Ilustrasi BBM. Foto: MI/Panca S
Ilustrasi BBM. Foto: MI/Panca S

Kaleidoskop 2022: Penaikan Harga Pertalite dan Rentetan Imbasnya

Annisa ayu artanti • 21 Desember 2022 09:27

Jakarta: Keputusan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite pada awal September 2022 menyedot perhatian masyarakat. Pasalnya, masyarakat dibuat gelisah karena wacana itu keluar dengan tidak pasti dari beberapa mulut pejabat, hingga akhirnya pada 3 September 2022 secara resmi diumumkan oleh Presiden Joko Widodo.
 
Di Istana Negara, bersama dengan Menteri ESDM Arifin Tasrif, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Sosial Tri Rismaharini, keputusan perubahan harga BBM dengan kadar RON 90 itu pun diumumkan.
 
Harga pertalite yang semula Rp7.650 per liter dikerek menjadi Rp10 ribu per liter. Harga solar yang semula Rp5.150 per liter naik menjadi Rp6.800 per liter. Sementara untuk harga pertamax saat itu ditetapkan sebesar Rp14.500 per liter, naik dari sebelumnya Rp12.500 per liter.

Kepala Negara membeberkan alasan penaikan harga energi tersebut perlu dilakukan karena anggaran subsidi dan kompensasi BBM 2022 telah ‘jebol’ tiga kali lipat. Penaikan harga BBM itu juga tak bisa dihindari sebab subsidi bakal terus naik mengikuti harga minyak dunia.
 
"Anggaran subsidi dan kompensasi BBM 2022 telah meningkat tiga kali lipat dari Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun," ujar Jokowi di Istana Negara, Sabtu, 3 September 2022.
 
Jokowi juga mengakui, pemerintah sebenarnya tidak mau mengubah harga BBM-BBM itu. Sebagai kompensasinya, pemerintah akan mengalihkan anggaran subsidi BBM untuk bantuan langsung kepada masyarakat yang membutuhkan sehingga lebih tepat sasaran.
 
"Saya sebetulnya ingin harga BBM di dalam negeri tetap terjangkau dengan memberikan subsidi dari APBN,” ujarnya.

Baca juga: Menkeu Pede Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lebih Baik Dari Negara Lain

Saat itu, Jokowi membeberkan ternyata 70 persen dari belanja subsidi BBM yang telah disalurkan pemerintah dinikmati kelompok masyarakat mampu atau yang memiliki mobil pribadi. Seharusnya, kata Jokowi, subsidi di APBN yang merupakan uang negara diprioritaskan untuk masyarakat tidak mampu.
 
“Dan saat ini pemerintah harus membuat keputusan di situasi yang sulit,” ucapnya.
 
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menjelaskan, langkah tersebut terpaksa dilakukan demi menjaga APBN tahun ini tidak jebol semakin lebar.
 
Sejauh ini, pemerintah sudah menanggung kebocoran anggaran akibat pengalokasian dana subsidi yang cukup besar. Semula, sepanjang tahun ini anggaran subsidi dan kompensasi BBM ditetapkan hanya Rp152,5 triliun. Namun, karena terjadi lonjakan harga minyak dunia, utamanya akibat pandemi covid-19 dan perang Rusia-Ukraina, angka tersebut meroket hingga lebih dari tiga kali lipat, yakni menyentuh Rp502,4 triliun.

Imbas harga BBM naik

Keputusan pemerintah yang akhirnya mengubah harga pertalite pun direspons beragam oleh masyarakat. Salah satunya dengan berpindah ke merek Vivo. Seperti diketahui, saat ini satu-satunya jenis BBM yang harganya masih di bawah oertalite yakni Vivo Revvo 89 yang masih dijual dengan harga Rp8.900 per liter. 
 
"Pertalite naik? Langsung pindah vivo 89," cuit seorang netizen. 
 
"Semoga vivo 89 nggak naik juga, biar kata RON 89 tapi better dari pertalite," timpal netizen lain.
 
"Kalau pertalite naik sebagai driver ojol pindah ke vivo deh," imbuh salah satu akun.

Tarif transportasi terkerek

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Organisasi Angkutan Darat DKI Jakarta Shafruhan Sinungan mengungkapkan kenaikan harga BBM otomatis bakal berdampak pada lini bisnis transportasi dan kenaikan tarif, baik angkutan orang maupun barang. Estimasi kenaikan tarif akan mencapai 12,5 persen.
 
"Estimasi kita itu dari kenaikan BBM pertalite sekitar 30 persen itu akan membuat kenaikan tarif angkutan orang dan barang sekitar 12,5 persen. Ini termasuk taksi," ujarnya saat dihubungi.
 
Misal, masyarakat Ibu Kota yang selama ini menggunakan angkot dipatok tarif Rp5.000, maka akibat kenaikan harga BBM, masyarakat harus membayar sekitar Rp5.500 hingga Rp5.700.
 
Baca juga: Kartu Prakerja Dinilai Jadi Program Pemerintah Paling Masif di Indonesia

Shafruhan mengatakan, penyesuaian tarif juga akan dilakukan pada angkutan taksi dengan hitungan berdasarkan kilometer yang ditempuh.
 
Selain itu, penaikan tarif angkutan umum hingga 12,5 persen juga diperkirakan akan berlaku pada bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) reguler.
 
