Dia mengatakan varietas yang dikembangkan didukung oleh pengalaman para ahli pemulia tanaman dan teknologi mutakhir. Saat ini Ewindo telah memproduksi lebih dari 150 varietas benih sayuran yang memberikan hasil panen melimpah. 

Glenn mengatakan benih yang dibudidayakan untuk hidroponik sejauh ini masih berupa sayuran daun seperti kangkung, bayam, pakcoy, kailan, sawi, dan lettuce. Salah satu yang sangat digemari para pegiat hidroponik adalah pakcoy NAULI F1 yang dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga tinggi. Produk ini memiliki batang yang besar dan kokoh, serta warna yang menarik.   
 
Fenomena bercocok tanam secara hidroponik marak saat pandemi covid-19 ini. Penjualan secara daring tercatat mengalami kenaikan hingga 10 kali lipat. Data ini sejalan dengan aktivitas pertanian perkotaan yang mengalami kenaikan sampai dengan lima kali lipat.
 
Menurut Glenn, meskipun budidaya hidroponik yang saat ini tengah menjamur di kota-kota besar di seluruh Indonesia, sebagian besar masih sebatas hobi. Meski begitu, prospeknya cerah. Apalagi saat ini lahan pertanian semakin terbatas, tak terkecuali dengan jumlah petani. 
 
"Mayoritas masih untuk hobi mengisi waktu di rumah selama pandemi covid-19. Padahal, kalau ditekuni, hidroponik juga bisa memberikan keuntungan," kata Glenn.
 
Maraknya hidroponik ini juga bisa dijadikan momentum untuk meningkatkan konsumsi sayuran di Indonesia. Tercatat, tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih rendah, yaitu 33 kilogram per kapita per tahun. Padahal, di sejumlah negara seperti Tiongkok, konsumsi sayurannya sudah mencapai 234 kilogram per kapita per tahun. 
 
Dari segi bisnis, budidaya hidroponik juga menguntungkan. Gleen mengatakan usaha hidroponik yang berkelanjutan minimal memiliki 5.000 lubang. Dengan nilai investasi Rp50 juta, maka penghasilan bersih bisa mencapai Rp5 juta per bulan atau akan mencapai break even point (BEP) selama 10 bulan.
 
"Di beberapa tempat petani hidroponik berada di bawah komunitas dan koperasi sehingga memudahkan untuk penjualan saat panen. Produksi dari hidroponik ini dipasarkan sebagai produk sayuran branded di pasar-pasar modern," kata Glenn.
 
 

Ketua Perhimpunan Hidroponik Indonesia (Perhindo), Jatmiko Pambudi, membenarkan bahwa budidaya hidroponik menjanjikan. Tinggal bagaimana petani mampu menguasai teknologi dalam bercocok tanam yang baik.
 
Seperti, bagaimana memberikan nutrisi yang baik dan pengairan yang cukup untuk memberikan hasil yang optimal. "Itu menjadi hal penting dalam bertani hidroponik," kata dia. 
 
Jatmiko mengatakan untuk memulai usaha hidroponik tidak bisa dipatok investasi minimal dan luas lahannya. Semuanya bergantung kepada produk apa yang ingin ditanam serta berapa harga komoditi di daerah itu.
 
"Seperti kalau ingin bertanam kangkung di Jakarta dengan di Kalimantan, tidak bisa disamakan. Harga komoditi kangkung di kedua daerah itu berbeda, termasuk luasan lahannya," ujar dia.
 
Jatmiko juga mengatakan persepsi masyarakat soal budidaya hidroponik juga harus diubah. Budidaya ini tak sekadar bertanam sayuran daun. "Banyak potensi yang dapat digarap seperti melon, semangka, timun, labu, dan sebagainya," kata Jatmiko.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan