Dua kali finalis Piala AFF 2010 dan 2016 menjadi jejak sejarah Riedl bagi Pasukan Garuda. Timnas tampil bermain cantik seperti juara tanpa mahkota.
Dari Jerman
"Kamu pemain Jerman ya?" dia menyapa sambil memegang ujung lengan kostum replika tim Panser yang saya kenakan. Begitulah, dia langsung bercanda saat kami berjumpa pertama di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang.Padahal hanya beberapa menit sebelumnya Riedl tampak serius memimpin latihan. "Ayo, terus bergerak. Cobalah bicara, jangan diam saja!" teriaknya kepada para pemain dari tengah lapangan. Usai membimbing skuatnya, keseriusan itu lenyap seketika.
Riedl tiga kali merengkuh gelar pencetak gol terbanyak Liga Austria dan Liga Belgia antara 1972 -- 1975 di puncak kariernya yang cemerlang semasa jadi striker. Dilahirkan di Wina, 2 November 1949, dia terkenal buas haus gol.
Setelah gantung sepatu, beralih sebagai pelatih, setiap kesebelasan yang kemudian dia tangani amat kental dengan warna sepak bola menyerang. Pernah membesut Austria (1990 -- 1992), Liechtenstein (1997 -- 1998), Palestina (2004 -- 2005), Vietnam (1998 -- 2001, 2003 -- 2004, 2005 -- 2007), dan Laos (2009).
Ia piawai memotivasi pemain. Selalu ditunjukkannya langsung dengan teladan bukan lewat petuah berbusa-busa. Suatu kali, dia menyindir pemain yang malas bergerak di lapangan. Caranya melalui contoh memperagakan "gaya badut" yang diam kaku ketika bola meluncur ke arahnya. Katanya, para pemain tidak boleh statis saja, melainkan harus bergerak cepat menjemput bola.
Tapi, ketahanan fisik pemain sempat luput dia perhatikan secara saksama. Timnas U-23 di Pra-Olimpiade 2012 yang ditukanginya banyak yang bertingkah manja. Ditambah kendala persiapan yang minim membuat para pemain sering tidak konsisten menyetir tempo permainan. "Kadang mereka bisa main sangat cepat tapi juga sering menahan bola terlalu lama," keluhnya.
"Selain fisiknya lebih kuat, tim lawan juga berpostur tubuh tinggi, sehingga menyulitkan pemain Indonesia mengimbangi permainan mereka,” ujar Riedl kecewa sesaat usai laga di mana Indonesia kalah 1-3 dari Turkmenistan U-23.
Episode kedua bersama Riedl terjadi di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Baru saja dia membawakan kemenangan pada semifinal leg pertama Piala AFF 2010. Pada konferensi pers sehabis pertandingan, saya mengambil kesempatan dengan membuka ucapan pelatih Malaysia. K Rajagopal berambisi hendak bertemu lagi di final kendati hancur 1-5 di grup penyisihan.
"Untuk saat ini saya tidak berpikir lain kecuali mempersiapkan tim lebih baik pada semifinal kedua, tiga hari lagi. Urusan itu kita tunggu nanti saja. Saya belum bisa berpikir akan bertemu Malaysia di final kalau ditanya sekarang," jawabnya.
Di ujung tanya-jawab kami, Riedl yang dikenal kocak sekaligus tegas sempat berseloroh kalau timnas Indonesia menang yang diingat adalah Ketua Umum PSSI, sedangkan jika kalah pasti pelatih yang disalahkan.
Makan Kerupuk
Tentu dia tidak mau disalahkan hanya karena faktor 'X' di luar pertandingan. Ketika menerima pinangan PSM Makassar, Riedl memberi petunjuk kepada pemain bagaimana mereka harus mengasup nutrisi yang menyehatkan.Ia mengaku sudah mewanti-wanti pemain asuhannya untuk menjaga pola makan sehari-hari. Kendati sudah memperingatkan, Riedl lebih banyak berharap kepada profesionalisme dan kedewasaan para pemain itu sendiri.
"Kami berpikir tentang program nutrisi buat para pemain. Tapi masalahnya saya tidak bisa mengontrol itu. Saya sudah membicarakannya. Sejak hari pertama atau hari kedua saya telah menjelaskan mengenai apa yang sebaiknya diasup para pemain," serunya.
Secara mendetail, diuraikannya bahwa kudapan seperti jenis makanan cepat saji itu tidak baik untuk diasup pemain. "Itu buruk untuk mereka. Kulit ayam juga tidak bagus mereka santap," kata Riedl, suatu senja selepas gerimis di pinggir Lapangan Kodam Hasanuddin, Makassar.
Rupanya dia juga mengamati jenis panganan tradisional khas Indonesia yang disukai banyak orang, namun tidak baik dilahap para pemain sepak bola. "Kau tahu kerupuk? Itu tidak boleh dimakan," tegas Riedl.
Disarankan dia sebagai menu harian bagi pemain ialah sayur-mayur, selada, ikan, dan segala macam menu racikan yang terkait dengan ketiga jenis makanan tersebut.
"Mudah sebenarnya untuk menyantap makanan bernutrisi secara normal. Bukan perkara sulit. Tapi saya tidak bisa mengontrol mereka. Itu saja. Prinsipnya, pemain tidak bisa makan daging setiap hari. Kalau ikan boleh, tapi daging jangan berlebihan".
"Bagaimana saya bisa mengawasi mereka setiap waktu makan? Kau pikir saya harus datangi satu per satu dan bertanya apa yang mereka santap?! Saya hanya menganjurkan dan mereka yang melakukannya sendiri," tegasnya.
Itulah sekelumit interaksi dengan Riedl sejak 19 November 2010 sampai 3 Februari 2015. Kini, dia telah kembali ke Austria, menikmati hari-hari tua yang nyaman di kampung halamannya. Jelas dia masih terkenang pada Indonesia. Seperti kita di negeri ini tetap mengingatnya sebagai seorang pelatih yang berkesan.
Video: Jika Pandemi Covid-19 Belum Berakhir Pada Juli, Liga 1 2020 Dihentikan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ASM)