Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meyakini kegiatan ekonomi akan tetap berlangsung selama pemberlakuan PPKM di Jawa-Bali. Dia optimistis ekonomi akan pulih. "Kita optimistis proyeksi (pertumbuhan ekonomi) sampai akhir tahun di kisaran lima persen," ujar Airlangga.
Beberapa indikator yang mendorong keyakinan pemerintah optimistis adalah pergerakan ekonomi Tanah Air yang tetap bertumbuh walaupun ada pembatasan. Ini terlihat dari respons Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat, begitu juga dengan nilai tukar rupiah.
Kemudian, Airlangga mengungkapkan, indeks manufaktur Indonesia naik mencapai 51,3. Beberapa harga komoditas juga mencapai harga tinggi, seperti minyak kelapa sawit, batu bara, dan nikel.
"Pemerintah memperhatikan kebutuhan masyarakat yang utama adalah kesehatan, kemudian kedua pemerintah hadir untuk menjaga kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat," kata dia.
Ekonomi Indonesia
Bank Dunia atau World Bank memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2021 akan tumbuh sebanyak 4,4 persen. Proyeksi ini lebih baik dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi di 2020 yang mengalami kontraksi 2,2 persen akibat pandemi covid-19.
Dilansir dari laporan Global Economic Prospects January 2021 Bank Dunia, perbaikan ini didukung oleh membaiknya ekonomi dunia yang diprediksi tumbuh empat persen. Namun perbaikan ekonomi ini tergantung pada efektivitas pelaksanaan vaksinasi.
"Ini didasarkan pada peluncuran vaksin yang efektif pada kuartal I-2021 di negara-negara ekonomi besar dan setelahnya pasar berkembang dan ekonomi berkembang yang lebih kecil," tulis Bank Dunia dalam laporannya, beberapa waktu lalu.
Kekebalan kelompok
Terlepas dari itu semua, jajaran ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan meski sejumlah negara sudah menjalankan program vaksinasi virus korona (covid-19), kekebalan kelompok atau herd immunity kemungkinan besar tidak akan tercapai tahun ini.
Herd immunity adalah istilah di saat sebagian besar masyarakat di suatu negara kebal terhadap penyakit tertentu, sehingga dapat mencegah terjadinya penularan ke kelompok warga lain yang belum memiliki kekebalan.
Soumya Swaminathan dari WHO menekankan pentingnya bagi semua negara di dunia untuk menerapkan protokol kesehatan covid-19, seperti memakai masker, menjaga jarak sosial, rajin mencuci tangan, dan lainnya. "Andaikata (kekebalan kelompok) itu terjadi di segelintir negara, tetap tak akan bisa melindungi masyarakat di seluruh dunia," tuturnya.
Sejumlah ilmuwan mengestimasi bahwa kekebalan kelompok di suatu negara dapat tercapai jika rata-rata vaksinasinya mencapai 70 persen dari total populasi. Namun sebagian pihak khawatir persentase yang lebih tinggi dibutuhkan karena covid-19 adalah virus yang sangat menular.
Penasihat Direktur Jenderal WHO Bruce Aylward berharap vaksinasi covid-19 di sejumlah negara miskin dapat dimulai bulan ini atau Februari. Ia sekali lagi menyerukan agar komunitas global memastikan vaksin covid-19 tersedia bagi semua orang tanpa terkecuali.
"Kami tidak bisa melakukan itu seorang diri," pungkas Aylward.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News