Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menegaskan tak ada pemberian modal dalam program OK OCE. Wakil Gubernur Sandiaga Uno meminta agar spanduk yang beredar saat kampanye diklarifikasi.
Jakarta: "Ayo bergerak ambil kesempatan. Dimodalin punya bisnis! Disediain tempat usaha! Dicariin Pembeli! Coblos nomor 3”. Demikian isi salah satu spanduk kampanye Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, kala pemilihan gubernur pada 2017 lalu.
Spanduk putih tersebut menjelaskan tentang program unggulan Anies-Sandi, One Kecamatan One Center for Entrepreneurship (OK OCE). Harapkannya, bisa menjadi solusi minimnya lapangan pekerjaan di Jakarta, dengan target melahirkan 200 ribu pengusaha baru selama lima tahun.

Foto spanduk OKE OCE yang beredar di media sosial.
Kata “dimodalin” menjadi magnet tersendiri bagi warga Ibu Kota yang kesulitan mencari kerja, juga tak memiliki dana untuk usaha. Namun, usai dilantik, Sandi menegaskan tak ada pemberian modal dalam program tersebut. Dia pun meminta informasi dalam spanduk yang beredar diklarifikasi. "Kami dari awal sekali, awal sekali, menyatakan bahwa Pemprov tidak akan memberikan permodalan, Gerakan OK OCE tidak akan memberikan permodalan, tetapi akan memfasilitasi dengan bekerja sama dengan lembaga pembiayaan," kata Sandi kepada awak media di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat, 15 Desember 2017.
Banyak yang kecewa, sudah tentu. Pasalnya, selain dalam spanduk banyak pula janji kampanye pasangan tersebut yang menyebutkan hal serupa. Bahkan, tim pendukung Anies-Sandi pun seolah kurang mengerti.
Salah satunya adalah seorang komika dan pendukung Anies-Sandi, Panji Pragiwaksono, pernah mempromosikan program OK OCE melalui Twitter. Pada 7 Februari 2017, akun @pandji mengunggah sebuah gambar yang menampilkan lima fokus program OK OCE.
Dalam gambar tersebut tertulis; pertama, pemberian modal dan pendampingan usaha; kedua, pelatihan oleh pengusaha sukses, yaitu pembangunan SDM melalui pendampingan.
Selanjutnya, ketiga, garansi inovasi bekerjasama dengan swasta; keempat, lulusan SMK langsung dapat kerja; kelima, kredit khusus untuk ibu-ibu.
Pada bagian bawah tertera nama ‘Anies Baswedan’, yang mengindikasikan tulisan tersebut disampaikan oleh sang calon gubernur saat itu. Bahkan situs resmi tim pemenangan Anies-Sandi, jakartamajubersama.com, menuliskan hal serupa.
“Program yang kemudian bernama OK OCE (One Kecamatan One Center for Entrepreneurship) ini merupakan suatu sistem terintegrasi antara pemberian modal dan pendampingan kepada warga Jakarta yang ingin membuka wirausaha baru,” demikian penjabarannya.
.jpg)
Sandiaga Uno di masa kampanye Pilkada DKI 2017 lalu. Sandi menyosialisasikan program OK OCE dengan target 200 ribu pengusaha baru di Jakarta. (ANTARA)
Saat kampanye di Mampang, Jakarta Selatan, Sandi juga menciptakan persepsi adanya pemberian modal. “OK OCE itu akan membidik setiap kecamatan bagi pelaku ekonomi baru. Jadi semua punya usaha pelatihan pendampingan modal. UKM juga akan diberikan modal sampai Rp 300 juta," ujar dia, Senin 12 Desember 2016.
Di lain waktu, Sandi mengatakan OK OCE akan memberi ‘dukungan modal’. Semasa kampanye, Sandi kerap memperhalus fakta, dia tidak pernah menjelaskan bahwa yang dimaksud hanyalah bantuan menghubungkan peserta dengan perbankan.
Sesumbar Sandi di awal hanyalah permainan kata-kata. Ketika ditagih, kata-kata kembali menjadi senjatanya. "Kasihan kalau teman-teman (media) memberitakannya salah. Lihat saja dari awal sekali memang kami enggak pernah ada berjanji memberikan modal (untuk OK OCE)," kilah Sandi.
Mencari pinjaman modal
Pemprov melalui program OK OCE tak bisa sembarangan memberi pendampingan pinjaman uang ke bank. Kelayakan usaha yang tengah dijalankan tetap menjadi penentu utama untuk mendapat modal tersebut.
Ketua Perkumpulan Gerakan OK OCE (PGO) Faransyah Agung Jaya mengatakan, OK OCE memiliki konsep tujuh langkah pasti sukses (7 PAS) yang perlu dilalui untuk mengakses permodalan.
Ketujuh tahap tersebut yaitu pendaftaran, pelatihan, pendampingan, perizinan, pemasaran, pelaporan keuangan, dan terakhir permodalan.
“Kalau satu sampai enam dilaksanakan, tujuhnya akan lebih mudah (keluar). Otomatis permodalan secara logisnya tidak mungkin tidak dapat,” ujarnya saat berbincang dengan Medcom.id, Kamis, 11 Januari 2018.
Artinya, syarat mendapatkan bantuan modal berdasarkan penjabaran Faran adalah sudah memiliki usaha yang berkembang. Jadi, warga yang baru akan membuka usaha tentu akan kesulitan mendapatkan pinjaman uang.
Da melanjutkan, tidak ada batas permodalan yang diberlakukan. Jumlah pinjaman akan diberikan sesuai kebutuhan. Namun, permodalan ini akan tetap dimintai agunan, terutama di atas Rp 10 juta.
Permainan kata
Melihat kesalahpahaman ini, Pengamat Politik Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menilai, terdapat masalah komunikasi dalam pemaparan program Anies-Sandi. Pengunaan bahasa yang mengawang membuat masyarakat menganggap dan berharap lebih terhadap apa yang sudah dijanjikan di masa kampanye.
“Cara mereka (Anies-Sandi) mengkomunikasikan ide itu yang berlebihan. Membuat imajinasi orang itu mungkin sepuluh, tapi kemampuan membuat perubahannya hanya enam. Di luar ekspektasi publik," jelasnya kepada Medcom.id, Minggu, 14 Januari 2018.

Ray Rangkuti. (MI)
Publik pun tak dapat disalahkan atas tingginya harapan tersebut. Pasalnya, sangkaan publik tersebut karena bentuk komunikasi yang dilakukan Anies-Sandi sendiri.
Ray khawatir citra negatif yang muncul dari ‘permainan kata’ OKE OCE ini dapat mengurangi simpati masyarakat terhadap kedunya.
Tak hanya OKE OCE. Ray mengatakan bahwa bentuk komunikasi semacam itu juga ada dalam program Anies-Sandi yang lain; seperti rumah DP 0 persen, pembatalan reklamasi, hingga kasus Sumber Waras.
“Karena kepentingan untuk mendulang suara, dibuatlah janji-janji yang dahsyat,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News