Indonesia di tengah pelemahan ekonomi global
Di tengah pelemahan ekonomi global, aktivitas ekonomi Indonesia masih menunjukkan perbaikan di awal triwulan II-2022 (kuartal II-2022). Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonominya di kuartal I-2022 pada level 5,01 persen yoy. Konsumsi rumah tangga sebagai kontributor terbesar PDB berhasil tumbuh sebesar 4,34 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan kuartal IV-2021. Berlanjutnya perbaikan permintaan domestik ini telah mendorong mayoritas sektor usaha untuk tumbuh positif. Ke depan, sinyal perbaikan terus terlihat dari sisi demand maupun supply.Indeks keyakinan konsumen (IKK) terus menunjukkan perbaikan hingga April 2022 ke level 113,1. Sejalan dengan ini, indeks S&P Global PMI Manufaktur Indonesia juga menunjukkan aktivitas ekspansif ke level 51,9 di April 2022. Optimisme ini diperkirakan juga akan mendorong kinerja penjualan eceran dengan peningkatan indeks penjualan riil (IPR) ke level 219,3 di April 2022.
Per 23 Mei 2022, nilai tukar rupiah telah mengalami depresiasi sebesar -1,21 persen month to-date (mtd) ke level Rp14.674 per USD. Pergerakan nilai tukar rupiah ini sejalan dengan pergerakan mayoritas nilai tukar negara lain, dan Rusia mengalami pelemahan nilai tukar terbesar, yakni sebesar -36,64 persen mtd. Posisi nilai tukar rupiah ini masih lebih baik dibandingkan nilai tukar negara India (-1,48 persen mtd), Argentina (-2,68 persen mtd), Turki (-6,88 persen mtd), dan Rusia (-36,64 persen mtd).
Pelemahan nilai tukar ini dipengaruhi oleh sentimen global, yakni konflik Rusia-Ukraina, lockdown Tiongkok, dan peningkatan suku bunga acuan The Fed. Bank Indonesia kembali memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen di Mei 2022. Keputusan ini akan mendukung stabilitas inflasi dan nilai tukar, serta mendorong pemulihan ekonomi di tengah tantangan global. Sejalan dengan ini, transmisi kebijakan moneter juga terefleksikan pada pergerakan suku bunga perbankan. Tercatat, suku bunga kredit baru bank umum tidak mengalami perubahan, yakni tetap di level 8,74 persen pada April 2022.
Berdasarkan kelompoknya, bank pemerintah daerah dan bank BUMN mengalami penurunan masing-masing ke level 8,96 persen dan 7,78 persen. Sementara, kelompok kantor cabang bank asing tidak mengalami perubahan, yakni tetap di level 5,12 persen. Hanya kelompok bank umum swasta nasional yang mengalami peningkatan ke level 9,56 persen. Dari sisi simpanan, suku bunga deposito satu bulan bank umum tercatat berada di level 2,86 persen pada April 2022.
Inflasi Indonesia tercatat mengalami peningkatan ke level 3,47 persen yoy di April 2022, namun demikian mayoritas komoditas strategis domestik tercatat mengalami penurunan harga di Mei 2022 pascalebaran. Inflasi Indonesia di April 2022 terdorong oleh komponen volatile food (VF) yang mengalami inflasi sebesar 5,48 persen yoy dengan andil/sumbangan inflasi terbesar.
Namun demikian, mayoritas komoditas strategis domestik telah menunjukkan penurunan harga per 23 Mei 2022, seperti beras (-0,42 persen mtd), daging ayam (-7,19 persen mtd), daging sapi (-1,57 persen mtd), bawang putih (-2,58 persen mtd), cabai merah (-3,15 persen mtd), dan minyak goreng (-1,83 persen mtd). Sementara itu, komoditas telur ayam (0,90 persen mtd), bawang merah (13,35 persen mtd), cabai rawit (7,06 persen mtd), dan gula pasir (0,33 persen mtd) masih mengalami peningkatan harga.

Inflasi per komponen (% yoy). Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah SIRI)
Realisasi Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) di April 2022 mencatatkan surplus sebesar Rp103,10 triliun atau 0,58 persen PDB. Perbaikan konsumsi rumah tangga dan berlanjutnya aktivitas perdagangan internasional yang disertai dengan tren peningkatan harga komoditas global telah mendorong pendapatan negara untuk tumbuh positif (70,38 persen mom dan 45,90 persen yoy). Di saat yang sama, realisasi program perlindungan sosial turut mendorong peningkatan belanja negara (52,98 persen mom dan 3,80 persen yoy). Realisasi anggaran PCPEN hingga 13 Mei 2022 juga tercatat mencapai Rp80,97 triliun atau 17,73 persen dari pagu anggaran sebesar Rp455,62 triliun.
Program perlindungan masyarakat telah terealisasi sebesar Rp15,21 triliun, program penanganan kesehatan terealisasi sebesar Rp15,21 triliun, dan program penguatan pemulihan ekonomi terealisasi sebesar Rp14,48 triliun. Sementara dari sektor eksternal, neraca perdagangan Indonesia di April 2022 terus melanjutkan tren surplus selama 24 bulan berturut-turut. Nilai ekspor Indonesia mencapai USD27,32 miliar (3,11 mom dan 47,76 persen yoy) dan nilai impor Indonesia mencapai USD19,76 miliar (-10,01 mom dan 21,97 persen yoy).
Komoditas nonmigas tetap menjadi kontributor utama ekspor dan impor Indonesia di April 2022. Bahan bakar mineral (HS 27) menjadi komoditas ekspor non migas yang mengalami peningkatan terbesar dibandingkan Maret 2022, yakni meningkat sebesar USD642,8 juta. Sementara itu, mesin/peralatan mekanis dan bagiannya (HS 84) menjadi komoditas impor nonmigas yang mengalami penurunan terbesar dibandingkan Maret 2022, yakni menurun sebesar USD483,4 juta.
Berdasarkan golongan barang, bahan baku/penolong sebagai kontributor utama impor Indonesia telah mengalami penurunan dibandingkan Maret 2022, yakni sebesar USD1.476,6 juta. Ke depan, kinerja neraca perdagangan Indonesia masih dihadapkan oleh berbagai tantangan, seperti lockdown Tiongkok yang berpotensi menghambat logistik ekspor-impor, dan keberlanjutan tren peningkatan harga minyak mentah dan harga pangan global yang berpotensi meningkatkan nilai impor.
Denny Irawan
Analis Samudera Indonesia Research Initiatives (SIRI)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News