Dalam keterangan terpisah, perusahaan penyedia taksi PT Blue Bird Tbk (BIRD) buka sara akan menyesuaikan ongkos taksi, sebagai respons kebijakan pemerintah terkait kenaikan harga BBM bersubsidi maupun nonsubsidi. Namun demikian, perusahaan memastikan kebijakan yang diambil tersebut akan memperhatikan prinsip kehati-hatian dengan mempertimbangkan daya beli konsumen.
 
"Terkait kenaikan harga pertalite yang telah terjadi, Blue Bird saat ini tengah merampungkan skenario perhitungan tarif taksi yang baru, dan kami akan mengumumkan kebijakan tarif baru dalam beberapa waktu ke depan," kata Direktur Utama PT Blue Bird Tbk Sigit Djokosoetono.
 
Tak hanya angkutan umum, bus, dan taksi, imbas dari penaikan harga BBM ini juga mengerek tarif ojek online. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang menaikkan tarif ojek online (ojol).
 
Kenaikan tarif tersebut merujuk Keputusan Menteri 677 Tahun 2022 yang isinya menyesuaikan tarif ojol seiring kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis pertalite. Keputusan Kementerian Perhubungan itu pun diapresiasi sejumlah driver ojek online.
 
Kenaikan tarif ini pun mendapatkan tanggapan positif dari para driver ojol di lapangan. Yanto, salah satu driver Grab, mengaku senang karena kenaikan tarif akan membantu meringankan beban bahan bakar dan juga diharapkan menaikkan pendapatan. Ia juga menyampaikan apresiasinya kepada Kemenhub yang sebelumnya telah memutuskan adanya kenaikan tarif.
 
"Sebagai driver, kami bersyukur dengan kenaikan tarif ini. Dengan tarif baru, sangat membantu driver karena masih ada sisa yang bisa untuk dibawa pulang," ucap Yanto.

Harga pangan ikutan naik

Akibat harga BBM itu, harga kebutuhan pokok, terutama pangan juga ikut melonjak. Badan Pangan Nasional (BPN) menyatakan dampak penyesuaian harga BBM terhadap kenaikan biaya rantai pasok sekitar 6-8 persen.
 
"Jadi kalau dalam perusahaan itu kita bisa lihat, berapa persen kontribusi dari misalnya transportasi, kemudian berapa persen. Hitungan kami, harusnya tidak lebih dari 6-8 persen kenaikan harga ya. Malah teman-teman itu ada yang menyampaikan hanya 2-3 persen," kata Kepala BPN Arief Prasetyo Adi.
 
Baca juga: Pembangunan Infrastruktur Jadi Salah Satu Fokus APBN 2022

Contoh kenaikan harga pangan adalah harga telur. Pada hari-hari normal harga telur ayam di kisaran Rp24 ribu sampai Rp26 ribu. Namun, saat ini harga telur rata-rata melebihi Rp30 ribu per kilogram.
 
Untuk menekan harga telur itu agar lebih terjangkau, pemerintah pun memutuskan untuk membantu biaya distribusi telur yang dikirim dari Pulau Jawa untuk menekan kenaikan harga komoditas tersebut.
 
“Kami dengan Mendagri dan lain-lain rapat dengan Pemda kalau (harga) sudah lebih dari lima persen maka dibantu biaya transportasi agar harganya tidak lebih dari Rp31 ribu sampai Rp32 ribu," kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.

Harga BBM naik sumbang inflasi

Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Faisal Rachman mengungkapkan, terdapat tiga poin penting atau dampak naiknya BBM jenis pertalite, solar, dan pertamax terhadap Outlook Ekonomi 2022. Penyesuaian harga BBM akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan suku bunga acuan.
 
Pertama, kenaikan harga ketiga jenis BBM berisiko dapat memangkas pertumbuhan ekonomi sampai dengan 0,33 persen. Faisal menyampaikan, hingga semester I-2022, ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,23 persen didukung oleh naiknya mobilitas setelah pelonggaran PPKM, bansos dari pemerintah, dan kinerja ekspor yang tinggi di tengah naiknya harga komoditas unggulan.
 
"Dengan demikian, kami masih melihat ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh di kisaran lima persen secara full-year pada 2022 ini," ujar Faisal.
 
Kemudian yang kedua, kenaikan harga ketiga jenis BBM tersebut akan memicu naiknya inflasi. Berdasarkan hitungan Bank Mandiri, kenaikan harga pertalite sebesar 30,72 persen dan pertamax sebesar 16,00 persen tersebut secara total akan menyumbang inflasi sebesar 1,35 ppt.
 
Sementara itu, kenaikan harga solar sebesar 32,04 persen akan berkontribusi sebesar 0,17 ppt pada tingkat inflasi.
 
"Hitungan ini sudah memperhitungkan first round impact atau dampak kenaikan harga ketiga jenis BBM tersebut secara langsung, dan second round impact atau dampak lanjutan pada inflasi seperti naiknya harga jasa transportasi, distribusi, hingga kenaikan sebagian harga barang dan jasa lainnya," jelasnya.
 
Dengan demikian, Bank Mandiri memprediksikan inflasi pada akhir 2022 akan berada pada kisaran 6,27 persen, atau lebih tinggi dari angka proyeksi awal yang sebesar 4,60 persen. Sementara itu, inflasi inti diperkirakan akan berada pada kisaran 4,35 persen pada akhir tahun ini.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
 


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan