\ Eksekutor Sepak bola Gajah, PSIS Semarang vs PSS Sleman Akhirnya Buka Suara
Dengan muka tertutup, eks pemain PSS Sleman memberikan keterangan terkait kasus suap pada PSIS Semarang melawan PSS Sleman di Sasana Krida Akademi Angkatan Udara (AAU), 26 Oktober 2014 (MTVN / Ahmad Mustaqim)
Dengan muka tertutup, eks pemain PSS Sleman memberikan keterangan terkait kasus suap pada PSIS Semarang melawan PSS Sleman di Sasana Krida Akademi Angkatan Udara (AAU), 26 Oktober 2014 (MTVN / Ahmad Mustaqim)

Eksekutor "Sepak bola Gajah", PSIS Semarang vs PSS Sleman Akhirnya Buka Suara

Bola suap olahraga
Ahmad Mustaqim • 30 Juli 2015 01:04
medcom.id, Yogyakarta: Para mantan pemain yang bertindak sebagai 'eksekutor' sepak bola gajah dalam laga divisi utama antara PSIS Semarang melawan PSS Sleman di Sasana Krida Akademi Angkatan Udara (AAU), 26 Oktober 2014 lalu, akhirnya buka suara, Rabu 29 Juli. Awalnya, diperkirapan bakal ada sembilan pemain yang bakal memberikan pengakuan. Namun, kenyataan hanya empat pemain yang memberanikan diri membeberkan ke publik.
 
Mantan pemain PSS Sleman, Ronald (nama samaran) mengaku mencetak salah satu gol bunuh diri dalam laga yang berkesudahan 3-2 untuk kemenangan PSS Sleman waktu itu. Menurutnya, tidak ada yang aneh ketika laga mau dimulai. Lalu keanehan muncul saat babak pertama selesai. Ronaldo mengaku mendapat instruksi dari General Manager PSS Sleman waktu itu, Supardjiono, untuk membuat gol bunuh diri pada menit ke-70.
 
Lantaran instruksi dilontarkan dengan nada keras, ia tak kuasa tidak melaksanakan perintah itu. "Seperti digertak, 'Ya wis, gek digolke' (Ya sudah, cepat buat gol ke gawang sendiri)," kata Ronald mengenang instruksi yang ia dengar.
  Tak berselang lama setelah instruksi ia terima, Ronald kemudian melakukan back pass dan bola tak dihalangi kiper yang lalu berujung gol bunuh diri. Gol itu lalu diikuti empat gol tambahan yang juga dilakukan ke gawang sendiri.
 
"Saya tidak tahu pemain lain juga mendapat instruksi serupa. Awalnya instruksi itu sempat saya tolak. Tapi mau bagaimana lagi," katanya.
 
Ia mengatakan tindakan itu dilakukan agar timnya terhindari dari tim kuat asal Kalimantan, Borneo FC. Menurut Supardjiono, PSS bisa lolos ke Liga Indonesia (QNB League) andai bisa mengindari Borneo FC. Meskipun, para pemain PSS Sleman berlum pernah menghadapi Borneo FC.
 
"Kalau Borneo FC main selalu dapat penalti. Ada sekitar tujuh (penalti). Itu yang membuat pemain berpikir dua kali untuk melawan mereka," beber striker PSS Sleman, Moeniaga.
 
Instruksi tak hanya didapat para oemain saat pertandingan. Hal serupa juga mereka dapat ketika sidang Komisi Disiplin (Komdis) PSSI berlangsung.
 
"Kami (pemain) seperti mengikuti drama. Sidang di Komdis PSSI berlangsung selama dua tahap, yakni sidang kloter pertama dan kedua. Kloter petama saya tidak tahu seperti apa. Kloter kedua, enam orang (pemain) diberi instruksi. Intinya jangan mengaku siapa yang memberi perintah," ujar Satria, pemain PSS Sleman yang juga bermain dalam laga kontriversial itu.
 
Satria mengungkapkan pemain bakal kena sanksi andai tak mengikuti instruksi. Oleh karena itu, para pemain akhirnya memilih untuk mengambil jalan pintas.
 
"Katanya ada sanksi. Kami sebetulnya sempat berpikir dua kali untuk melakukan hal itu. Tapi kami diberi jaminan jika melakukan instruksi yakni bisa terus bermain untuk PSS dan dijanjikan kompensasi ," ungkapnya.
 
GM PSS Sleman, Supardjiono membantah semua keterangan yang diberikan para mantan pemain PSS Sleman. Ia mengatakan jika semua keterangan tersebut tidak benar. "Saya tidak memberikan instruksi. Masalah itu sudah disidang oleh PSSI. Jadi saya anggap selesai," katanya melalui sambungan telepon.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(HIL)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif