Selain itu, aktivitas sektor jasa dan manufaktur yang tercerminkan oleh PMI Caixin juga mengalami kontraksi masing-masing ke level 36,2 dan 46,0. Penurunan aktivitas ekonomi Tiongkok ini tentunya memberikan tekanan tambahan terhadap ekonomi global di tengah disrupsi akibat konflik Rusia-Ukraina.
Kebijakan lockdown Tiongkok berpotensi mengganggu aktivitas perdagangan internasional dengan mitra dagang utamanya. Pada April 2022, aktivitas pelabuhan Shanghai mengalami penurunan total throughput menjadi 3,09 juta TEU dan container througput menjadi 32,17 juta ton.
Gangguan logistik di salah satu pelabuhan terbesar Tiongkok ini menyebabkan ekspor dan impor Tiongkok masing-masing hanya tumbuh sebesar 3,90 persen yoy dan 0,01 persen yoy di April 2022, melambat dibandingkan Maret 2022. Hal ini menyebabkan gangguan terhadap aktivitas perdagangan dengan mitra dagang utama Tiongkok, beberapa negara telah mencatatkan perlambatan pertumbuhan ekspor dan impor di April 2022, seperti Jepang dan Korea Selatan. Tekanan tambahan yang berasal dari lockdown Tiongkok turut berkontribusi terhadap peningkatan harga komoditas global di tengah konflik Rusia-Ukraina.
Per 23 Mei 2022, komoditas utama energi dunia terus mengalami peningkatan harga, seperti batu bara (27,76 persen mom dan 250,93 persen yoy), gas alam (12,63 persen mom dan 173,24 persen yoy), dan minyak mentah WTI (6,37 persen mom dan 67,91 persen yoy).
Leading indicator ekonomi global menunjukkan adanya pelemahan aktivitas ekonomi di awal triwulan II-2022 (kuartal II-2022). Sampai dengan kuartal I-2021, pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara mengalami perlambatan, seperti Amerika Serikat (3,60 persen yoy), Korea Selatan (3,10 persen yoy), Singapura (3,40 persen yoy), dan India (4,60 persen yoy). Sementara itu, Uni Eropa (5,20 persen yoy) dan Tiongkok (4,80 persen yoy) masih mencatatkan penguatan pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2021. Namun demikian, gangguan rantai pasok global akibat konflik Rusia-Ukraina dan lockdown Tiongkok menyebabkan aktivitas ekonomi global terhambat di awal triwulan II-2022.

Global Composite Output Index dan Inflasi. Sumber: Bloomberg, S&P Global, J.P. Morgan (diolah SIRI)
Hal ini tercermin dari J.P. Morgan Global Composite Output Index yang berada di level 51,0 pada April 2022, menurun dibandingkan Maret 2022 yang berada di level 52,7. Selain itu, tekanan inflasi juga masih berlanjut, tercermin dari inflasi yang masih bertahan di level tinggi untuk Amerika Serikat (8,30 persen yoy), Jerman (7,40 persen yoy), dan Uni Eropa (8,10 persen yoy).
Disaat yang bersamaan, The Fed telah melanjutkan kebijakan moneter kontraktif untuk memitigasi kenaikan inflasi di Amerika Serikat dan tekanan peningkatan harga komoditas utama energi dunia. FOMC Meeting pada 4 Mei 2022 telah memutuskan untuk meningkatkan suku bunga acuan The Fed sebesar 50 basis poin menjadi kisaran 0,75-1,00 persen. Kebijakan ini juga disertai dengan upaya pengurangan kepemilikan aset dalam bentuk treasury pada batas USD30 miliar dan dalam bentuk sekuritas berbasis hipotek pada batas USD17,5 miliar di Juni 2022. Kebijakan moneter kontraktif ini akan terus berlanjut untuk mengembalikan inflasi ke kisaran 2,0 persen.