Perubahan Arsitektur
Dengan melihat fakta tersebut, beban IMF dan World Bank sudah terlalu berat dan menjadi sangat terbatas apalagi kalau krisis masih berlangsung untuk jangka waktu yang lama. IMF dan World Bank tidak akan mampu lagi menjadi penyedia likuiditas global untuk semua negara yamg terkena imbas krisis ekonomi saat ini.Lembaga donor lainnya, seperti IDB dan ADB juga memberikan fasilitas pinjaman darurat bagi anggotanya, tetapi jumlahnya relatif terbatas jika dibandingkan dengan IMF dan World Bank. Oleh sebab itu, sudah saatnya arsitektur keuangan global perlu didesain ulang, mengingat arsitektur yang ada saat ini belum mampu mengatasi dua masalah utama yaitu ketersediaan likuiditas global dan resesi ekonomi yang menghantui seluruh negara.
Ketersediaan likuiditas global dalam jumlah yang sangat besar menjadi prioritas utama untuk membangun kembali tatanan perekonomian dunia yang secara langsung dapat meredam dampak resesi. Cepat atau lambannya pemulihan roda perekonomian dunia dari resesi ekonomi global sangat bergantung sekali dengan ketersediaan likuiditas global.
Guna merespons tujuan dimaksud, desain arsitektur keuangan global yang baru harus didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, perlu pembentukan global crisis fund dalam bentuk pooling fund yang bersifat siaga dalam jumlah besar untuk menangani munculnya krisis global atau kondisi darurat yang bersumber dari berbagai peristiwa, misalnya pandemi penyakit, krisis pangan, bencana alam global, resesi global, dan lain-lain.
Kedua, peran IMF dan World Bank sebagai lembaga donor utama ternyata sangat terbatas sehingga perlu pemikiran bagaimana mengembangkan skema pembiayaan dan pinjaman baru dari kedua lembaga tersebut apabila krisis maupun resesi ekonomi global terjadi kembali. Ketiga, pembentukan UN Covid-19 Multi-Partner Trust Fund oleh PBB perlu segera diformalkan dengan sumber dananya dapat berasal dari negara-negara kaya.
Keempat, perlu adanya kebijakan penundaan maupun keringanan pembayaran utang dari negara-negara miskin yang terkena dampak covid-19. Kelima, lembaga rating internasional perlu membekukan sementara investment grade secara terbatas bagi negara-negara miskin dan sedang berkembang yang terdampak covid-19 sehingga memungkinkan mereka mengeluarkan surat utang dengan imbal hasil yang wajar.
Keenam, memperkuat peran organisasi regional dan internasional, seperti G-20, APEC, dan ASEAN sehingga dapat meringankan beban IMF dan World Bank. Oleh karena itu, inisiatif negara-negara ASEAN untuk membentuk ASEAN Covid-19 Trust Fund perlu segera diwujudkan sehingga dapat menjadi contoh model bagi organisasi regional lainnya. (Opini)
*Artikel ini merupakan pandangan pribadi penulis.
Agus Sugiarto
Advisor Otoritas Jasa Keuangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id