Gautam Adani. Foto: AFP/Sam Panthaky
Gautam Adani. Foto: AFP/Sam Panthaky

Skandal Miliarder Gautam Adani

Annisa ayu artanti • 08 Februari 2023 12:34
MILIARDER asal India, Gautam Adani, menjadi sorotan publik akhir-akhir ini lantaran sejumlah skandal yang menerpa dirinya dan perusahaannya sejak 24 Januari 2023.
 
Ia dituduh melakukan pencucian uang dan memanipulasi harga saham perusahaan-perusahaannya yang berada di bawah Adani Group oleh perusahaan investasi asal New York, Hindenburg Research.
 
Medcom.id merangkum berbagai sumber, Hindenburg Research juga membeberkan borok yang dilakukan Adani Group lainnya. Adani Group memakai cara licik yakni menggunakan perusahaan cangkang yang didirikan di sejumlah negara tax haven dan bersekongkol melakukan penipuan akuntansi dalam beberapa dekade.

Cara itu membuat saham perusahaan-perusahaan Adani Group naik, meski jika diperhatikan lebih detail dan mendalam, kinerja perusahaan-perusahaan tersebut biasa-biasa saja.
 
Baca juga: Siapakah Adani dan Mengapa Perusahaannya Bangkrut?
 
Di dalam laporannya, Hindenburg mengungkap rekening Grup Adani di luar negeri, menggelontorkan transfer uang ke unit-unit perusahaannya yang tengah menjual saham dengan tujuan menggelembungkan harga saham mereka.
 
Tingginya harga saham perusahaan dalam Adani Group itu juga membuat Gautam Adani menempati posisi orang kaya kedua di dunia.
 
Tak hanya itu, borok Grup Adani juga dikuliti seperti tuduhan korupsi, pencucian uang, pencurian hingga pencurian dana pembayar pajak oleh otoritas di India.

Investor panas dingin, saham grup Adani rontok

Atas tuduhan tersebut, dalam sepekan kekayaan Gautam Adani menguap hingga USD28,9 miliar dipicu oleh kinerja buruk saham miliknya. Saham-saham Adani Group kompak rontok sehingga menurunkan kekayaan Gautam Adani dari USD126,6 miliar pada Selasa, 24 Januari 2023 menjadi USD96,7 miliar.
 
Penurunan kekayaan Gautam Adani itu membuat ia turun peringkat ke posisi ke tujuh orang kaya dunia.
 
Berdasarkan data Refinitiv, pasca dirilisnya laporan Hindenburg Research itu enam saham dari delapan perusahaan yang terafiliasi Adani Grup amblas. Hal itu juga menyeret kinerja indeks acuan India, Nifty 50.
 
Pelaku pasar sempat menyalahkan hedge fund asal Amerika Serikat (AS) Bill Ackman lantaran dia selalu menggunakan strategi short selling dan menyatakan dukungan terhadap laporan Hindenburg.
 
Baca juga: Lagi Ada Kasus, Saham Adani Enterprises India Malah Meroket 20%

Gautam Adani menyangkal

Namun Gautam Adani membantah dan menyangkal laporan Hindenburg Research itu. Ia mengatakan tuduhan itu tidak berdasar.
 
Adani Group juga mengatakan laporan itu hanya kebohongan dari "Madoffs of Manhattan" dalam balasan setebal 413 halaman yang gagal menenangkan sentimen investor yang gelisah dan mengendalikan aksi jual yang cepat.
 
Gautam Adani merupakan konglomerat Adani Group, yang memiliki perusahaan tambang, pelabuhan, hingga pembangkit listrik.
 
Perusahaan juga melakukan diversifikasi bisnis, mulai dari bandara, pusat data, pertahanan dan sektor semen dengan membeli aset pabrik semen Holcim (HCMLY) di India baru-baru ini. Perusahaan juga berencana untuk mendirikan pabrik aluminium.

Imbas laporan Hindenburg Research

Akibat laporan Hindenburg itu, Adani Group dikabarkan akan memangkas rencana belanja modal dan membatalkan penggalangan dana yang akan dilakukan oleh Adani Enterprise melalui penawaran saham sekunder ke publik senilai USD2,5 miliar.
 
"Grup akan menggunakan saluran pendanaan alternatif dari akrual internal, pendanaan ekuitas promotor, dan penempatan pribadi untuk mendanai proyek,” kata surat kabar Mint.
 
Baca juga: Jokowi Ingatkan Bahaya Saham Gorengan, Ciri-Cirinya seperti Apa?

Wanti-wanti Jokowi soal skandal Adani Group

Presiden Joko Widodo memperingatkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk tidak lalai dalam mengawasi produk-produk jasa keuangan. Jangan sampai tragedi keuangan besar yang terjadi pada Adani Group di India, terjadi di Indonesia.
 
Jokowi menuntut OJK bekerja secara maksimal, tidak hanya dari segi makro, tetapi juga mikro. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap seluruh produk jasa keuangan harus dilakukan secara intensif.
 
"Hati-hati ada peristiwa besar minggu kemarin, Adani, di India. Secara makro, negaranya bagus, tapi mikronya ada masalah," ujar Jokowi di Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023
 
Ia mengungkapkan, hanya karena perilaku melenceng satu perusahaan, dana sebesar USD120 miliar atau setara Rp1.800 triliun lenyap begitu saja. Para investor pun berbondong-bondong kabur membawa uang mereka dari negara tersebut karena kondisi yang dianggap tidak aman.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan